TRIBUNSOLO.COM, JAKARTA - Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menemui Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh pada Minggu (5/6/2022).
Secara resmi, Partai Demokrat menyatakan ini kunjungan balasan setelah Surya Paloh menyempatkan diri menjenguk SBY saat menjalani prosedur medis di Rochester, Amerika Serikat, pada Desember 2021 lalu.
Tapi pengamat meyakini pertemuan pucuk-pucuk pimpinan Partai Demokrat dan Partai Nasdem di Menara Nasdem pada Minggu (5/6/2022) itu bukan hanya sekadar silaturahmi.
Apalagi pertemuan ini hanya sehari setelah silaturahmi nasional Partai Golkar, PPP dan PAN yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu pada Sabtu (4/6/2022).
Baca juga: Rencana Tarif Tiket Candi Borobodur Rp 750 Ribu Ditunda, Ganjar Pranowo Minta Masyarakat Tak Resah
"Ingat Pak SBY sudah menyatakan mengundurkan diri dari day to day politics dan sudah menegaskan tidak ada matahari kembari di Partai Demokrat," kata Bobby Darmanto dari Pusat Kajian Publik Pemerintah (Puskappi).
"Jadi kalau beliau (SBY) sampai turun gunung pastilah ada sesuatu yang istimewa,"
"Pak SBY dan pak Surya sudah puluhan tahun malang melintang dalam panggung politik Indonesia sejak era Orde Baru," ujarnya.
Menurut dia pertemuan di Nasdem Tower ini pasti sudah dikalkulasi dengan baik, termasuk mengapa SBY yang datang ke tempat Nasdem dan mengapa Surya Paloh menerima dengan hangat hingga berjam-jam.
"Pak SBY datang karena bagaimanapun juga persahabatan lamanya dengan Pak Surya akan membuat komunikasi makin nyaman,"
"Tapi dengan mendatangi Nasdem Tower, SBY mengisyaratkan dirinya tidak ingin berperan menonjol dalam percaturan koalisi politik ini," ungkap Bobby.
Baca juga: Dear Pengguna iPhone, iOS 16 Bakal Dirilis September, Ini Daftar iPhone yang Kebagian Update-nya
Menurut dia hadirnya AHY mengisyaratkan bahwa dia yang membuka jalan untuk pertemuan kedua tokoh bangsa ini.
"Ini mengingat akhir Maret lalu, AHY menemui Surya di Nasdem Tower. Dengan kata lain, AHY-lah yang menjadi playmaker," ujarnya.
Merujuk pada kunjungan AHY ke berbagai tokoh nasional dan selalu diterima dengan baik, Bobby meyakini AHY bahkan bisa menjadi playmaker dalam percaturan politik membentuk koalisi partai-partai politik saat ini.
Bobby menyimpulkan Poros Demokrat-Nasdem bisa menjadi alternatif baru yang segar, yang lebih merefleksikan semangat perubahan, ketimbang kombinasi partai Orde Baru seperti Golkar dan PPP, atau rezim partai status quo seperti PDIP dan Gerindra.
"Bisa dipahami jika kemudian PKS akan bergabung dengan poros Demokrat-Nasdem ini, dengan sama-sama mengusung semangat perubahan dan perbaikan atas kesulitan-kesulitan yang ditanggung masyarakat pada saat ini. Ketiga partai ini sudah cukup memenuhi syarat ambang batas Presiden 20 persen," katanya.
Bahkan tidak mungkin, menurut Bobby, partai-partai politik koalisi pemerintah akan terpikat untuk bergabung juga melihat daya tarik poros koalisi baru ini.
"Koalisi pemerintah kan sekarang koalisi yang pragmatis, diikat oleh kepentingan jangka pendek. Jika ada yang lebih disukai rakyat dan lebih prospektif untuk menang, masak sih mereka tidak ingin ikut?" tanya Bobby retoris.
Pertemuan SBY, AHY dan Surya Paloh ini makin menguatkan prediksi banyak pihak akan munculnya pasangan Anies Baswedan-AHY sebagai alternatif poros kepemimpinan nasional yang baru.
