Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Driver Online Demo di Solo

Blak-blakkan Driver Ojol di Solo, Ngaspal Seharianpun Sulit Dapat Rp100 Ribu, 'Dicurangi' Aplikator?

Seharian mengaspal di jalanan alias 24 jam pun tak menjamin para driver mengantongi uang Rp100 ribu.

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Vincentius Jyestha

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Ketua Presidium Gabungan Aksi Roda Dua (Garda) Surakarta Josafat Satrijawibawa blak-blakkan soal makin ngenesnya nasib driver ojek online (ojol) di Solo Raya. 

Seharian mengaspal di jalanan alias 24 jam pun tak menjamin para driver mengantongi uang Rp100 ribu. 

Baca juga: Ironi Profesi Driver Ojol di Solo Raya, Masih Diminati Banyak Orang, Meski Pendapatan Tak Menentu

Joe, sapaan akrabnya menyebut, hanya segelintir driver yang benar-benar bisa mendapatkan penghasilan semacam itu. 

"Kalau untuk yang dapat Rp100-150 itu ada, tapi hanya 10 persen dari driver yang ada (di seluruh Indonesia)," kata Joe, dalam podcast bersama TribunSolo, Rabu (21/5/2025). 

"(Driver ojol) Yang lain susah untuk mendapatkan Rp100 ribu itu, padahal itu pendapatan kotor, belum untuk operasional," imbuhnya. 

Penghasilan itu tak jarang masih harus dikurangi dengan pengeluaran operasional seperti bensin hingga konsumsi selama bekerja. 

Nasib ini berbanding 360 derajat di era awal driver ojol ada di Indonesia. Joe bersaksi bahwa mendapatkan Rp300-500 ribu zaman dahulu dengan 8 jam kerja bukan mustahil. 

"Dulu pas jayanya bisa segitu. Kerja 5 jam gitu bisa ngantongin Rp300 ribu. Sekarang udah nggak bisa," katanya. 

ILUSTRASI DEMO OJOL. Ratusan driver ojol berdemo di Kota Solo, Kamis (17/3/2022). Ketua Presidium Gabungan Aksi Roda Dua (Garda) Surakarta Josafat Satrijawibawa blak-blakkan soal makin ngenesnya nasib driver ojek online (ojol) di Solo Raya.
ILUSTRASI DEMO OJOL. Ratusan driver ojol berdemo di Kota Solo, Kamis (17/3/2022). Ketua Presidium Gabungan Aksi Roda Dua (Garda) Surakarta Josafat Satrijawibawa blak-blakkan soal makin ngenesnya nasib driver ojek online (ojol) di Solo Raya. (TribunSolo.com/Fristin Intan Sulistyowati)

Baca juga: Perjuangan Driver Ojol se-Solo Raya, 15 Tahun Tunggu Payung Hukum Demi Kesejahteraan yang Tak Datang

Adanya perbedaan penerimaan driver ojol dahulu dan sekarang disebut Joe sebagai faktor yang paling berpengaruh. 

Dia memandang driver ojol 'dicurangi' aplikator yang memanfaatkan tak adanya payung hukum sebagai acuan bekerja. 

"Jadi berbeda karena dulu customer membayar penuh. Misal trip terdekat Rp10-12 ribu, kita sekarang cuma menerima Rp5-6 ribu. Kalau dulu ya menerima full. Misal Rp10 ribu dipotong 20 persen ya kita terimanya Rp8 ribu," jelasnya.

"Misal kita dapet dua order dari dua customer sekali jalan, customer itu dua-duanya membayar full. Tapi kita maksimal menerima Rp6 ribu plus Rp2 ribu saja," imbuh Joe. 

Joe juga menyoroti tidak adanya kenaikan nominal penerimaan bagi driver ojol meskipun UMR selama tiga tahun terakhir mengalami kenaikan yang signifikan. 

"3 tahun ini ada kenaikan UMR, kalau kita generalisasi hampir 16 persen kenaikan UMR. Tetapi untuk kita sebagai driver, ongkir dan penerimaan kami tidak ada kenaikan. Jadi poinnya kita ingin ada penambahan atau kenaikan pendapatan atau ongkir untuk driver 10 persen," pungkasnya. 

(*) 

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved