Laporan Wartawan TribunSolo.com, Fristin Intan Sulistyowati
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Temuan klaster Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di Solo berawal dari tracing di 29 sekolah.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Solo, Siti Wahyuningsih mengatakan, mereka sudah menggelar tracing sejak Rabu (13/10/2021).
"Total ada 29 sekolah SD/MI, SMP/MTS, dan SMA/SMK yang melakukan tes swab PCR," ujarnya kepada TribunSolo.com, Senin (18/10/2021).
Baca juga: Buntut Klaster Tatap Muka di Solo: Sekolah yang Ada Siswa Terkonfirmasi Positif Tutup Satu Bulan
Baca juga: Hari ke 10 PTM di Sukoharjo: Klaster Baru Tidak Ditemukan, Prokes Terus Ditegakkan
Ning sapaan akrabnya mengatakan, tidak semua sekolah di Kota Solo melakukan PTM serentak untuk semua kelas.
"Hasil tracing ditemukan di SD Kristen ada 28 siswa, sesuai petunjuk kalau ada gejala dibawa ke Rumah Sakit, kalau enggak karantina di rumah ," ujarnya.
Dia mengatakan, Tes Swab PCR ini dilakukan secara acak di 29 sekolah.
Baca juga: Update Kasus Klaster Pabrik Sepatu Karanganyar, Buruh yang Terpapar Covid-19 Kini 111 Orang
"Jumlahnya ada 33 sampel di setiap sekolah," ujarnya.
Selama satu bulan ke depan, Dinkes akan melakukan tracing, testing, treatment.
Tutup Satu Bulan
Buntut ditemukannya klaster sekolah tatap muka di Solo, sekolah terkait harus tutup selama satu bulan.
Hal tersebut dikatakan Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka.
Dia mengatakan, sekolah yang ditemukan kasus terkonfirmasi positif harus ditutup selama satu bulan.
Baca juga: Bikin Lega, Dulu Pasien Corona di Bangsal RSUD Pandan Arang Boyolali Ini Overload, Kini Sepi & Sunyi
Baca juga: Penyebab Angka Gangguan Mental Warga Meningkat Selama Pandemi Corona: Kehilangan Pekerjaan
Kasus klaster Covid-19 di Solo ditemukan di SD Kristen Manahan, SD Mangkubumen Kidul, SD Islam 1 Jamsaren dan SD Semanggi Lor.
"Tadi sudah dirapatkan dengan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), ya nanti yang temuan akan kami tutup sementara," ujarnya kepada TribunSolo.com, Senin (18/10/2021).
Waktu penutupan sekolah dilakukan hari ini, sampai satu bulan ke depan.
Baca juga: Cerita Para Pengusaha Batik di Desa Wisata Batik Pilang: Dihantam Corona, Rela Jual Mobil dan Sawah
"Standarnya 2 minggu, tapi ada perlakuan khusus karena temuan banyak (28 siswa) yang SD Kristen ditutup selama satu bulan," ujarnya.
Melihat adanya temuan ini, Gibran tetap melakukan antisipasi-antisipasi untuk sekolah yang masih menggelar PTM.
"Tetap testing harus muter, random sampling tetap dijalankan, dan kami evaluasi untuk pelaksanaan PTM-nya," ujarnya.
Baca juga: Ruang Isolasi Terpusat Asrama Haji Donohudan Kosong, Rumah Sakit Darurat Masih Rawat 2 Pasien Corona
Gibran menyebutkan mayoritas siswa yang terkonfirmasi positif adalah warga dari Kabupaten Karanganyar.
"Mohon maaf saat dilihat KTP (orang tua) mayoritas warga Karanganyar," ujarnya.
Gibran menekankan saat ini PTM di kota Solo tetap berjalan.
"PTM tetap jalan terus, mau tidak mau harus berdampingan dengan Covid-19, kesadarannya harus ditingkatkan," ujarnya.
