Meskipun begitu, kita pastikan dengan data dan informasi dari pemegang itu otoritas.
"Saya tahu persis masyarakat disini paham dengan kondisi dengan lingkungan Merapi" akunya.
"Tapi ikut informasi yang disampaikan seperti BMKG, para vulkanologi, " ujar dia.
Ia mengaku dalam antispasi bencana yang bisa muncul disaat gunung berapi aktif seperti lahar panas, maupun lahar dingin, sudah diantisipasi semua dengan BPBD.
Dia mengatakan BPBD selalu siap terus menerus, intens berkomunikasi dengan pengamat Merapi, BMKG, dan pemegang otoritas lainnya.
"Kita selalu membaca BMKG dan kita pantau setiap hari," katanya.
Karena pengungsian di tengah pandemi, Ganjar meminta untuk rutin cuci tangan, dan lapor ke petugas kesehatan jika tidak enak badan.
"Cuci tangan sesering mungkin, kalau ada gejala tidak enak badan, segera lapor ke petugas kesehatan," imbaunya.
Hujan Abu di Merapi
Petani di Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten mengalami kerugian pasca turunnya hujan abu akibat guguran awan panas Gunung Merapi, Selasa (19/1/2021).
Tanaman - tanaman milik mereka tertutup abu.
Kepala Desa Tegalmulyo, Sutarno mengatakan tanaman seperti cabai yang daunnya menjadi kering dan kol yang sudah siap dipanen harus dibersihkan dan dikeringkan dahulu.
"Dini hari tadi, Tegalmulyo turun abu vulkanik, hal membuat tanaman milik warga tertutupi abu seperti cabai dan kol," jawab Sutarno kepada TribunSolo.com, Selasa (19/1/2021).
Sutarno mengatakan selain itu, dampak dari abu ini juga berimbas kepada hewan ternak warga.
Baca juga: Kondisi Desa Balerante Klaten Saat Merapi Hembuskan Awan Panas : Banyak Warga yang Masih Tidur
Baca juga: Tak Hanya di Klaten, Hujan Abu Vulkanik Gunung Merapi Tipis Terjadi di 2 Wilayah Boyolali
Hal ini dikarenakan pakan ternak yang merupakan rumput-rumput tertutupi oleh abu vulkanik Gunung Merapi.
"Selain itu, ternak kami juga terdampak, ternak kami tidak nafsu makan karena rumput tertutup abu," kata Sutarno.
Kemudian, Sutarno mengatakan, meskipun warga Desa Tegalmulyo diselimuti hujan abu, aktivitas warga masih seperti biasa.
Aktivitas warga seperti berladang, bertani, masih dilakukan warganya.
Secara keseluruhan, warga masih beraktivitas seperti biasa, masih ada warga yang ke ladang, ke sawah," kata Sutarno.
Banyak Warga Tidur
Sebelumnya, hembusan awan panas Gunung Merapi terjadi saat para warga belum beraktivitas luar rumah, termasuk di Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten.
Koordinator Posko Pengungsian Desa Balerante, Jainu mengungkapkan hembusan tersebut terjadi pukul 05.00 WIB.
Saat itu, rata-rata masyarakat Desa Balerante masih banyak yang tidur.
"Saat guguran awan panas itu, warga belum banyak yang beraktivitas, warga sebagian masih tidur pada saat itu," tutur Jainu kepada TribunSolo.com, Selasa (19/1/2021).
Baca juga: Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas Guguran Terjauh Sejak Desember 2020, Warga Diminta Tak Panik
Baca juga: Relawan Merapi : Siang Lava Pijar Sering Berguguran Tapi Tak Terlihat, Kini Ada 270 Warga Mengungsi
Hembusan awan panas Gunung Merapi, sambung Jainu, mengakibatkan turunnya hujan abu vulkanik di kawasan Desa Balerante.
Meskipun turun hujan abu vulkanik, namun hanya tipis dan dinilai masih aman.
