Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari
TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Warga di 2 RT desa Jetis, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen harus terima nasib, sebab kampung mereka harus ditutup sementara alias lockdown.
Penutupan sementara ini dilaksanakan mulai Rabu (28/4/2021) hingga 14 hari kedepan.
Sekretaris Desa Jetis, Sigit Darsono menjelaskan, awal mula penularan corona ini berawal dari kegiatan warga melakukan peringatan kematian atau tahlilan di kampung mereka.
Warga membantu peringatan 7 harian di rumah salah satu warga.
Baca juga: Hasil Tes Covid-19 di Stasiun Solo Balapan, 40 Calon Penumpang Kereta Api Positif Corona Bulan Ini
Baca juga: Buntut Imam Salat Tarawih di Klaten Terpapar Corona, Kini Tambah 5 Orang Positif: Termasuk Anaknya
Setelah acara 7 harian peringatan kematian tersebut, banyak warga yang sakit batuk dan pilek.
Kemudian sampai ada warga yang meninggal.
"Awalnya 7 harian orang meninggal yasinan, kumpul disitu bantuin," papar Darsono, Senin (3/5/2021).
Setelah itu, dilakukan swab test massal diikuti 110 warga desa Jetis dengan hasil total 44 orang terkonfirmasi positif corona.
Setelah diusut, ternyata pasien pertama yang meninggal dunia karena corona itu kedatangan kerabat dari Jakarta.
"Ada yang datang. Dari jakarta. Kerabatnya" ujarnya.
Baca juga: Kasus Corona Solo Melonjak Dua Minggu Terakhir Ini, Ada 232 Orang Terpapar Corona
Berdasarkan pantauan TribunSolo.com, senin (03/05/2021) akses jalan masuk ke 2 RT tersebut ditutup portal, suasana nampak sepi dari aktivitas warga.
Disamping pintu masuk, terdapat kardus bertuliskan "maaf broo. Lockdown".
Kondisi warga Jetis saat ini mulai membaik, setelah sebelumnya sempat merasakan gejala batuk dan pilek.
"Semua kondisi normal 36,1 derajat rata-rata. Dari satgas kesehatan desa sudah dicek. Biar tahu perkembangan. Kalau tidak terjadi lonjakan lagi kan repot" tambahnya.
Dari klaster tersebut, Bupati Sragen minta setiap satgas harus tracing kasus sampai tuntas.
"Saya perintahkan jika ada kasus harus di tracing sampai zero. Nol," kata Yuni.
Klaster Salat Tarawih
Kasus ustaz meninggal karena corona di salah satu masjid di desa Pelemgadung, Kecamatan Karangmalang, Kabupaten Sragen menjadi sebuah klaster.
Sebab, diketahui saat ini total ada 13 orang dari hasil tracing yang terpapar corona.
Ketua RT setempat, Hidayat mengatakan, hasil tracing sampai tanggal 2 Mei 2021 kemarin ada total 13 orang positif lantaran kontak erat dengan ustaz tersebut.
Baca juga: Varian Baru Corona dari India dan Afrika Selatan Masuk Indonesia, Menkes: Penularan Relatif Tinggi
Baca juga: Soal Larangan Mudik 2021, Satgas Covid-19 Solo Sebut Jangan Sampai Corona Meledak Seperti di India
Hidayat menjelaskan, bermulanya klaster Salat Tarawih ini adalah saat ustaz R mulai batuk-batuk tiga hari menjelang bulan puasa tiba.
"Waktu memimpin salat tarawih hari pertama, ustaz R bacanya ada berhentinya. Seperti orang keselek. Seperti orang sesek," kata Hidayat, saat ditemui TribunSolo.com, Senin (03/05/2021).
Setelah sakit, Ustaz R tidak datang ke masjid, dan dirawat di rumahnya.
Selang beberapa hari, takmir masjid yang sangat dekat dengan Ustaz R juga diketahui sakit, dimana saat dirawat di rumah tidak membaik.
"Setelah 9 hari dirawat, Takmir masjid meninggal dunia. Setelah di tes, ternyata hasilnya positif," ujar Hidayat.
Baca juga: Mau Nekat Mudik ke Solo? Renungkan Kasus Corona Meroket,166 Orang Isolasi & 58 Orang Dilarikan ke RS
Hidayat menambahkan, penularan diduga terjadi melalui mic masjid, yang digunakan bergantian oleh kedua orang tersebut.
"Ada satu mic masjid yang digunakan bergantian. Jadi, kalau Ustaz datang pertama, dia yang adzan. Kalau takmir yang datang, dia yang azan. Ganti-gantian" jelas Hidayat.
Setelah tidak datang ke masjid, azan di masjid dilakukan oleh warga lain, yang setelah tracing juga positif covid-19.
"Kemungkinan besar, nularnya lewat mic itu," kata Hidayat.
