Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Fakta Menarik Tentang Sukoharjo

Asal-usul Desa Jatisobo di Polokarto Sukoharjo, Ada Kisah Kyai Khotib Imam yang Legendaris

Pada masa pemerintahan Sunan Paku Buwono IV, Kyai Khotib Imam dikenal sebagai seorang ulama yang luar biasa.

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
TribunSolo.com
IKON DESA JATISOBO - Masjid Agung di Desa Jatisobo, Kecamatan Polokarto, Sukoharjo, beberapa tahun lalu. Inilah asal-usul nama Desa Jatisobo yang ada kaitannya dengan Keraton Surakarta. 

TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Jatisobo adalah nama sebuah desa di kecamatan Polokarto, Sukoharjo, Jawa Tengah, Indonesia.

Desa Jatisobo terdiri dari beberapa dusun, yakni Gagan, Gandon, Jatisobo, Ngemplak, Jengglong, Kajoran, Kauman, Kersan Pandak, Suruh, dan Suruh Pabrik.

Asal-usul Jatisobo

Asal-usul nama Jatisobo terkait erat dengan sosok ulama besar yang sangat dihormati di masanya, yakni Kyai Khotib Imam, seorang tokoh agama yang menjadi bagian penting dalam sejarah penyebaran Islam di wilayah Kasunanan Surakarta.

Baca juga: Asal-usul Candi Mas Pasiraman di Jatisrono Wonogiri, Ada Kisah Miris Bisa Dinamai Candi Pesing

Pada masa pemerintahan Sunan Paku Buwono IV, Kyai Khotib Imam dikenal sebagai seorang ulama yang luar biasa.

Ia memiliki keahlian menghafal Al-Qur’an dan penguasaan mendalam terhadap ilmu-ilmu keislaman. Kecakapannya ini membuatnya menjadi salah satu ulama yang paling disegani dan menjadi favorit di lingkungan Kraton Kasunanan Surakarta.

Namun, sebagai seorang dai sejati, Kyai Khotib Imam merasa terpanggil untuk menyebarkan ajaran Islam secara lebih luas di luar lingkungan istana.

Keinginannya ini kemudian disampaikan kepada Sunan Paku Buwono IV.

Setelah melalui berbagai pertimbangan dan diskusi, sang raja akhirnya memberikan izin kepada Kyai Khotib Imam untuk meninggalkan keraton.

Baca juga: Asal-usul Nama Kemlayan yang Kini jadi Kelurahan di Solo, Tempat Lahirnya Seniman Besar

Perjalanan ke Jatisari dan Kayuapak

Tujuan awal Kyai Khotib Imam adalah sebuah daerah di timur Sungai Bengawan Solo yang bernama Jatisari.

Di sana, beliau mendirikan pesantren yang kemudian berkembang pesat dan menarik banyak santri dari berbagai penjuru.

Karena keterbatasan tempat tinggal dan kebutuhan akan ruang yang lebih luas, dia memutuskan untuk pindah ke daerah bernama Kayuapak bersama beberapa murid setianya.

Namun, di lokasi baru ini, terdapat sebuah sungai dengan aliran deras dan curam yang menjadi ancaman bagi keselamatan para santri.

Baca juga: Asal-usul Nama Bayat yang Kini jadi Nama Kecamatan di Klaten, Ada Kisah Ki Ageng Pandanaran

Beberapa peristiwa tragis pun terjadi, menyebabkan korban jiwa di kalangan murid.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved