Jungkir Balik Pasar Tradisional di Solo
Pasca Direvitalisasi Pasar Jongke Solo Justru Lebih Sepi, Pakar: Pembangunan Tak Libatkan Masyarakat
Pakar Ekonomi Pembangunan Prof Izza Mafruhah menyoroti minimnya pelibatan pedagang jadi salah satu faktor pasar tradisional kehilangan daya saing
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Vincentius Jyestha Candraditya
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ahmad Syarifudin
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Setelah 1,5 tahun Pasar Jongke direvitalisasi, para pedagang ternyata justru merasakan sepinya pengunjung.
Pembangunan gedung pasar baru, alih-alih menaikkan daya saing pasar tradisional, justru makin membuat mereka terpuruk.
Pakar Ekonomi Pembangunan Prof. Izza Mafruhah menyoroti minimnya pelibatan pedagang menjadi salah satu faktor pasar tradisional makin kehilangan daya saing.
“Selama ini tidak adanya pelibatan dari pedagang dan pembeli untuk merancang pasar mau dibawa kemana. Ketika mau dibangun ini adalah konsep desain yang dilakukan pemerintah tidak melibatkan siapa pun,” jelasnya.

Ketua Paguyuban Pedagang Mie Ayam Pasar Jongke Edi Santoso merasakan sendiri bagaimana keramaian di gedung pasar lama belum bisa dirasakan di megahnya gedung yang sudah 1,5 tahun berdiri ini.
“Pangsa kuliner belum menyentuh ke masyarakat. Belum ada yang masuk ke lantai 3 untuk menikmati kuliner di sini,” terangnya.
Gedung lama meski tiap hujan digenangi air namun ternyata lebih disukai pengunjung.
Belum adanya zonasi membuat mereka bisa memenuhi kebutuhan hanya di satu titik.
Berbeda dengan gedung baru yang menerapkan zonasi. Apalagi lantai 2 kini tak memiliki tempat parkir tersendiri.
Tak adanya tangga berjalan atau lift membuat pengunjung malas ke lantai 2.
Baca juga: 1,5 Tahun Dibangun Pasar Jongke Masih Sepi Pengunjung, Pemkot Solo Berniat Perbanyak Event
“Ada kendala terutama di lantai 2 khusus di sembako mempunyai problem yang agak besar dengan tidak adanya ruang parkir. Karena tidak ada parkirnya kalau mau belanja harus naik tangga manual tidak ada tangga berjalan atau lift sehingga menimbulkan dampak yang kurang enak. Para pedagang yang di lantai 2 mengeluh karena sepi pengunjung. Karena luasnya bangunan pasar ini, fasilitasnya juga terlalu banyak, pengunjung merasa kecapekan. Sudah dizonasi. Mau beli iki adanya di lantai 2. Ini yang mengakibatkan keluhan pengunjung,” ungkapnya.
Apalagi kini pedagang Pasar Kabangan juga digabung jadi satu gedung di Pasar Jongke.
Situasi ini makin tidak menguntungkan untuk mereka. Para pedagang sulit mempromosikan panci hingga drum jualan mereka karena tak terlihat langsung dari jalan.
“Pasar Kabangan berkurang ekonominya. Karena kendalanya masuk ke kios dalam susah juga untuk kelihatan dari jalan. Mebel posisi di lantai 2 tidak ada fasilitas menaikturunkan barang. Akhirnya ya kosong banyak yang tidak digunakan atau pun nyewa yang di bawah. Atau pun bahkan nyewa di luar,” tuturnya.
Pasar Tradisional Solo Lesu, Pemerintah Didesak Batasi Ritel Modern dan Impor China Demi Pedagang |
![]() |
---|
Makin Sepinya Pasar Tradisional di Solo, Pakar Sarankan Pengelola Fokus Transaksi, Bukan Kunjungan |
![]() |
---|
Kunjungan ke Pasar Klewer Solo Makin Menurun Tiap Tahun, Pakar : Lakukan Promosi dan Diferensiasi |
![]() |
---|
1,5 Tahun Dibangun Pasar Jongke Masih Sepi Pengunjung, Pemkot Solo Berniat Perbanyak Event |
![]() |
---|
Nasib Pedagang PGS di Solo: Terseok-seok Gegara e-Commerce, Satu Kios Cuma Raih Omzet Rp4 Juta/Bulan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.