Tidak lupa, ubo rampe lain dari hasil bumi berupa polo Pendem (umbi-umbian) seperti Ketela, Pohong, Ketang, Uwi, Tales dan jenis umbi-umbian lain dibawa naik ke puncak Merapi.
Baca juga: Dampak Hujan Abu Merapi, Petani di Desa Tlogolele Boyolali Terpaksa Tunda Panen
Sebelum dibawa ke puncak Merapi, sesaji beserta ubo rampenya itu dilakukan doa bersama, untuk memohon keselamatan hidup dan mendapat limpahan kesejahteraan.
Baru setelah doa bersama ini digelar, rombongan mengusung kepala kerbau dan sesaji dengan cara ditandu ke Pasar Bubar kawasan puncak, melihat kondisi aktivitas Merapi.
“Kepala kerbau sebagai sesaji setelah dilakukan doa bersama kemudian dibawa dengan cara dipikul oleh sejumlah warga menuju ke puncak Merapi saat tepat tengah malam,” ujarnya.
Baca juga: Syahdunya, Santap Soto Rp 5 Ribu Sembari Memancing dengan Pemandangan Ciamik Waduk Cengklik Boyolali
“Kami ini kan hidupnya dibawah (lereng) Merapi, semoga daerah sini dijauhkan dari bencana,” jelasnya.
Setelah selesai acara doa bersama, selanjutnya kepala kerbau dan sesaji gunung dibawa naik ke Gunung Merapi. Namun untuk membawa sesaji tersebut ke Pasar Bubar kawasan puncak, melihat kondisi aktivitas Merapi.
“Karena beberapa hari ini aktivitas Merapi meningkat. Sering terjadi guguran awan panas. Nanti arah anginnya kemana. Kalau musim sekarang ini arah angin biasanya dari timur ke barat, jadi kalau ada abu, paling banyak ke barat,” imbuhnya. (*)