Update Gunung Merapi

Awas Banjir Sapi dari Pengungsi Merapi, Pemkab Sukoharjo Sebut Bisa Bikin Harga Anjlok,Ini Alasannya

Penulis: Agil Trisetiawan
Editor: Asep Abdullah Rowi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI : Kondisi Pasar Sapi Bekonang di Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo.

"Kalau di sini tidak terpengaruh (penjualan sapi warga lereng Gunung Merapi)." kata dia. 

"Tapi faktornya memang karena sepinya pembeli," imbuhnya. 

Ia menuturkan, harga sapi dagangannya turun di kisaran Rp 1 - 2 Juta per ekor sapi segala jenis.

Baca juga: Diminta Orang Tuannya Jaga Sapi saat Pawai, Gadis asal Klaten Ini Ketagihan Menunggangi Sapi

Baca juga: Kakek 90 Tahun Tolak ke Barak Pengungsi, Sempat Berkilah ke Relawan : Kalau Merapi Erupsi Saya Lari

Mengeluhkan Harga Sapi

Penjual sapi Pasar Hewan Bekonang mengeluhkan sepinya pembeli.

Hal ini berimbas pada anjloknya harga sapi di Pasar Hewan Bekonang. 

Menurut salah seorang pedagang sapi, Tio, ada penurunan harga sapi sekira 10 persen dari harga normal. 

"Iya, harga sapi sedang menurun kerena banyak pedagang tapi pembelinya kurang," katanya, Senin (16/11/2020).

Dia menuturkan, jenis sapi simmental yang biasanya dikisaran harga Rp 15 juta, kini harganya hanya Rp 13 juta. 

"Tak hanya pedagang sapi saja yang mengeluh, tapi tukang jagal sapi juga. Karena sepinya pesanan," jelasnya. 

Terkait dengan erupsi Gunung Merapi, Tio mengatakan tidak begitu mempengaruhi harga sapi di Pasar Hewan Bekonang. 

Baca juga: Lestarikan Sapi Jawa, Paguyuban Sapi di Klaten Gelar Acara Menunggangi Sapi, Diikuti Puluhan Peserta

Sebab, para pengungsi Gunung Merapi kebanyakan menjual hewan ternak mereka di kawasan Kabupaten Boyolali dan Klaten. 

"Kalau disini tidak terpengaruh (penjualan sapi warga lereng Gunung Merapi)." kata dia. 

"Tapi faktornya memang karena sepinya pembeli," imbuhnya. 

Terpisah, Kepala Dinas Perdagangan Perindustrian dan UMKM (DisperindakUMKM) Sukoharjo, Sutarmo membenarkan hal tersebut. 

"Dari pantauan kami memang ada penurunan harga sapi, tapi tidak signifikan," ucapnya. 

Menurutnya, hal tersebut wajar terjadi di Pasar, karena jumlah pembeli yang flukuatif. 

"Kalau dilihat dari siklusnya, kemungkinan bulan depan (saat Nataru) akan kembali normal," tandasnya. (*)

Berita Terkini