Virus Corona

3 Gejala yang Jadi Indikasi Orang Mengalami Happy Hypoxia, Termasuk Batuk Tapi Tidak Sesak

Penulis: Naufal Hanif Putra Aji
Editor: Reza Dwi Wijayanti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi

Padahal saat diperiksa, saturasi oksigennya sudah di level 70 hingga 80 persen.

"Hasil analisis gas darah arteri (AGD) juga menunjukkan tanda gagal napas. Tetapi pasien saat itu baik-baik saja, bisa berkomunikasi seperti biasa," katanya.

Simulasi penanganan pasien terinfeksi virus corona Covid-19 di RSUD Margono Soekarjo Purwokerto, Jawa Tengah, Senin (3/2/2020). (KOMPAS.COM/FADLAN MUKHTAR ZAIN)

Menurutnya, kondisi di mana pasien mengalami penurunan saturasi oksigen serta tanda gagal napas, menunjukkan pasien sedang mengalami hypoxia.

Namun yang menarik perhatian tim medis saat itu adalah, mengapa pasien tersebut sejak awal tidak menunjukkan gejala hypoxia seperti, misalnya, sesak napas, gelisah, dan tubuh yang makin melemah.

Pasien malah terlihat baik-baik saja. Sebelum melanjutkan ceritanya tentang happy hypoxia, dia terlebih dulu menjelaskan, pada kondisi normal seseorang biasanya memiliki saturasi oksigen antara 95 sampai 100 persen.

Dalam keadaan saturasi oksigen normal maka sel darah merah atau hemoglobin dapat mengikat oksigen dengan baik lalu akan menyampaikannya ke seluruh sel pada jaringan tubuh.

• Kali Pertama Nyekar ke Makam Ibunda Sudjiatmi Pasca Pandemi Corona, Jokowi Pimpin Langsung Doa

Namun, saat mengalami hypoxia maka saturasi oksigen mengalami penurunan, di bawah level normal. Saturasi oksigen di bawah normal itu akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan ikatan hemoglobin terhadap oksigen.

Pada akhirnya oksigen yang disampaikan ke seluruh sel pada jaringan tubuh juga berkurang.

Saat seseorang mengalami hypoxia, maka biasanya ada gejala yang ditunjukkan sejak awal seperti sesak napas, gelisah, hingga tubuh yang makin melemah, sebelum akhirnya kondisi makin memburuk.

"Namun fenomena yang berbeda terjadi pada beberapa pasien Covid-19 yang kami tangani. Pasien tampak tidak sesak atau tidak begitu sesak atau hanya sedikit sesak dan masih dapat melakukan aktivitas, berbicara, seolah sedang tidak mengalami hypoxia," katanya.

Pasien tersebut seolah-olah dapat menoleransi kondisi dalam tubuhnya sehingga tidak menunjukkan gejala penurunan saturasi sejak awal.

Hingga nantinya kondisinya makin memburuk.

Saat saturasi oksigennya sudah anjlok, baru pasien menunjukkan kondisi berat dan perburukan sehingga harus segera diberikan alat bantu napas.

"Kondisi itulah yang disebut dengan happy hypoxemia syndrome. Kepustakaan ada yang menyebutkan nama lain yaitu silent hypoxia syndrome, pasien seolah-olah baik-baik saja padahal sedang dalam kondisi hypoxia," katanya.

Gejala sesak napas, kata dia, baru mulai tampak setelah terjadi konsolidasi berat pada jaringan paru.

Halaman
123

Berita Terkini