"Hujan abu turun ke Desa Balenrante, tapi tidak tebal, hanya tipis, sehingga sejauh ini masyarakat masih aman," jawab Jainu.
Jainu mengimbau kepada masyarakat untuk tetap waspada mengingat kondisi Merapi masih siaga.
Ia hanya mengingatkan masyarakat bisa beraktivitas dengan jarak yang ditentukan.
"Secara umum, kondisi Merapi masih berstatus siaga, namun yang terpenting warga jangan masuk di radius berbahaya yang sudah ditentukan BPPTKG, yaitu radius 3 kilometer, " imbau Jainu.
Sebagai informasi, Merapi menghembuskan guguran awan panas 1 kali, dengan jarak luncur 1800 meter dan tinggi 500 meter di puncak dan angin kearah timur.
Selain itu, Merapi juga meluncurkan guguran lava pijar sebanyak 30 klaibdengan jarak luncur 300-900 meter ke arah barat daya.
Belum Mengungsi
Sementara itu, warga di kawasan barat belum diminta mengungsi meski ancaman lava Gunung Merapi gergeser ke barat data.
Hal ini seperti yang terjadi di titik rawan daerah selain Klaten dan Boyolali.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Sleman, Makwan mengatakan pemukiman warga di wilayah barat masih di luar jarak bahaya ancaman Gunung Merapi.
Menurut rekomendasi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), daerah bahaya berada di 5 km dari puncak.
Baca juga: Merapi Muntahkan Lava Pijar, 241 Warga Tlogolele Bertahan di Pengungsian, Ronda Malam Diintensifkan
Baca juga: Perjalanan Karier Farida Pasha, Pemeran Mak Lampir dalam Sinetron Kolosan Misteri Gunung Merapi
"Belum ada instruksi untuk menurunkan warga di sisi barat, karena rekomendasi masih 5 km. Warga diminta untuk meningkatkan kewaspadaan. Paling dekat dengan puncak adalah Turgo, jaraknya 6,5 km, Tunggularum masih 7,5 km, sehingga masih di luar 5 km,"katanya, Minggu (17/01/2021).
Pihaknya masih mengikuti rekomendasi dari BPPTKG, untuk itu warga di sisi barat tidak perlu mengungsi.
Apalagi di tengah pandemi COVID-19, potensi penularan justru bisa meningkat jika warga buru- buru mengungsi.
"Selama rekomendasinya masih 5 km ya kita patuhi. Kecuali nanti rekomendasi BPPTKG jadi 6 km, ya langsung berangkat. Di bawah itu ada COVID-19, itu yang harus hati-hati. Jadi bertahan dulu, apalagi dari zona hijau,"ujarnya.
Baca juga: Saat Merapi Tak Berhenti Muntahkan Lava Pijar, Sudah 128 Kali Selama Seminggu, Ini Penjelasan BPPTKG
Baca juga: Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas Guguran Terjauh Sejak Desember 2020, Warga Diminta Tak Panik
Ia menegaskan tidak ada warga yang tinggal di radius 5 km dari puncak Gunung Merapi.
Untuk sisi barat daerah terdekat dengan Merapi adalah Turgo jarak 6,5 km dengan jumlah KK sebanyak 182, sedangkan Ngandong Tritis ada 243 KK, dan Tunggularum ada 195 KK.
Sementara itu, Kasi Mitigasi Bencana BPBD Kabupaten Sleman, Djokolelana menambahkan selain ancaman awan panas, pihaknya mewaspadai adanya potensi banjir lahar dingin.
Untuk itu, pihaknya mulai menyiagakan pemantau-pemantau sungai.
"Karena banyak material endapan, kami mewaspadai jika puncak atau lereng terjadi hujan dengan intensitas tinggi. Kami menyiagakan pemantau-pemantau sungai, sehingga mendukung sistem EWS ( Early Warning System) yang ada," tambahnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul BREAKING NEWS : Gunung Merapi Muntahkan 3 Kali Awan Panas Berjarak Luncur hingga 1,8 km dalam 6 Jam