Dalam survei nasional yang dilakukan pada periode 23-28 Mei 2022 oleh Indonesia Political Opinion (IPO), pasangan Anies-AHY diprediksi meraup elektabilitas 27,1 persen, lebih tinggi dari pasangan Puan Maharani-Ganjar Pranowo (26,8 persen), Airlangga Hartarto-Ganjar Pranowo (18,5 persen), atau Puan Maharani-Erick Thohir (14,6 persen).
Tingkat kepercayaan survei ini adalah 95 persen, dengan margin of error 2,9 persen.
Ini diperkuat oleh analisa big data yang menunjukkan volume percakapan dan pemberitaan positif tentang AHY yang disambut hangat Anies Baswedan di sirkuit Formula E, Ancol pada Sabtu (4/6/2022) lalu lebih besar daripada tentang silatnas KIB yang berlangsung pada hari yang sama.
Baca juga: Franda dan Samuel Zylgwyn Beri Nama Anak Kedua Faleia, Belum Mau Ungkap Nama Lengkap Sang Anak
Manuver politik
Pengamat politik Herry Mendrofa menilai ada pembahasan mengenai koalisi Partai Demokrat dengan Partai NasDem dalam pertemuan antara Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Surya Paloh.
Sebagaimana diketahui, Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), bersama Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono melakukan pertemuan dengan Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh, di Nasdem Tower, Minggu (5/6/2022) malam.
Herry menganggap pertemuan SBY dengan Surya Paloh erat kaitannya dengan manuver dan persiapan menjelang Pemilu 2024.
Dia menambahkan, pertemuan tersebut juga bisa saja membahas koalisi antara kedua partai politik (parpol) tersebut.
“Pertemuan SBY Surya Paloh ini bisa juga dikaitkan dengan situasi dan kondisi koalisi ataupun mengenai partai politik kemudian juga kandidat nanti kedepannya,” kata Herry Mendorofa saat dihubungi Tribunnews.com, Selasa (7/6/2022).
Baca juga: Mulai 13 Juni 2022 Tilang Manual Ditiadakan dan Diganti dengan Tilang Elektronik
Direktur Eksekutif Centre for Indonesia Strategic Actions (CISA) ini menjelaskan, semua parpol saat ini sedang membangun strategi hingga koalisi menjelang 2024, termasuk NasDem dan Demokrat.
Pasalnya, kata dia, berdasarkan peta elektoral, hanya ada satu parpol yang kemungkinan bisa mengusung Capres dan Cawapresnya sendiri, yakni PDI Perjuangan.
“Kalau (partai) yang lainnya memang harus berkoalisi,” ujarnya.
Potensi AHY Diusung Jadi Capres Jika NasDem dan Demokrat Berkoalisi
Lebih lanjut Herry mengatakan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) berpotensi diusung menjadi Capres jika Partai Demokrat dan NasDem berkoalisi.
Sebab menurut dia, AHY merupakan ketua umum partai, dan hampir semua parpol menginginkan ketua umumnya menjadi kandidat Capres dan Cawapres.
“Apalagi AHY ini figur utama yang diusung partai demokrat, tidak ada figur lain di internal,” katanya.
“Dan saya kira pertemuan SBY dan Surya Paloh itu adalah membahas kemungkinan bisa disandingkan dengan siapa dalam koalisi bersama,” lanjut Herry.
Kata dia, pertemuan kedua parpol tersebut juga merupakan respon setelah NasDem melakukan manuver dengan bertemu Ketua Umum Petai Gerindra Prabowo Subianto beberapa waktu lalu.
“Jadi pastinya ini adalah manuver demokrat agar menjaga komunikasi dengan NasDem.”
Herry menjelaskan, parpol opisisi di Indonesia saat ini hanya ada dua, yakni Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Hal itu pula lah yang membuat Demokrat membutuhkan suara lebih.
Sebab jika koalisi hanya dilakukan antara Partai Demokrat dengan PKS pun belum memenuhi syarat presidential treshold.
“Artinya harus menggandeng satu parpol yang kemungkinan bisa menopang presidential treshold. terutama bilamana misalnya AHY ingin dicalonkan oleh Demokrat,” tutur Herry. (*)
(Tribunnews.com/Hasanudin Aco)