Muncul Klaster
Klaster Covid-19 di sekolah dasar (SD) yang tersebar di Kota Solo muncul setelah puluhan siswa terkonfirmasi positif.
Dari informasi yang dihimpun TribunSolo.com, munculnya klaster SD merupakan pertama kalinya sejak sekolah tatap muka (PTM) dimulai pada 2 September lalu.
Total ada 4 SD yang terpaksa ditutup dan dihentikan sekolah tatap mukanya, di antaranya di SD Kristen Manahan, SD Mangkubumen Kidul, SD Islam 1 Jamsaren dan SD Semanggi Lor.
Wakil Wali Kota Solo, Teguh Prakosa pun membenarkan adanya klaster Covid-19 di SD lantaran para siswa terkonfirmasi positif Covid-19.
Baca juga: Ternyata Gibran yang Minta Antigen Massal Usai Guru Tak Pakai Masker : Bukan untuk Menakut-nakuti
Baca juga: Tidak Ada Klaster Covid-19 Selama PTM Solo Digelar, Gibran Sebut Jam Belajar Bisa Diperpanjang
"Setelah ditracing, ditemukan di SD Kristen Manahan, SD Mangkubumen Kidul, SD Islam 1 Jamsaren, SD Semanggi Lor," ungkap dia kepada TribunSolo.com, Senin (18/11/2021).
Hanya saja lanjut Teguh, hasil tracing dan hasil swab PCR yang sudah didapatkan adalah SD Kristen Manahan di Kecamatan Banjarsari itu.
"Memang banyak siswa dari luar kota di SD Kristen Manahan," terang dia.
"Jumlah awal ada 3 siswa, setelah ditracing 28 siswa yang positif Covid-19," ujarnya membeberkan.
Dia menambahkan, untuk hasil sejumlah SD yang lain masih menunggu.
Sementara imbas klaster, maka tatap muka diganti Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
"Ditutup selama 1 bulan," tutur dia.
"Sekolah lain yang lakukan PTM tetap jalan, hanya yang sekolah yang ditemukan kasus positif Covid-19 yang ditutup," ujarnya.
Swab Massal karena Tak Pakai Masker
Gara-gara ada guru tak memakai masker saat mengajar tatap muka di sekolah, ratusan siswa di SDN Laweyan 54, Kota Solo terkena imbas.
Ya, ratusan siswa itu harus menjalani swab antigen massal, Senin (27/9/2021).
Penampakan di lokasi sekolah saat itu, juga cukup tegang karena petugas berpakaian serba APD hilir mudik memeriksa siswa.
Adapun para siswa pun tampak pasrah hidungnya harus menjalani swab antigen tersebut.
Akibat peristiwa itu, Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka pun geram.
Baca juga: Penjelasan Ilmiah Tentang Pengalaman yang Dialami Gibran saat Hilang 6 Hari di Gunung Guntur
Baca juga: Disindir Gibran Tim Bola Jago Kungfu, AHHA PS Pati Malah Datang ke Solo Pakai Tulisan Kasih Keras
Dia mengaku sangat menyayangkan sikap guru yang tak memakai masker saat mengajar di kelas.
"Ada orang tua murid yang mengeluh, ada guru tidak memakai masker," ungkapnya kepada Tribunsolo.com, Senin (27/9/2021).
"Seharusnya kan gurunya ngasih contoh, ini malah tak pakai masker," jelas dia menekankan.
Gibran menambahkan laporan tersebut diterimannya melalui pesan langsung media sosial oleh orang tua siswa kepada dirinya.
Laporan tersebut sekaligus disertakan foto guru saat tidak mengenakan masker.
"Kalau dipesannya guru tidak pakai masker pas di dalam ruangan pembagian rapot, tapi saat mengejar sering tak pakai masker juga," jelas dia.
Dia lantas memutuskan agar seluruh isi sekolah menjalani swab antigen guna mengantisipasi adanya kaster Covid-19 di sekolah.