Melihat kasus tersebut, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sragen, Hargiyanto mengimbau kepada warga seluruh masjid, untuk mensterilkan mic yang digunakan.
"Karena digunakan bergantian, mic yang digunakan bisa dibersihkan rutin dengan disemprot disinfektan," himbau Hargiyanto.
Masjid Ditutup Sementara
Sebuah masjid di Desa Pelemgadung, Kecamatan Karangmalang, Kabupaten Sragen ditutup sementara atau di-lockdown.
Penutupan masjid tersebut dilakukan setelah ditemukan kasus meninggal pasien Covid-19 di desa tersebut.
Ketua RT setempat, Hidayat mengatakan itu terpaksa dilakukan setelah takmir masjid tersebut, dinyatakan meninggal dunia karena covid-19. Berselang 1 minggu kemudian, ustadz masjid tersebut juga dinyatakan meninggal dunia karena terpapar covid-19.
"Kita tutup sejak 17 April sampai 30 April. Kemudian diperpanjang lagi dari 1-10 Mei nanti" ujar Hidayat saat ditemui TribunSolo.com, Minggu (02/05/2021)
Dari pantauan TribunSolo.com, suasana sepi terlihat di kompleks masjid tersebut. Lampu masjid tidak menyala, serta tidak terdapat aktivitas jamaah di dalamnya.
Baca juga: 50 Warga di Banmati Sukoharjo Isolasi Mandiri, Gegara Imam Masjid Positif Covid-19
Baca juga: Viral Kakek 70 Tahun Kelelahan Bawa Jasad Istri Naik Sepeda, Warga Ogah Menolong Takut Covid-19
Sepinya masjid tersebut berdeda dengan suasana masjid lainnya, yang telah menggelar salat tarawih berjamaah selama bulan ramadhan tahun ini.
Perpanjangan penutupan masjid perlu dilakukan karena setelah dilakukan tracing, terdapat 6 orang lainnya yang dinyatakan terpapar covid-19.
"Setelah hasil tes PCR takmir masjid keluar, langsung dilakukan screening oleh satgas kecamatan. Dari 23 yang diperiksa, 6 diantaranya terkonfirmasi positif" kata Hidayat.
Sebanyak 6 orang tersebut kini menjalani isolasi di Technopark, Sragen hingga 9 Mei dan termasuk kedalam kelompok OTG.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sragen, dr Hargianto menyatakan masih melakukan penelusuran terhadap kasus ustadz tersebut.
"Iya benar. Besok senin kita lakukan tracing lagi. Ternyata ustadz dengan 7 orang berbeda klaster" kata dr Hargiyanto.
Puluhan Orang Isolasi Mandiri
Di tempat lain, Satgas Covid-19 Kabupaten Sukoharjo bersama Muspika Sukoharjo menutup salah satu masjid di Kelurahan Banmati, Kecamatan/kabupaten Sukoharjo.
Pasalnya, ada salah satu imam masjid yang diketahui positif Covid-19.
Menurut Plt Camat Sukoharjo, Havid Danang, penutupan dilakukan pada Sabtu (1/5/2021).
Baca juga: Super Mewah, Karantina Pemudik Nekat ke Solo Bisa di Hotel Bintang 4, Jika Ogah di Solo Technopark
Baca juga: Lagi, Guru SMAN 1 Gondang Sragen Meninggal karena Corona, Sempat Jalani Perawatan di Rumah Sakit
Tim Satgas Covid-19, mendatangi lokasi masjid dan melakukan sosialisasi kepada warga.
"Kami telah melakukan langkah awal, seperti sosialisasi, penyemprotan disinfektan di lingkungan masjid," katanya Minggu (2/5/2021).
Kasus ini muncul ketika imam masjid tersebut menunjukan gejala penyakit yang mirip corona.
Kemudian, dia dibawa ke RS PKU Muhammadiyah dan dinyatakan positif corona dalam tes swab PCR.
Saat dilakukan tracing, 50 warga yang merupakan jamaah masjid tersebut terpaksa harus dilakukan isolasi mandiri.
Baca juga: Kasus Corona Solo Melonjak Dua Minggu Terakhir Ini, Ada 232 Orang Terpapar Corona
Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19.
"50 warga yang melakukan isolasi mandiri merupakan kontak erat," jelasnya.
Terkait kebutuhan logistik warga yang melakukan isolasi mandiri, Havid mengatakan telah bekerjasama dengan BPBD Sukoharjo.
Kasus Corona di Ampel Boyolali
Buntut 36 orang warga Dukuh Gondang, Desa Candi, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali terkonfirmasi positif Covid-19, kini ada 51 orang yang masuk daftar tracing.
Camat Ampel, Dwi Sudarto mengatakan, pihaknya sudah melakukan tracing dari kasus tersebut.
