Aktivitas Jokowi di Solo
Sering Puji Jokowi di Solo sampai Bilang 'Hidup Jokowi', Prabowo Dinilai Aslinya Berseberangan
Gaya komunikasi politik yang ditampilkan Prabowo selalu memuji Jokowi dan menyatakan keberlanjutan lebih banyak bersifat simbolik.
Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
TRIBUNSOLO.COM - Presiden Prabowo Subianto dikenal luas sebagai sosok yang menunjukkan kedekatan politik dengan pendahulunya, Joko Widodo (Jokowi).
Namun, di balik pujian dan sikap resminya yang sering menyebut “melanjutkan program Jokowi”, langkah-langkah politik Prabowo justru dinilai mulai mengambil arah berbeda.
Hal ini diungkapkan oleh pakar komunikasi politik Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Nyarwi Ahmad, dalam diskusi bertajuk Gaspol di kanal YouTube Kompas.com, Rabu (7/8/2025).
Baca juga: Jokowi di Solo Sebut Ada Orang Besar di Balik Kasus Ijazah, Rismon Sianipar Merasa Direndahkan
“Sangat mustahil berharap Pak Prabowo itu mengatakan ‘saya berbeda dengan Pak Jokowi’ secara terbuka,” ujar Nyarwi.
“Tapi kalau kita lihat langkah-langkahnya, ya jelas mulai berseberangan.”
Menurut Nyarwi, gaya komunikasi politik yang ditampilkan Prabowo selalu memuji Jokowi dan menyatakan keberlanjutan lebih banyak bersifat simbolik.
Dalam praktiknya, keputusan-keputusan politik Prabowo justru menunjukkan garis yang berbeda, bahkan berlawanan.
Contoh terbaru adalah pemberian amnesti kepada Hasto Kristiyanto dan abolisi untuk Tom Lembong, dua tokoh yang sebelumnya terjerat kasus hukum saat Jokowi masih berkuasa.
Baca juga: Penggugat Ajukan Bukti Mobil Esemka Second di PN Solo, Kuasa Hukum Jokowi Pertanyakan Legal Standing
“Apa yang dilakukan Prabowo ini memperlihatkan bahwa dia ingin membedakan dirinya dari Jokowi dalam hal penanganan hukum yang menyentuh lawan politik,” kata Nyarwi.
Keputusan itu bukan sekadar tindakan administratif. Menurut Nyarwi, ini adalah sinyal politik bahwa Prabowo ingin menampilkan citra yang kontras: lebih mengedepankan rekonsiliasi, bukan represi.
Perbedaan Gaya dalam Pengelolaan Kekuatan
Salah satu hal yang menjadi sorotan adalah soal persepsi publik terhadap kedua presiden.
Di masa Jokowi, banyak pihak menilai hukum dijalankan dengan kecenderungan politis, terutama terhadap tokoh-tokoh oposisi.
Sedangkan di era Prabowo, pengampunan terhadap tokoh-tokoh yang dulunya kritis terhadap kekuasaan justru dinilai sebagai langkah pembersihan politik pasca-transisi.

“Banyak orang mengatakan begini: ‘yang bikin pestanya Jokowi, yang cuci piring Prabowo.’ Tapi kadang justru yang cuci piring itu lebih dihormati,” ujar Nyarwi.
Baca juga: Bikin Jokowi di Solo Heran, Dokter Tifa Ungkap Alasan Vokal soal Ijazah Meski Ancamannya Penjara
Megawati dan Prabowo Makin Dekat, Jokowi Singgung Makan Bakmi Bersama Presiden di Solo |
![]() |
---|
Kondisi Kulit Jokowi Hingga Kini Masih Pemulihan, Lengan dan Tangannya Terlihat Merah-merah |
![]() |
---|
Alasan Jokowi Tak Pakai Seragam Reuni Fakultas Kehutanan UGM Jogja: Lengan Pendek, Masih Pemulihan |
![]() |
---|
Di Solo, Jokowi Bantah Isu SBY Orang Besar di Balik Ijazah Palsu dan Pemakzulan Gibran |
![]() |
---|
Pengamat: Reuni Jokowi di UGM Upaya Hilangkan Spekulasi Tuduhan Ijazah Palsu |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.