Menelusuri Jejak Rokok Diko Temuan Mantri Keraton Solo
Rokok Diko adalah rokok yang berasal dari tembakau dibungkus daun nipah dan dicampur dengan ramuan yang disebut wur atau uwur.
Penulis: Daryono | Editor: Hanang Yuwono
Urutannya dari yang terendah ke atas: jajar, lurah, mantri, penewu, bupati anom, bupati sepuh.
“Mantri ini membawahi staff dan tugasnya diluar keraton,” ujar dia.
Adapun Irodiko diperkirakan hidup di masa awal pemerintahan PB X yang memerintah 1866-1939.
Sejarawan UNS, Bedjo Riyanto berpendapat rokok Diko merupakan jenis rokok rakyat atau rokok kelas bawah seperti halnya rokok klobot.
Hal itu diidentifikasi dari jenis pembungkus rokok Diko yang menggunakan daun nipah.
“Itu (Rokok Diko,-Red) termasuk rokok kelas bawah, nama Belandanya strootchje.”
“Biasanya dirokok oleh kalangan bawah, kalau pejabat keraton dulu rasanya enggak.”
“Para pejabat keraton waktu itu rata-rata rokoknya rokok putih, produksi rokok Eropa,” ujar Bedjo yang disertasinya meneliti perkembangan iklan rokok tempo dulu di Surakarta, kepada TribunSolo.com, Selasa (18/4/2017).
Nama Irodiko memang tidak banyak tercatat, tetapi wur yang menjadi campuran Rokok Diko masih ada jejaknya meski kini tak lagi diproduksi lantaran para perokok beralih ke rokok pabrikan.
Wur seakan menjadi ciri khas rokok Solo yang berbeda dari rokok kretek dari kudus.
Belakangan, wur secara terpisah banyak diproduksi oleh para Tionghoa yang menangkap peluang pasar tingginya konsumsi rokok oleh masyarakat.
Wur yang diproduksi dalam kemasan kecil ini dicampur dengan tembakau oleh para perokok yang melinting sendiri rokoknya atau populer disebut Ting We (ngelinthing dewe).
Salah satu pabrik wur yang pernah ada dan besar di wilayah eks Keresidenan Surakarta yakni pabrik wur merek Kepala Jenggot di samping Pasar Kartasura, Sukoharjo.
TribunSolo.com bertemu dengan dua wanita mantan pekerja pabrik wur Kepala Jenggot yakni Arningsih (65) dan Yakub (75).
Arningsih (65) mengatakan pabriknya tempat ia pernah bekerja itu membuat wur dari beberapa bahan antaralain serbuk aren, tetes tebu, cengkeh, klembak dan kemenyan.