Sejarah Kuliner Legendaris
Sejarah Saren, Kuliner Kontroversial yang Kini Mulai Langka di Solo, Dibuat dari Darah Binatang
Saren adalah olahan darah sapi, kerbau, atau ayam yang dimasak hingga mengental dan mengeras, biasanya melalui proses pengukusan.
Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
- Oseng Saren – ditumis bersama cabai hijau dan bumbu tradisional.
- Gudeg Saren – menjadi pelengkap dalam nasi gudeg khas Yogyakarta.
- Goreng Saren – dipotong dadu dan digoreng kering, sering kali dijadikan lauk atau cemilan.
Baca juga: Sejarah Wajik, Jajanan Legendaris di Solo Raya, Dipercaya Ada Sejak Kerajaan Majapahit
Perspektif Kesehatan: Kaya Nutrisi atau Sumber Racun?
Meski disukai sebagian masyarakat, saren menjadi kontroversial dalam dunia kesehatan.
Beberapa orang meyakini bahwa saren bisa menambah stamina dan menaikkan tekanan darah, terutama bagi penderita anemia.
Namun menurut pakar kesehatan, darah mengandung residu dan limbah metabolisme tubuh yang seharusnya dibuang, bukan dikonsumsi.
Meskipun darah juga mengandung zat besi dan protein, risiko kontaminasi dan kandungan racun di dalamnya menjadikan saren tidak direkomendasikan untuk dikonsumsi secara rutin.
Bahkan, dalam beberapa referensi disebutkan bahwa pemerintah telah melarang penjualan dideh, karena dianggap tidak memenuhi standar kesehatan.
Baca juga: Sejarah Kerupuk Karak, Kuliner Legendaris Solo Raya yang Tercipta saat Penjajahan Jepang
Pandangan Agama: Haram dalam Islam
Tak hanya dari sisi medis, saren juga menjadi perdebatan dari perspektif agama.
Dalam ajaran Islam, mengonsumsi darah dalam bentuk apapun baik mentah maupun dimasak, dianggap haram.
Hal ini sesuai dengan yang tercantum dalam Al-Qur’an, yang menyebutkan bahwa darah termasuk dalam kategori makanan yang dilarang untuk dikonsumsi.
Meski kontroversial, tak dapat dipungkiri bahwa saren adalah bagian dari sejarah kuliner Indonesia.
Di masa lalu, makanan ini sangat umum ditemukan sebagai bagian dari upaya masyarakat memaksimalkan seluruh bagian hewan sembelihan.
Tidak ada yang terbuang.
Saat ini, saren jarang ditemui di Kota Solo, Jawa Tengah.
Hanya sedikit pasar atau wedangan Kota Solo yang masih menjajakan olahan ini.
Namun ada beberapa penjual saren yang masih menjajakan dagangannya lewat online di Facebook.
(*)
Sejarah Bakmi Jowo Mbah Mangoen, Rekomendasi Kuliner Enak di Solo dengan Nuansa Tempo Dulu |
![]() |
---|
Sejarah Cabuk Rambak, Kuliner Legendaris dari Kreatifitas Warga Solo Manfaatkan Bahan Sederhana |
![]() |
---|
Sejarah Tempe Gembus, Kuliner Legendaris Solo Raya yang Pernah jadi Penyelamat saat Krisis Pangan |
![]() |
---|
Sejarah Brem Khas Nguntoronadi Wonogiri yang Legendaris, Ini Bedanya dengan Brem dari Madiun |
![]() |
---|
Sejarah Wedang Dongo Pak Untung di Solo: Kuliner Legendaris Sejak 1955, Dulu jadi Sajian Kerajaaan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.