Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Fakta Menarik Tentang Karanganyar

Asal-usul Pertapaan Pringgondani di Karanganyar, Wisata Religi dan Tempat Ritual yang Legendaris

Tribuners juga bisa berwisata religi di Karanganyar, salah satu tempat paling terkenal adalah Pertapaan Pringgondani.

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
KOLASE TRIBUNWOW.COM
WISATA RELIGI KLATEN - Pertapaan Pringgondani di Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah, Minggu (19/2/2017). Berikut asal-usul Pertapaan Pringgondani. 

TRIBUNSOLO.COM, KARANGANYAR - Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, yang berada di kaki Gunung Lawu tidak hanya menyajikan deretan wisata alam.

Tribuners juga bisa berwisata religi di Karanganyar, salah satu tempat paling terkenal adalah Pertapaan Pringgondani.

Berada di ketinggian 1.300 meter di atas permukaan laut, lokasi ini menjadi tempat sakral yang kerap dikunjungi oleh peziarah dan pencari ketenangan dari berbagai penjuru, terutama masyarakat Jawa.

Baca juga: Asal-usul Gunung Taruwongso di Sukoharjo, Kisah Pengembaraan Pangeran Banjaran dan Mitos Watu Manten

Pertapaan Pringgondani bukan sekadar tempat sunyi di pegunungan.

Konon, sejumlah tokoh nasional disebut-sebut pernah singgah di tempat ini untuk menyepi dan merenung.

Asal-usul Pertapaan Pringgondani

Sejarah Pringgondani tak lepas dari sosok Eyang Panembahan Koconegoro, yang dipercaya sebagai tokoh spiritual penting.

Meskipun belum ada keterangan pasti mengenai sosok ini, namanya sarat makna.

"Eyang" berarti yang dituakan, "panembahan" sebagai tempat suci, "koco" (kaca) sebagai cermin, dan "negoro" berarti diri atau bangsa.

Secara simbolis, nama ini mengandung pesan bahwa pertapaan ini adalah tempat untuk bercermin dan memperbaiki diri.

Baca juga: Asal-usul Desa Langenharjo di Sukoharjo, Ada Kisah Perjalanan Spiritual Gusti Pangeran Duksino

Prabu Brawijaya V dan Jejak Majapahit

Pertapaan Pringgodani di Tawangmangu
Pertapaan Pringgodani di Tawangmangu (Google Maps Pertapaan Pringgodani)

Menurut pengelola pertapaan, tempat ini juga diyakini sebagai petilasan Prabu Brawijaya V, raja terakhir Majapahit.

Dikisahkan, sang raja melarikan diri dari kejaran musuh dan akhirnya moksa (menghilang secara spiritual) di tempat ini.

Kisah tersebut semakin memperkuat aura mistis dan religius Pringgondani.

Nama "Pringgondani" sendiri berasal dari kata pring (bambu), nggon (tempat), dan dani (memperbaiki), yang berarti tempat untuk memperbaiki diri.

Filosofi ini sejalan dengan fungsi tempat ini sebagai lokasi perenungan dan penyucian diri.

Menuju Pringgondani bukanlah perkara mudah.

Baca juga: Asal-usul Telaga Madirda Karanganyar : Legenda Sugriwa, Subali, Dewi Anjani, dan Cupu Manik Astagina

Tidak ada kendaraan yang bisa langsung mencapai pertapaan.

Pengunjung harus berjalan kaki menapaki jalan menanjak sejauh 2,5 kilometer dari tempat parkir.

Perjalanan ini bisa memakan waktu lebih dari satu jam, melewati perbukitan dengan udara dingin yang menusuk tulang.

Namun, perjuangan menuju tempat ini sebanding dengan pengalaman spiritual yang didapat.

Setiap malam Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon, kawasan ini penuh dengan pengunjung yang berdoa, bertapa, atau sekadar menepi dari hiruk-pikuk dunia.

Sendang dan Ritual Penyucian

Setibanya di pertapaan, pengunjung akan disambut sebuah sanggar dengan empat arca di depan dan altar utama di dalam.

Sebelum melakukan ritual, para peziarah biasanya membersihkan diri di Sendang Gedang, kemudian melanjutkan ke Sendang Temanten dan Sendang Panguripan.

Setiap sendang memiliki fungsi berbeda.

Sendang Panguripan dipercaya sebagai sumber kehidupan, sedangkan Sendang Temanten memiliki tujuh pancuran yang digunakan untuk pengobatan dan penyucian diri.

Banyak pengunjung memanjatkan permohonan khusus di tempat ini, sesuai dengan hajat pribadi masing-masing.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved