"Sehingga saya ganjel pakai kaki ini cukup lama juga,"
"Jangan sampai Ibu saya ini terjatuh. Karena Kalau terjatuh itu filosofi nggak baik. makanya, kaki saya saya korbankan untuk beliau," ujar Rudy sambil terus menahan air matanya jatuh.
Apakah itu pengalaman yang emosional bagi Pak Rudy? tanya TribunSolo.com.
"Kalau emosional tidak ya," ujar Rudy, kali ini sambil menyeka air mata.
"Saya sebagai kader partai hanya bertugas menjaga aset partai. Mbak Mega saya anggap sebagai pemimpin dan aset partai. Saya punya kewajiban di situ,"
"Dan Mbak Mega tidak boleh disakiti siapapun. Kalau ada yang menyakiti, saya orang pertama yang di depan," kata Rudy, sambil menyeka air mata.
Kembali Jadi Tukang Las
Baru sehari tak menjabat Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo mengerjakan kesibukan yang tidak biasa.
Tidak di atas meja, tetapi justru melakukan hal unik sehingga beda 360 derajat dengan sosok mantan orang nomor satu di Kota Bengawan itu.
Ya, biasanya pakai jas, kemeja hingga sepatu kulit.
Tapi kini tampak beda saat ditemui TribunSolo.com, Rudy sapaan akrabnya kaus berkerah, celana kolor dan sandal jepit.
Lantas apa yang dilakukan pria yang masih jadi Ketua DPC PDIP Solo itu?
Baca juga: Jadi Tukang Las Setelah Pensiun Wali Kota Solo, FX Rudy Sebut Keluarga Mendukung
Baca juga: 5 Fakta Rudy-Purnomo Akhiri Jabatan Wali Kota & Wakil Wali Kota Solo : Tangisan hingga Terobos Hujan
Rudy ternyata tengah melakoni pekerjaan sebagai tukang las.
Dia tengah mengerjaan proyek di bengkel las yang sudah dirintis bersama rekannya.
Lokasi bengkel tersebut berdekatan dengan rumahnya di Kelurahan Pucangsawit, Kecamatan Jebres.
Saat itu Rudy mengelas tandon air pesanan orang sembari menggunakan kacamata khas las dan tampak lihai.
Pesanan tersebut nantinya akan digunakan untuk dipasang di pinggir sungai.
Bahkan dengan terang-terangan, Rudy menegaskan setelah purna tugas tidak perlu gengsi atau khawatir dengan pekerjaan lain.
"Gak usah gengsi, tidak turun derajat, tidak ada," aku dia kepada TribunSolo.com, Kamis (18/2/2021).
Menurut Rudy, hidup ini yang penting bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
"Yang penting urip kui urup (hidup itu menyala)," jelas Rudy.
Dia juga memiliki prinsip, jika dulu sebagai Wali Kota Solo adalah pelayan masyarakat.
Menurut di, bila ada pejabat seperti wali kota atau gubenur gengsi untuk bekerja di masyarakat berarti bukan pelayan masyarakat, tetapi bersifat penguasa.
"Karena saya pelayanan masyarakat," aku dia.
Bahkan dia menyatakan keluarganya tidak mempermasalahkan apapun pekerjaannya setelah 'pensiun' menjadi Wali Kota Solo.
Rudy mengatakan, sampai saat ini tidak ada protes dari keluarga terkait pekerjaannya.
Entah apakah jadi tukang las, tukang kayu dan lain sebagainya.
"Keluarga mendukung, tidak ada yang larang, yang penting halal," tuturnya.
Baca juga: Turun dari Bus Pemkot, Rudy Basah Kuyup Terjang Hujan, Jalan Kaki ke Rumahnya di Pucangsawit Solo
Baca juga: Sah! Ini Surat Resmi Ahyani Plh Wali Kota Solo, Gegara Gibran Anak Jokowi Batal Dilantik 17 Februari
Di sisi lain, Rudy merasa masih memiliki utang kepada masyarakat.
