Laporan Wartawan TribunSolo.com, Adi Surya Samodra
TRIBUNSOLO.COM, KARANGANYAR - Seorang pendaki Gunung Lawu mengalami insiden dalam perjalanan turun.
Pendaki yang diidentifikasi bernama Sefa, asal Demak, Jawa Tengah tersebut mengalami kram.
Baca juga: Pendaki asal Magelang Ditinggal, SAR Gunung Lawu Sesalkan Pendaki Baru Tak Memiliki Solidaritas
Sefa akhirnya mendapatkan pertolongan tim penyelamat saat perjalanan turun dari Gunung Lawu via pos Tambak.
Komandan Markas SAR Karanganyar, Arief Sukro Yulianto mengatakan kram tersebut sebenarnya sudah dikeluhkan Sefa saat perjalanan mendaki, Sabtu (10/4/2021).
"Tetapi tetapi tetap memaksakan naik ke puncak bersama seorang temannya," kata Arief kepada TribunSolo.com, Senin (12/4/2021).
Saat perjalanan turun, Sefa kemudian mengeluhkan kram lagi ketika tiba di pos 3 dan tidak bisa melanjutkan perjalanan.
"Akhirnya temannya yang sehat turun ke basecamp dan melaporkan ke petugas," ujar Arief.
"Laporan diterima sekira pukul 15.30 WIB via HT. Tim evakuasi kemudian dikerahkan," tambahnya.
Sefa sempat berusaha berjalan kaki dengan didampingi tim namun tidak kuat saat di tengah jalan.
"Akhirnya digendong sampai pos 1. Disana ada ojek dari warga kemudian dibawa turun ke basecamp," ucap Arief.
"Teman-teman PMI kemudian melakukan penanganan medis. Saat ini survivor istirahat di basecamp," tambahnya.
Insiden Ditinggal
Sebelum peristiwa ini, terjadi insiden di Gunung LAwu yang viral.
Insiden itu adalah ditinggalnya seorang pendaki oleh teman-temannya saat sakit sehingga tak bisa turun.
SAR Gunung Lawu menyesalkan peristiwa ini.
Kejadian itu menimpa seorang pendaki asal Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Dia bersama 7 orang temannya tengah melakukan pendakian di Gunung Lawu.
Pendaki tersebut diduga ditinggal temannya karena kakinya cedera.
Informasi yang dihimpun TribunSolo.com, kejadian tersebut terjadi di Cemoro Sewu, Magetan, Jawa Timur.
Baca juga: Mengenal Burung Jalak yang Memandu Pendaki Gunung Lawu Tersesat : Mitos Muncul Sejak Era Majapahit
Baca juga: Momen Long Weekend, Pendakian Gunung Lawu Sepi, Cuma Ada 13 Pendaki : Cuaca Ekstrem Jadi Alasan
Namun, untuk mengantisipasi kejadian serupa tidak terjadi di wilayah Karanganyar, ada imbauan dari SAR Karanganyar.
Komandan Markas SAR Karanganyar, Arif Sukro Yunianto menuturkan, kejadian seperti itu kerap ditemui saat mendaki gunung.
Menurutnya, penyebabnya adalah pendaki yang baru pertama kali naik gunung.
"Biasanya mereka ini pendaki pemula sehingga solidaritasnya belum ada," tegasnya, Selasa (23/3/2021).
Baca juga: Jalur Pendakian Gunung Lawu Tetap Buka saat PSBB, Namun Sepi Pendaki
Adapun bahaya yang bisa mengancam pendaki yang ditinggal sendirian seperti serangan hewan buas, tersesat, dan mengalami hipotermia.
"Efeknya kalau ada pendaki yang ditinggal sendiri seperti itu," kata dia.
Oleh karenanya, ia mengimbau supaya pendaki pemula untuk tidak bersikap egois.
"Kalau ada temannya yang capek, jangan langsung ditinggal."
"Misal ada 10 orang yang naik, dua orang bisa menemani yang capek ini," ungkapnya.
Burung Jalak
Fenomena pendaki Gunung Lawu yang tersesat, kemudian dituntun burung Jalak viral media sosial.
Ada yang mengaitkan dengan hal-hal mistik, ada juga yang berpikiran realistis jika Jalak penunjuk jalan hanya kebetulan.
Lantas, bagaimana sebenernya fenomena tersebut?
Menurut Arief Sukro Yulianto, sosok yang selama ini malang melintang di gunung yang berada di Kabupaten Karanganyar, kejadian tersebut sering dialami pendaki.
Arief yang juga Komandan Markas SAR Karanganyar bahkan menganggap hal itu lazim terjadi di gunung yang selama ini terawat.
Baca juga: Heboh 4 Pendaki di Gunung Lawu Tak Ada Kabar, Harusnya Sudah Turun, Disebut Imbas Cuaca Ekstrem
Baca juga: Tak Hanya Hamparan Kabun Teh, Ada Rumah Hobbit di Kaki Gunung Lawu, Wisata Desa Serasa di Eropa
Bahkan dia mengisahkan sempat mengalami hal serupa saat mendaki Lawu.
"Saya juga sempat mengalami hal serupa," katanya kepada TribunSolo.com, Sabtu (20/2/2021).
"Bedanya ketika itu saya sedang mendaki dari pos 3 menuju pos 4 melalui Cemoro Kandang," imbuhnya.
Maka lanjut dia, fenomena pendaki bertemu burung jalak Lawu merupakan hal biasa.
Apalagi jika memang ada yang merasa tersesat.
"Biasa saja, tapi terkadang suka menghubungkannya dengan mitos," ungkap dia.
Walaupun demikian, Arief berharap para pendaki tidak mengandalkan keberadaan Lalak Lawu saat naik maupun turun.
"Sudah fokus saja pada jalur pendakian, sehingga tidak terjadi potensi tersesat," aku dia.
Jumlah Pendaki
Sebelumnya, Mmomen libur panjang pekan ini tidak berdampak terhadap jumlah pendaki Gunung Lawu, termasuk melalui pos pendakian Cemoro Kandang.
Hal ini terlihat dari sepinya pos pendakian Cemoro Kandang yang tak banyak jumlah pendaki berkunjung.
Menurut salah seorang penjaga pos pendakian Cemoro Kandang, Bambang Wirawan, hanya ada belasan orang yang mendaki pada libur panjang ini.
"Hari cuma ada 13 orang yang mendaki," katanya kepada TribunSolo pada Jumat (12/2/2021).
"Itu terbagi , 5 orang Sidoarjo dan 7 dari Nganjuk, dan 1 orang dari Jakarta," imbuhnya.
• Long Weekend Solo, Lalu Lintas Ramai Lancar, Kendaraan Luar Kota Mulai Masuk : Ada yang dari Jakarta
• Long Weekend, Kawasan Tawangmangu Ditutup kabut Tebal, Jarak Pandang Berkendara Cuma 5 Meter
Dirinya menambahkan selama masa pandemi ditambah musim penghujan yang cukup deras menyebabkan jumlah pendaki akan selalu dibawah 50 orang.
"Akan ramai mungkin di bulan Juni, saat kemarau tiba dan jalanan pendakian mulai kering dan bisa ditapaki," ujarnya.
Dalam pantauan TribunSolo jalanan di Tawangmangu cukup diramaikan oleh kendaraan baik roda dua dan empat.
Namun mayoritas dari mereka memilih untuk mampir ke area wisata kafe dan rumah makan yang bisa dinikmati dalam tempo singkat. (*)