Berita Wonogiri Terbaru

Pecahkan Rekor Harian, Sehari Ada 40 Jenazah di Wonogiri yang Dimakamkan dengan Prokes

Penulis: Erlangga Bima Sakti
Editor: Agil Trisetiawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ilustrasi pemakaman jenazah dengan protokol kesehatan

Dia meminta agar tetap melaksanakan protokol kesehatan untuk menekan penyebaran Covid-19.

Total 17 Orang

Selama Juni ini, petugas pemakaman jenazah pasien Covid-19 Wonogiri sudah memakamkan total 17 orang sampai Rabu (23/6/2021). 

Kepala pelaksana harian (Plh) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Wonogiri Bambang Haryanto mengatakan, data sampai Rabu kemarin, ada total 17 orang yang dimakamkan dengan protokol kesehatan (prokes). 

"17 orang itu ada yang ber-KTP Wonogiri maupun luar Wonogiri yang di rawat di Rumah Sakit di Wonogiri. Dan ada juga KTP Wonogiri yang dirawat di Rumah Sakit luar Wonogiri," jelasnya. 

Pemakaman pada Rabu kemarin, bahkan petugas harus berjuang karena melewati medan yang cukup sulit. 

Petugas pemakaman pasien Covid-19 rela menerjang derasnya arus sungai dan berjalan hingga 1 kilometer dengan membawa peti jenazah. 

Baca juga: Dibutuhkan Ratusan Tenaga Medis Tangani Corona di Sukoharjo : Mulai Perawat hingga Dokter Spesialis

Baca juga: Asal Mula Klaster Corona di Pabrik Jaten Karanganyar : Tak Jujur, Ada Keluarga Positif Tapi Bekerja

Seperti pemakaman yang dilakukan pasien Covid-19 asal Desa Mojopuro, Kecamatan Jatiroto, Kabupaten Wonogiri. 

Menurut Kepala pelaksana harian (Plh) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Wonogiri Bambang Haryanto, pemakaman itu dilakukan pada Rabu (23/6/2021).

"Itu pemakanan dilakukan makam keluarga, bukan tempat pemakaman umum. Dan aksesnya memang harus melewati sungai itu," katanya, Kamis (24/6/2021).

Baca juga: Bak Hujan di Tengah Kemarau, Sragen Dapat 10 Ribu Vaksin di Tengah Label Zona Merah & Corona Meroket

Bambang menjelaskan, dari jalan terdekat yang bisa dilalui ambulans, petugas melanjutkan perjalanan dengan berjalan. 

Peti jenazah dibopong, dengan menggunakan bambu. 

"Kami biasa membopong peti jenazah dengan bambu, karena lebih praktis saja. Kita juga ada alatnya untuk mengangkat keranda, tapi tidak kami gunakan," jelasnya. 

Baca juga: Penjelasan Ilmiah Dokter Tentang Corona Varian Baru, Warga Sekitar Asrama Donohudan Tak Perlu Panik

Perjalanan menuju makam keluarga itu tidak mudah. Petugas harus berjalan menyusuri areal sawah dan perkebunan.

Usai berjalan, petugas harus menyusuri sungai yang kedalamannya sekira lutut orang dewasa. 

Halaman
1234

Berita Terkini