Menurut Untung, replika tersebut dibuat untuk menuangkan aspirasi dan meluapkan curahan seorang warga terdampak dengan adanya proyek tol.
Ada sebanyak 10 rumah terdampak di kawasan tempat tinggalnya.
"Ya saya sebenarnya hanya ingin meluapkan curahan hati saya saja, saya ingin mengenang kampung halaman ini," ujar dia kepada TribunSolo.com (17/4/2021).
"Kenangan ini tidak bisa dikenang dengan uang, saya memilih untuk mengabadikan kesedihan saya dengan membuat ini," tambahnya.
Ia sampaikan kenangan tersebut digambarkan untuk mengenang beberapa bangunan yang akan ditinggalkan, termasuk rumah, kebun, bengkel di kampungnya.
Mengingat selama puluhan tahun lahir dan menua di kawasan tersebut.
Namun adanya proyek tol, dirinya bersiap-siap pindah selama-lamanya.
"Saya terinspirasi dengan alat berat yang menjadi ikon pembangunan yaitu setum, agar menjadi perhatian," ujarnya.
"Pasti kalau orang-orang lihat setum tersebut fikirannya, oh ada pembangunan jalan dan bisa menghaluskan serta meratakan jalanan," tambah dia.
Ia mengaku dalam proses pengerjaan monumen tersebut ia mengerjakannya sendiri dengan bahan yang seadanya.
"Sekitar 2 bulan yang lalu dan baru dipasang baru- baru minggu ini," katanya.
"Bambu dan kerangka saya rancang sendiri, tulisan saya membuat dari spon atau karet," ujarnya.
Hanya saja sebagai pertanda biar semua mata tahu, dia memajang karyanya di pinggiran jalan masuk kampung di samping sawah milik orang lain.
Baca juga: Ada Pintu Exit Tol Solo-Jogja di Klaten, Pengamat Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Meningkat
Baca juga: Tanpa Basa-basi Sekolah di Sragen Lockdown, Imbas 7 Guru Positif, 2 Orang di antaranya Meninggal
Untung pun mengeluh saat dirinya mendengar bahwa kampung halamannya akan digusur dan diratakan dengan adanya pembangunan tol Trans Jawa ini.
"Relokasi ada tapi berbeda-beda belum ada bahasan," tambahnya.