Menelusuri Jejak Rokok Diko Temuan Mantri Keraton Solo
Rokok Diko adalah rokok yang berasal dari tembakau dibungkus daun nipah dan dicampur dengan ramuan yang disebut wur atau uwur.
Penulis: Daryono | Editor: Hanang Yuwono
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Daryono
TRIBUNSOLO.COM, SOLO – Namanya Mas Ngabehi Irodiko.
Ia seorang mantri di Keraton Kasunanan Surakarta.
Dalam beberapa catatan tentang perkembangan rokok di Solo, Irodiko diyakini sebagai penemu rokok Diko sekaligus pioner kerajinan rumah tangga yang memproduksi rokok di Solo.
Rokok Diko adalah rokok yang berasal dari tembakau dibungkus daun nipah dan dicampur dengan ramuan yang disebut wur atau uwur.
Catatan tentang Irodiko itu dituturkan oleh Van Der Reijden sebagaimana tertulis dalam buku Hikayat Kretek karya Amein Budiman dan Onghokham.
Sumber lain, Darmawan Mangoenkoesoemo dalam Bijdragen tot de kenis van de Kretek-Strootjess Industrie in Het Regenchap Koedoes, 1912, sebagaimana dikutip dari buku Kretek Indonesia: Dari Nasionalisme Hingga Warisan Budaya, juga menyebut tentang Irodiko.
Disebutkan Van Der Reijden, wur ini merupakan campuran dari berbagai bahan seperti klembak, kemenyan, kemukus, kayu manis, pala, adas, pulosari, pucuk cendana, ganti tegari, mesoyi, waron, klabet, dupa, dan lain-lain.
Irodiko untuk pertama kali membuat rokok temuannya itu ditahun 1890.
Sebelum tahun ini, para pemerhati kretek secara mutlak belum bisa menyatakan adanya industri ataupun kerajinan rokok rumahan di wilayah Keraton Surakarta.
Hal ini karena rokok nipah yang umumnya dipakai orang pada waktu itu hanya dilinting sendiri oleh para pemakainya.
Rokok Diko kemudian dengan cepat berhasil menarik perhatian masyarakat.
Karena pembuatan bahan campuran tembakaunya tidak mudah dilakukan sendiri, dalam tempo singkat muncullah kerajinan rumah tangga pembuatan rokok Diko.
Kerajinan rumah tangga ini ternyata sangat berkembang bukan hanya terbatas di Kota Solo saja, melainkan juga berangsur-angsur meluas ke wilayah di luar Solo, bahkan ke Yogyakarta.
Masih menurut keterangan Van Der Reijden, dari sejumlah perusahaan rokok di daerah Surakarta yang berproduksi dengan menggunakan orang upahan dan menjadi objek penelitiannya pada awal 1930-an, yang tertua didirikan di Solo tahun 1897.