Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Makam Kyai Ageng Henis Solo

Wisata Religi Pasareyan Dalem Kyai Ageng Henis dan Masjid Laweyan Solo yang Hampir Terlupakan

Kyai Ageng Henis merupakan tokoh sentral yang tak hanya berkaitan dengan sejarah berdirinya Kampung Laweyan sebagai kampung pengrajin batik di Solo

|
TRIBUNSOLO.COM/Andreas Chris
WISATA RELIGI DI SOLO - Pasareyan dalem Kyai Ageng Henis yang berlokasi di jalan Liris Nomor 1, Belukan, Kelurahan Pajang, Kecamatan Laweyan, Kota Solo. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Andreas Chris Febrianto 

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Tak banyak yang tahu, di Kota Solo terdapat kompleks masjid dan makam yang sejarahnya tidak bisa dilepaskan dari perkembangan kota Bengawan.

Dua lokasi tersebut juga serat dengan cerita rakyat maupun mitos yang sampai saat ini masih dipercaya benar adanya oleh warga sekitar.

Tempat-tempat tersebut tak lain adalah Pasareyan dalem Kyai Ageng Henis dan Masjid Laweyan yang berlokasi di satu kompleks beralamat di jalan Liris Nomor 1, Belukan, Kelurahan Pajang, Kecamatan Laweyan, Kota Solo.

Meski berada di kelurahan Pajang, namun lokasi kedua destinasi tersebut justru lebih dekat dari destinasi wisata, Kampung Batik Laweyan dan hanya dipisahkan oleh sungai Jenes.

Baca juga: Makam Butuh/Joko Tingkir di Sragen Kian Populer Dikunjungi Peziarah, Ini Lho Tujuan Ziarah Makam

Pasareyan dalem sendiri memiliki arti harafiah sebagai kompleks makam. Sementara nama Kyai Ageng Henis sendiri merupakan tokoh yang dimakamkan di sana.

Kyai Ageng Henis merupakan tokoh sentral yang tak hanya berkaitan dengan sejarah berdirinya Kampung Laweyan sebagai kampung pengrajin batik di Solo.

Namun Kyai Ageng Henis juga merupakan salah satu tokoh awal penyebaran ajaran Islam di Solo.

Di sisi lain, ia juga merupakan ayah dari Ki Ageng Pamanahan yang merupakan ayah dari Panembahan Senopati atau raja pertama Kerajaan Mataram Islam.

Kyai Ageng Henis juga merupakan pendiri Masjid Laweyan yang bisa dikatakan sebagai masjid pertama di Kota Solo.

Dari penjelasan itu, dua destinasi ini sebenarnya sangat penting bagi perkembangan kota Solo.

Namun di balik itu, dua tempat yang telah berdiri sejak ratusan tahun lalu. Sebagai contoh Masjid Laweyan berdiri sejak tahun 1546.

Di balik panjangnya cerita sejarah dari dua lokasi tersebut, sampai saat ini masih terdapat beberapa mitos yang dipercayai oleh warga sekitar.

Baca juga: Kisah Misteri Makam Tua di Batas Kota Boyolali, Warga Sebut Ada Perempuan Minta Bonceng Lalu Hilang 

Seperti di Pasareyan dalem Kyai Ageng Henis, juru kunci di sana, Hartini menceritakan bahwa kompleks makam dari keluarga kerajaan Mataram Islam itu masih jadi jujugan bagi tokoh-tokoh publik untuk berziarah.

Bahkan menurut penuturan Hartini, setiap akan bergulirnya pemilihan umum kepala daerah (Pilkada) terkhusus Solo. Para calon Wali Kota silih berganti berziarah ke sana.

"Ada tokoh-tokoh seperti Wali Kota yang berziarah ke sini tapi itu sebelum coblosan (Pilkada) biasanya. Sampai coblosan terakhir kemarin," terang Hartini.

Sementara di Masjid Laweyan, warga sekitar percaya bahwa apabila ada yang nekat bermalam di sana dan tidur di sebelah bedug. Dipercayai ia akan bangun berpindah lokasi di halaman depan masjid.

"Kalau orang sekitar ada yang masih percaya kalau nekat tidur di dekat bedug, bangun-bangun sudah pindah lokasi," tutur Suroso salah satu warga yang ditemui di Masjid Laweyan.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved