Ijazah Jokowi Digugat
Jurus Jokowi Berkelit dari Ajakan Teman Alumni di Solo untuk Gabung Grup WhatsApp
Bambang menceritakan bagaimana Jokowi sejak awal memang tidak pernah bersedia bergabung dalam grup-grup alumni.
Penulis: Andreas Chris Febrianto | Editor: Putradi Pamungkas
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Andreas Chris Febrianto
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Presiden Joko Widodo (Jokowi) ternyata memilih untuk menjauh dari grup-grup percakapan media sosial, termasuk WhatsApp (WA), bersama rekan-rekan lamanya semasa sekolah.
Hal itu diungkap oleh Bambang Surojo (64), teman sebangku Jokowi saat bersekolah di SMAN 6 Solo.
Kepada TribunSolo.com, Bambang menceritakan bagaimana Jokowi sejak awal memang tidak pernah bersedia bergabung dalam grup-grup alumni.
"Pak Jokowi tidak pernah mau (dimasukkan di grup alumni) di medsos-medsos (media sosial), di grup-grup WA," ungkap Bambang saat ditemui di sebuah kafe di Solo, Kamis (24/7/2025) sore.
Karena sikap Jokowi itu, para alumni SMAN 6 Solo angkatan 1980 akhirnya mengurungkan niat membuat grup media sosial, meski tanpa keikutsertaan Jokowi.
"Tidak ada, tidak ada grup," lanjut Bambang singkat.

Komunikasi antar teman satu angkatan pun akhirnya dilakukan secara personal.
Jika ada keperluan dengan Jokowi, kata Bambang, mereka lebih memilih menghubungi langsung lewat sambungan telepon pribadi.
"Jadi kalau dia (Jokowi) ada perlu ya telpon aja," tuturnya.
Bambang juga mengungkap bahwa ada momen di mana rekan alumni berupaya membujuk Jokowi agar mengizinkan pembentukan grup WhatsApp untuk keperluan silaturahmi.
Namun Jokowi tetap menolak dengan jawaban diplomatis.
"Kami punya (paguyuban) namanya Alumni 80. Itu nggak pernah ada (grup media sosialnya). Kami pernah memohon, salah satu admin memohon, tapi (dijawab Jokowi) nanti saja. Selalu jawabannya (Jokowi) kalau ketemu, nanti saja," pungkasnya.
Meski demikian, Bambang mengaku tidak mengetahui secara pasti alasan di balik sikap Jokowi yang enggan terlibat dalam grup media sosial bersama teman-teman lamanya.
Siapa Bambang Surojo
Bambang Surojo adalah teman sebangku Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Ia sendiri mengaku sebagai teman Jokowi saat bersekolah di SMAN 6 Surakarta.
SMAN 6 Surakarta, yang berlokasi di Jalan Mr Sartono Nomor 30, Banjarsari, Kota Surakarta, dahulunya bernama Sekolah Menengah Pembangunan Persiapan (SMPP).
Pada tahun 1979, SMPP berganti nama menjadi SMAN 6 Surakarta berdasarkan SK dari Korwil Jawa Tengah.
Lalu pada tahun 1985, keluar lagi SK dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengukuhkan dari SK Kanwil Jateng menjadi SMA Negeri 6 Surakarta.
Adapun Bambang dan Jokowi sama-sama menempuh pendidikan di sekolah tersebut dari tahun 1977 hingga lulus pada tahun 1980.
Sosok Bambang mulai mencuat setelah diperiksa oleh penyidik Polda Metro Jaya terkait gugatan ijazah Jokowi, sekaligus membenarkan bahwa ia dan Jokowi memang merupakan teman sebangku semasa di SMA.
Ia ikut menjadi salah satu saksi dalam penyidikan dugaan pencemaran nama baik terhadap laporan Jokowi terhadap Roy Suryo cs.
Kawan Jokowi Diperiksa
Di tengah penyidikan kasus dugaan ijazah Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Mapolresta Solo, Rabu (23/7/2025), sejumlah kawan lamanya turut diperiksa oleh penyidik Polda Metro Jaya.
Mereka merupakan rekan sekolah Jokowi saat bersekolah di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 6 Solo.
Salah satu yang ikut diperiksa, Bambang Surojo, menjelaskan perbedaan yang sempat menjadi sorotan publik terkait nama SMAN 6 dan SMPP.
Menurutnya, hal itu berkaitan dengan proses transisi sistem pendidikan dan pengembangan sekolah pada masa itu.
"Jadi pada saat itu kami mendaftar sekolah itu di SMA Negeri 5 Surakarta, itu ada 11 kelas. Kemudian ada pengembangan sekolah, dari kelas 1 Satu sampai 1 Enam itu menjadi SMA 5. Kelas 1 Tujuh sampai kelas 1 Sebelas menjadi SMA 6. Dan karena kelas 1 Tujuh sampai kelas 1 Sebelas masuknya siang, kita menyebutnya SMA 5 siang," ungkap Bambang.
Ia juga menyampaikan bahwa saat itu gedung sekolah masih dalam proses pembangunan, sehingga mereka sempat bersekolah di waktu siang sebelum akhirnya menjadi siswa resmi SMAN 6 atau SMPP Surakarta.
"Kemudian setelah ruang (sekolah) itu tersedia bagi kami, kami masuk pagi bagi kami sehingga kami menjadi siswa SMPP atau siswa SMAN 6 Surakarta," imbuh dia.
Lebih lanjut, Bambang menegaskan bahwa perubahan nama dari SMPP ke SMAN 6 merupakan kebijakan pemerintah pusat, bukan hal yang dapat diputuskan oleh siswa ataupun pihak sekolah saat itu.
"Mengenai nama SMPP dan SMA 6 yang menjadi polemik selama ini yang digoreng-goreng itu adalah kebijakan dari pemerintah. Dalam hal ini menteri pendidikan dan kebudayaan saat itu yang menterinya pak Daud Yusuf," urai dia.
Selain menjelaskan latar belakang sekolah, Bambang juga mengungkap bahwa masa pendidikan mereka berlangsung selama 7 semester atau 3,5 tahun karena perubahan kurikulum.
"Termasuk juga pergeseran waktu yang menjadi tambah 6 bulan sehingga kami menikmati sekolah itu bukan tiga tahun tapi 3 tahun setengah. Dan saat itu ada bahasa dulu namanya Catur Wulan, setelah ada pergeseran waktu menjadi Semesteran sehingga kami melakukan ulangan itu per semester. Sehingga kami menikmati 7 semester dan kami lulus pada tahun 1980. Lebih tepat lagi di ijazah tertera tanggal 30 April 1980," beber Bambang.
Pernyataan Bambang tersebut diperkuat oleh rekannya, Sigit Hariyanto, yang juga diperiksa penyidik dan menyampaikan bahwa mereka adalah teman sekelas Jokowi sejak awal hingga lulus.
"Jadi kami berempat semua adalah teman sekolah SMA pada saat itu sampai lulus," ungkap Sigit.
Mereka mengaku mendapatkan 95 pertanyaan dari penyidik, yang mayoritas berkutat pada kenangan semasa sekolah dan status Jokowi sebagai siswa aktif di sekolah tersebut.
"Jadi isinya pertanyaan ini semuanya berjumlah 95 yang pada intinya pertanyaan-pertanyaan itu seputar pada saat itu kami semua adalah siswa sekolah SMA 6 atau SMPP, sama itu," jelas Sigit.
"Jadi pertanyaan itu apakah saudara mengenal tentang Pak Jokowi, kami tentunya menjawabnya sangat mengenal karena Pak Jokowi adalah teman kami dan lulus bersama-sama beliau."
Bahkan, sebagai bagian dari proses penyidikan, penyidik juga menyita ijazah milik mereka sebagai barang bukti.
"Ijazah juga kemarin itu juga disita oleh penyidik. Ada 5 ijazah sebagai bukti nantinya," tambahnya.
Menutup pernyataan, Bambang menegaskan bahwa dirinya adalah teman sebangku Jokowi selama 3 tahun lebih, dan bersaksi atas keabsahan pendidikan Jokowi.
"Tadi disampaikan oleh mas Sigit. Kemarin kami diperiksa tentang sejarah itu tadi dan juga apakah benar Pak Jokowi teman kami. Dia teman kami dari kelas 1 sampai 3 bahkan dengan saya satu bangku. Kami adalah saksi kebenaran, keabsahan dan otentiknya pak Jokowi sekolah di SMA Negeri 6 Surakarta," pungkas Bambang.
(*)
Kuasa Hukum Bantah Gugatan CLS Ijazah Jokowi di Solo Disokong Uang Besar : Siapa Mau Risiko Danai? |
![]() |
---|
CLS Ijazah Jokowi di Solo : Keraguan Netralitas Hakim, Pernah Tangani Perkara Serupa, Hasilnya Gugur |
![]() |
---|
Tudingan Ada Orang Besar di Balik Gugatan Ijazah Jokowi, Penggugat di Solo: Backing Kami Tuhan YME |
![]() |
---|
Soal Permintaan Ganti Hakim, Kuasa Hukum Jokowi: Hukum Perdata Tak Kenal Hak Ingkar |
![]() |
---|
Diminta Diganti, Hakim Gugatan Citizen Lawsuit Ijazah Jokowi di Solo Tegaskan Netral |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.