Harga dan cita rasa yang menarik, menjadikan warung makan ini tak pernah sepi pengunjung, terutama pada akhir pekan.
Baca juga: Kuliner Enak di Sukoharjo, Aneka Ingkung di Djoglo Yangti Sukoharjo: Paket Hemat Cuma Rp90 Ribu
Dalam sehari, sedikitnya 150 porsi menu makanan ludes terjual.
Pengunjung tak hanya warga setempat saja, warga dari luar juga banyak meminati menu makanan tiwul ini.
"Target kami hanya sampai warga sekitar kampung, ternyata animo dari luar cukup banyak," ujarnya.
Tak hanya menyajikan makanan legendaris saja, lokasi warung yang instagramable menjadikan Gubuk Tiwul ini jadi spot foto yang menarik.
Seperti spot carang sewu, sarang dewa dan lain-lain.
Dibangun dengan Gotong Royong
Warung Makan Gubuk Tiwul ini tak langsung tiba-tiba ada seperti mantera Bim Salabim.
Butuh proses dan perjuangan yang dilakukan oleh masyarakat dengan cara gotong royong.
Baca juga: Wisata Kuliner Klaten, Ini Dia Soto Mbok Dele dan 2 Warung Soto Khas Klaten Rekomendasi Kami
Baca juga: Aturan PPKM Level 3 di Klaten, Usaha Kuliner Boleh Buka Sampai Jam 9 Malam: Wisata Masih Tutup
Gunadi selaku ketua BUMDes baru menemukan ide usaha untuk kemajuan desanya itu tahun lalu.
Meski telah muncul ide, tak lantas langsung merealisasikannya.
Lantaran masih butuh proses agar usaha yang akan dirintis ini terus bertahan.
"Ide Gubuk Tiwul muncul dari malam tirakatan 17 Agustus 2020, dan baru dieksekusi 28 Agustus 2021," ucap Gunadi.
Ia menjelaskan konsep 'Gubuk Tiwul' ini yaitu berbasis gotong royong masyarakat.
Tak hanya saat pembangunannya saja yang dilakukan secara gotong royong, namun sampai saat ini, 60 KK dan 64 ibu-ibu di Desa Ngerangan terus dilibatkan dalam usaha ini.