Kini ada total 51 orang yang harus menjalani swab test.
Baca juga: Mau Nekat Mudik ke Solo? Renungkan Kasus Corona Meroket,166 Orang Isolasi & 58 Orang Dilarikan ke RS
Baca juga: Sekolah di Kawasan Zona Merah Sragen Dilarang Gelar Ujian Luring, Imbas Kasus Guru Terpapar Corona
"Kami lakukan tracing kembali dan hasilnya ada 51 orang yang kontak erat," ucap Dwi kepada TribunSolo.com, Kamis (22/4/2021).
Sebanyak 51 orang tersebut merupakan keluarga terdekat pasien dan warga sekitar.
Dwi mengatakan, saat ini mereka sudah melakukan uji swab untuk memastikan kesehatannya.
"Kami minta untuk menjalani isolasi mandiri sambil menunggu swab keluar," pungkasnya.
Gegara Piknik
Sejumlah orang dilarikan ke rumah sakit imbas 36 warga di Dukuh Gondang, Desa Candi, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali terkonfirmasi positif Covid-19.
Mereka terpapar Covid-19 berjamaah setelah piknik ke Jogjakarta.
Ketua Satgas Covid-19 Ampel yang sekaligus Camat Ampel, Dwi Sudarto mengatakan, 33 orang yang melakukan perawatan di rumah dan 3 orang dilarikan di rumah sakit.
"Mayoritas 33 orang jalani isolasi mandiri di rumah dan sisanya dirawat intensif di rumah sakit," ungkap dia kepada TribunSolo.com, Selasa (20/4/2021).
Baca juga: Dua RT di Kecamatan Ampel Boyolali Lockdown, 36 Warga Positif Covid-19 Seusai Liburan ke Jogja
Baca juga: Perantau Klaten Diizinkan Pulang Sebelum Tanggal Ini, Asal Bawa Bukti Surat Negatif Covid-19
Pasca kejadian tersebut, pihaknya langsung me-lockdown seluruh kegiatan sosial kemasyarakatan, termasuk peribadatan dalam ranga puasa Ramadhan di antaranya tarawih di masjid.
Selain itu, pembelajaran tatap muka jenjang SD dihentikan sementara.
"Kami me-lockdown semua kegiatan di wilayah RT 3 dan RT 2 tersebut," tutur Dwi.
Habis Piknik
Sebanyak 36 warga Desa Candi, Kecamatan Ampel terkonfirmasi positif Covid-19 usai liburan ke luar kota.
Pasca peristiwa itu, wilayah tersebut harus lockdown.
Camat Ampel, Dwi Sudarto mengatakan, terpaparnya 36 orang tersebut berawal dari rombongan sedang piknik ke Jogjakarta.
"Ada 36 warga di Desa Candi terpapar Covid-19, rombongan sebelumnya piknik ke Jogja," ucap Dwi, Selasa (20/4/2021).
Baca juga: Tanpa Basa-basi Sekolah di Sragen Lockdown, Imbas 7 Guru Positif, 2 Orang di antaranya Meninggal
Baca juga: Imbas Klaster Ponpes di Ceper Positif, Satgas Corona Klaten Siaga, Agar Tak Menyebar ke Perkampungan
Dwi mengatakan, kegiatan piknik tersebut dilakukan pada Minggu (4/4/2021).
Salah satu warga berinisial NS melakukan swab pada Selasa, (6/4/2021).
"Setelah Bapak NS menjalani swab, Kamis (8/4/2021) hasil keluar dan beliau dinyatakan positif Covid-19," ujar Dwi.
Dwi mengatakan, setelah mengetahui NS terkonfimasi positif Covid-19, maka NS melakukan karantina mandiri.
Baca juga: Apa Itu Varian Baru Virus Corona E484K dan Seberapa Bahayanya? Ini Jawaban Satgas Covid-19
Kemudian, setelah mendapat informasi tersebut, pihak Kecamatan Ampel langsung melakukan tracing pada Senin (12/4/2021) dan Selasa (13/4/2021). Hasilnya keluar Minggu (18/4/2021).
"Pada 12 April 2021, 35 orang dilakukan swab dengan hasil 29 positif dan 6 negatif, lalu pada 13 April 2021 ada 11 orang diswab dan hasilnya 6 positif dan 5 negatif," terangnya.
Pasca kejadian tersebut, pihaknya langsung me-lockdown seluruh kegiatan sosial kemasyarakatan, termasuk peribadatan.
Selain itu, pembelajaran tatap muka jenjang SD dihentikan sementara.
"Sementara waktu, wilayah RT 3 dan RT 2 tersebut di-lockdown, tempat peribadatan di Dukuh Gondang ditiadakan, dan pemberlajaran tatap muka di 1 desa dihentikan sementara," pungkasnya.