Berita Solo Terbaru

Sejarah Sadranan yang Biasa Dilakukan Masyarakat Jawa, Ternyata Ada Sejak Era Gajah Mada

Penulis: Agil Trisetiawan
Editor: Ryantono Puji Santoso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Suasana tradisi nyadran di Kelurahan Karangtengah, Kecamatan/Kabupaten Sragen yang digelar menjelang puasa, Jumat (18/3/2022).

Kursi dikeluarkan dari ruang tamu dan diganti dengan karpet agar bisa menampung lebih banyak tamu.

Nasfuri merasa senang lantaran sudah dua tahun tradisi sadranan tidak bisa digelar.

Baca juga: Gegara Api Kompor Sambar Bensin, 2 Kamar Indekos di Boyolali Terbakar, Rugi Rp 27 Juta

Baru tahun ini, tradisi tahunan ini bisa diadakan lagi. Dia pun tetap membuka pintu rumah alias open house.

Karena banyak saudara yang ingin mampir bersilaturami meski di sisi lain suasana sadranan tahun ini terasa lebih lengang.

"Tahun lalu mau sadranan ke makam harus nyolong-nyolong saat malam. Karena tradisi ini sudah turun temurun untuk mendoakan para leluhur. Yang merantau biasanya pulang dan lebih ramai lagi,” jelasnya, kepada TribunSolo.com, Minggu (20/3/2022).

Dia mengatakan sebelum pandemi Covid-19, pengunjung atau warga yang mengunjungi lebih banyak.

Bahkan arus lalu lintas di jalan-jalan desa di Sukabumi bisa sampai padat merayap.

“Tapi karena pandemi sempat berhenti dua tahun (2020-2021). Tahun ini juga terbatas, kalau dulu jalan depan rumah itu gak bisa dibiyak (diurai),” terangnya. (*)

Berita Terkini