Pasar Ikan Sunggingan Mangkrak
Cerita Joko, Jadi Satu-satunya Pedagang di Pasar Ikan Boyolali: Lainnya Tutup Lapak
Seorang pedagang bernama Joko, jadi satu-satunya pedagang yang masih berdagang di Pasar Ikan Boyolali. Kondisi pasar itu sepi.
Penulis: Tri Widodo | Editor: Ryantono Puji Santoso
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo
TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Pedagang di Pasar Ikan Boyolali hanya tersisa satu.
Namanya, Joko.
Joko memilih setia di tengah kondisi pasar yang mangkrak.
Bangunan pasar yang ada di timur Pasar Sayur Sunggingan, Boyolali itu terlihat kotor, kaca pintu masuk pecah, serta nyaris tak ada aktivitas jual beli.
Bahkan, pada malam hari, lokasi tersebut justru berubah fungsi menjadi tempat berkumpul anak-anak jalanan.
Hanya satu pedagang yang masih bertahan berjualan di kawasan itu, yakni Joko.
Dia mengaku sudah lebih dari tiga bulan berjualan seorang diri tanpa kehadiran pedagang lain.
“Saya sendiri, karena yang lain sudah pada tutup, sepi daerahnya,” ungkap Joko saat ditemui di kiosnya.
Untuk menyiasati minimnya pembeli, Joko memilih sistem COD (Cash On Delivery) agar dagangannya tetap laku.
“Kan jarang ada yang masuk ke kios pasar ikan, jadi saya sambil jualan keluar, COD, supaya masih ada pendapatan,” tambahnya.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag) Kabupaten Boyolali, Purnawan, tidak menampik kondisi tersebut.
Baca juga: Kondisi Terkini Bocah 12 Tahun di Boyolali, Korban Rudapaksa hingga Hamil 6 Bulan
Dia mengatakan, bahwa saat ini pihaknya tengah menjajaki kerja sama dengan investor guna menghidupkan kembali kawasan pasar ikan tersebut.
“Sudah ada investor, kemungkinan dalam waktu dekat akan kami arahkan untuk pengecekan lokasi, semoga secepatnya terlaksana,” ujar Purnawan.
Dia menjelaskan, pasar ikan Sunggingan dulunya dibangun oleh Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Boyolali.
Selama masa percobaan, para pedagang bahkan tidak dikenai biaya sewa kios.
Fasilitas yang tersedia di sana cukup lengkap, meliputi 2 kios dan 14 los pedagang di lantai 1, serta 5 los restoran di lantai 2.
Namun, antusiasme masyarakat yang rendah dalam mengonsumsi ikan dinilai menjadi penyebab utama sepinya pasar tersebut.
“Nanti agar disosialisasikan lagi kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi ikan, karena tempatnya juga proper untuk berjualan,” imbuhnya.
Selain itu branding dari para pedagang juga masih perlu ditingkatkan.
“Karena memang tempatnya juga di pasar, kios-kios di sekitarnya juga ramai, nanti akan kita coba bantu membranding,” pungkasnya. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/solo/foto/bank/originals/Ikan-sapu-sapu-tersangkut-di-jaring-nelayan-di-Desa-Gilirejo.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.