"Biar enggak ada klaster saat PTM, hasilnya tadi ada 117 siswa hasilnya negatif," tuturnya.
Lebih lanjut dia menekankan, jika masalah tersebut harus menjadi yang terakhir dan peringatan bagi guru dan kepala sekolah.
"Intinya, guru dan semua staf yang ada di sekolah harus jadi contoh untuk anak-anak," aku dia.
"Jangan malah tidak memakai masker," pintanya dengan tegas.
Baca juga: Tak Kalah dengan Rumput Stadion Manahan Solo, Lapangan di Desa Ini Jadi Primadona Para Pemain Liga 2
Perintah Nadiem Makarim
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim meminta pembelajaran tatap muka jalan terus.
Hal ini ditekankan Nadiem saat berkunjung ke Kota Solo di antaranya melihat renovasi gedung SMKN 2 Solo bersama Wali Kota Gibran Rakabuming Raka, Senin (13/9/2021).
Dia meminta berharap orang tua siswa tidak perlu khawatir dengan tatap muka ini, karena sebelum adanya varian Delta, pihaknya sudah membuka tatap muka secara terbatas hingga 30 persen sekolah di berbagai daerah.
"Risiko klaster dari 30 persen yang sudah buka tatap muka itu sampai 10 bulan lalu, sangat minim yang melaporkan," ungkap dia kepada TribunSolo.com.
Baca juga: Betapa Senangnya Salsabilla Akhirnya Dapat Vaksin di Klaten, Berharap Bisa Sekolah Tatap Muka Lagi
Baca juga: Nadiem Makarim Izinkan Belajar Tatap Muka di Wilayah PPKM Level 1-3, Ini Syarat yang Perlu Dipenuhi
Apalagi hampir seluruh guru di Indonesia sudah diberikan vaksin terlebih dahulu hingga kini sudah menyasar kepada siswa-siswanya.
"Saya harap semua waswas sekali dengan protokol kesehatan karena itulah yang akan memenangkan hak untuk terus PTM," terangnya.
"Jadi apakah ini akan lanjut apa tidak ada di tangan orang tua guru dan kepala sekolah dan murid-murid juga," aku dia membeberkan.
Klaster di sekolah akan terjadi, menurut Nadiem, makala tidak menataati protokol kesehatan, tidak memakai masker dan kecerobohan lainnya.
"Kalau anda tidak protokol dan tidak pakai masker ya bakal jadi cluster, maka peran orang tua dan sekolah untuk monitoring sangat penting," jelas dia.
Untuk masalah lain soal pembelajaran jarak jauh lanjut Nadiem, selama ini tidak optimal.
Terlebih kemudian muncul sebutan "Generasi Blank" yaitu generasi yang tertinggal dalam sektor pendidikan kerena pandemi.
"Tentu semua sudah tahu sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) tidak optimal, solusinya ya satu tatap muka, kita sudah instruksikan setiap daerah untuk segera PTM, termasuk di Solo," harap dia.
Baca juga: Meski Kaca Sekolah Hancur Lebur, Sebagian Siswa di SDN 2 Gunungsari Boyolali Sudah Mulai Tatap Muka
Baca juga: Tak Hanya Satu Tulisan, Mahasiswa Ternyata Bawa Banyak Poster untuk Sambut Presiden Jokowi di UNS
"Saat ini kita memang berusaha memperbaiki ketertinggalan yang ada di sektor pendidikan, apalagi sektor pendidikan yang paling penting menurut saya," jelas dia.
Nadiem juga sadar akan bahayanya jika tidak segera melaksanakan tatap muka karena sudah hampir dua tahun lamanya.
"Kita akan kehilangan kemampuan belajar secara permanen dan kita kehilangan mental secara permanen" tuturnya.
"Maka dari itu kita lanjutkan hak-hak siswa untuk belajar di sekolah kembali," harap dia. (*)