Utang tersebut adalah mengambil ijazah untuk masyarakat tidak mampu.
"Masih utang tentang masyarakat kecil, lemah, miskin dan tertindas," terang dia.
Menurut dia, soal mengambil ijazah anak yang tidak mampu ini penting karena mereka anak tidak berdosa yang terkena dampak.
"SPP tanggung jawab orang tua, sehingga ijazah ditahan," papar dia.
Dia menekankan, bila ijazah ditahan anak tersebut tidak akan bisa melanjutkan kuliah atau untuk mendaftar kerja.
"Itu yang perlu ditekankan," ungkapnya.
Tangis Haru PNS
Sebelumnya, Wali Kota FX Hadi Rudyatmo dan Wakil Wakil Kota Solo, Achmad Purnomo resmi pamitan dan tinggalkan tempat keduanya bekerja, Rabu (17/2/2021).
Dari pantauan TribunSolo.com, Rudy dan Purnomo mendatangi satu-persatu PNS yang setiap hari bersinggungan dengannnya di lingkungan Pemkot Solo.
Keduanya berjalan menyambangi PNS yang berjejer sekira pukul 10.00 hingga pukul 11.30 WIB.
'Suwun nggih pamit (makasih ya pamit)," celetuk Rudy sembari melambaikan tangan bersama Purnomo yang disambut para PNS di halaman Balai Kota Solo.
Karena saking antusiasnya PNS, sampai-sampai mereka meminta foto bersama dan salaman meskipun diwanti-wanti Rudy.
Baca juga: Akhir Menjabat Wali Kota, FX Rudy Berharap Kisruh Keraton Solo Rampung : Biar Kuncoro, Ini Artinya
Baca juga: Menyentuh, Momen Terakhir FX Rudy Pimpin Upacara HUT ke-276 Kota Solo : Ini Bukan Perpisahan
"Matur nuwun...matur nuwun, wes dang tangane dicuci (makasih, makasih, udah segera cuci tangan)," pinta Rudy diiyakan para PNS sembari mengiyakannya.
Bahkan saat meninggalkan Bali Kota Solo sembari melangkah kaki ke Bus Pemkot yang akan mengantarkannya, Rudy tampak berkaca-kaca.
Banyak di antaranya mereka yang mengantarkan Rudy meninggalkan Pemkot, meneteskan air mata.
Tangis pun pecah dari mereka akan sosok yang selama belasan tahun memimpin Kota Bengawan itu.
"Sampai jumpa lagi Pak Rudy, kami bakal rindu," kata PNS terdengar saat berjejer di halaman Balai Kota.
Adapun Rudy diantar ke kediamannya di Kampung Badran RT 002 RW 009, Kelurahan Pucangsawit, Kecamatan Jebres.
Sementara Purnomo diantar ke rumahnya di Jalan Bhayangkara Nomor 23 , Kelurahan Panularan, Kecamatan Laweyan.
Mereka menggunakan bus warna hitam berlogo 'Pemerintah Kota Surakarta' berpelat nomor AD-9515-AD dan duduk di belakang sopir.
Saat detik-detik bus keluar dari halama Balai Kota Solo, Rudy sempatkan diri melambaikan tangan membuka jendela sebagai tanda perpisahan kepada PNS dan warga yang melihat.
Adapun ada banyak PNS yang mengantarkannya ke rumah, di antaranya mobil dinas pribadi sejumlah unit di bagian depan.
Kemudian di belakang bus yang dinaiki Rudy, ada sejumlah Batik Solo Trans (BST) warga merah sejumlah unit.
Baca juga: Menyentuh, Momen Terakhir FX Rudy Pimpin Upacara HUT ke-276 Kota Solo : Ini Bukan Perpisahan
Baca juga: Potret FX Rudy Copoti Lukisan Bung Karno hingga Megawati, Jelang Pensiun Jadi Wali Kota Solo (*)