Berita Klaten Terbaru

Inilah Untung Raharjo, Warga Terdampak Tol Solo-Jogja yang Membuat Monumen Setum di Ngawen Klaten

Penulis: Azfar Muhammad
Editor: Asep Abdullah Rowi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sosok Untung Raharjo pembuat monumen tandem roller atau setum karena terdampak Tol Jogja-Solo di Dukuh Jetis RT 12 RW 05, Desa Gatak, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten, Sabtu (17/4/2021).

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Azhfar Muhammad Robbani

TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Di balik sosok yang mencetuskan pembuatan replika tandem roller atau setum, ada Untung Raharjo (47).

Replika alat berat yang identik untuk meratakan tanah atau pengaspalan dipasang dii Dukuh Jetis RT 12 RW 05, Desa Gatak, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten.

Untung merupakan salah satu warga terdampak proyek Tol Solo-Jogja.

Yang unik dari Untung, biasanya warga melakukan aksi protes besar-besaran kepada aparat dan pemerintah namun tidak dengan dirinya.

Baca juga: Digusur Tol Solo-Jogja Selama-lamanya, Warga Klaten Bikin Monumen Setum : Sedih Pergi dari Kampung

Baca juga: Ada Pintu Exit Tol Solo-Jogja di Klaten, Pengamat Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Meningkat

Dirinya lebih memilih untuk membuat replika monumen selamat jalan dengan bahan sederhana yang ia buat dari bambu.

Selama ini dia hidup di Jalan Pendawa Lima No 1 Dukuh Slametan.

"Saya tinggal di sini saat ini bersama satu istri dan 4 orang anak," kata Untung kepada TribunSolo.com (17/4/2021).

Diketahui sosok Untung merupakan mantan aktifis mahasiswa saat dulu berkuliah di salah satu perguruan tinggi di Yogyakata.

"Saya dulu mantan pendemo, zaman mahasiswa saya turun kelapangan, aktifis reformasi koar-koar dan ya saya keras," katanya.

Hal tersebut ia ceritakan pengalaman hidupnya saat ikut demo pada zaman reformasi Presiden Soeharto.

"Dulu semasa masa turunkan Soeharto juga membuat replika ondel-ondel wajahnya dikasih wajah Soeharto," tambahnya.

Seusai lulus kuliah ia sampaikan pernah merantau ke ibu Kota Jakarta dan bekerja sebagai pegawai di salah satu pabrik.

"Sekitar kurang lebih tahun saya di Jakarta dan kembali berpulang ke kampung halaman di tahun 2009," tambahnya.

"Sudah puluhan tahun saya tinggal di sini dan saya sedih ketika rumah saya digusur oleh pemerintah," katanya.

Halaman
1234

Berita Terkini