Berita Solo Terbaru

Sejarah Sadranan yang Biasa Dilakukan Masyarakat Jawa, Ternyata Ada Sejak Era Gajah Mada

Penulis: Agil Trisetiawan
Editor: Ryantono Puji Santoso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana tradisi nyadran di Kelurahan Karangtengah, Kecamatan/Kabupaten Sragen yang digelar menjelang puasa, Jumat (18/3/2022).

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Agil Tri

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Sadranan tentu sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat jawa. 

Tradisi tersebut, biasanya dilakukan saat bulan ruwah menjelang puasa. 

Sadranan pada praktiknya dilakukan masyarakat dengan cara mengirim doa pada leluhur.

Baca juga: Sadranan di Jawa Sambut Puasa Ramadan Ternyata Ada Sejak Zaman Majapahit, Begini Sejarahnya

Baca juga: Tradisi Sadranan di Sragen Digelar saat Bulan Ruwah, Ternyata Ini Maknanya

Masyarakat berduyun-duyun mengirim doa kepada arwah leluhur, membersihkan makam, dan memanjatkan doa hingga selamatan dengan membawa makanan.

Kebiasaan itu ternyata sudah terjadi sejak zaman Majapahit masih berkuasa.

Menurut Pegiat Sejarah dan Budaya Solo, Surojo, kata Sadranan sendiri diambil dari kata sanskerta 'Sraddha'.

"Sraddha sendiri memiliki arti mengingat roh leluhur," katanya kepada TribunSolo.com, Sabtu (26/3/2022).

Tradisi ini bermula saat era kerajaan Majapahit yang dipimpin oleh Gajah Mada.

Saat itu, Gajah Mada memerintahkan Hayam Wuruk untuk melestarikan kembali leluhur mereka, yakni Rajapatni Gayatri.

Perintah Gajah Mada itu kemdian disanggupi oleh Hayam Wuruk, yang memerintahkan para Brahmana untuk menyiapkan tata upacaranya.

"Dulu upacara nyadran ini dilakukan di candi-candi," ujarnya.

Baca juga: Ada Sadranan Jelang Puasa, Penjual Bunga Tabur di Sragen Banjir Uang : Pendapatan Naik 5 Kali Lipat

Baca juga: Inilah Sadranan, Tradisi Turun Temurun Warga Cepogo Boyolali yang Lebih Meriah Ketimbang Idul Fitri

Tradisi itu terus berjalan hingga era Islam masuk ke tanah Jawa.

Namun, tata cara nyadran sendiri berubah menyesuaikan ajaran islam.

Di masa Sultan Agung, menetapkan tahun Jawa yang memadukan kalender islam dengan kalender saka, lalu ditetapkan bulan ruwah.

Halaman
123

Berita Terkini