Internasional

Waspada Virus Nipah, Ahli Sebut Ada Potensi Masuk Indonesia, Kenali Gejala dan Penularannya

Penulis: Tribun Network
Editor: Hanang Yuwono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi virus Nipah - Virus Nipah bukanlah merupakan penyakit baru, pertama kali diidentifikasi pada tahun 1998-1999 pada peternak babi di Sungai Nipah, Malaysia.

TRIBUNSOLO.COM - Virus Nipah kembali dikhawatirkan menjangkiti beberapa negara.

Virus Nipah ini jadi sorotan dunia menyusul berita kematian dua warga India.

Mengutip Tribunnews.com, Ahli Kesehatan Masyarakat sekaligus Epidemiolog Dicky Budiman mengatakan, keberadaan virus Nipah di India berpotensi juga masuk ke Indonesia.

Baca juga: Pandemi Belum Usai, Kini India Waspadai Wabah Virus Nipah, Angka Kematian Hingga 75 Persen

"Indonesia potensinya ada. Namun ini tentu dalam konteks Indonesia cukup sulit. Karena kemampuan deteksi kita masih cukup lemah," ungkap Dicky kepada Tribunnews.com, Senin (18/9/2023). 

Dicky mengatakan, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan oleh pemerintah seperti penguatan di pintu masuk negara seperti bandara hingga pelabuhan.

Selain itu, perlu adanya pengawasan jika orang yang datang menunjukkan gejala tertentu. 

"Misalnya, perlu ada sensor khusus atau klarifikasi pada orang yang menunjukkan tanda sakit atau demam. Kemudian (diperhatikan) dia dari negara yang ada wabah apa. Jadi ini selalu harus di update. Dalam hal ini pintu masuk," jelas Dicky. 

Untuk itu, penting bagi masyarakat agar mengenali bagaimana cara penularan dan gejala virus Nipah.

Bagaimana Virus Nipah Bisa Menular?

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), virus Nipah (NiV) merupakan virus zoonosis (yang ditularkan dari hewan ke manusia) dan juga dapat ditularkan melalui makanan yang terkontaminasi atau langsung antar manusia.

Orang yang terinfeksi akan merasakan infeksi tanpa gejala (subklinis) hingga penyakit pernapasan akut dan ensefalitis yang fatal.

Virus Nipah dapat menular ke manusia dari:

1. Kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi, seperti kelelawar atau babi, atau cairan tubuhnya (seperti darah, urin, atau air liur).

2. Mengonsumsi produk makanan yang telah terkontaminasi oleh cairan tubuh hewan yang terinfeksi (seperti getah palem atau buah yang terkontaminasi oleh kelelawar yang terinfeksi).

3. Kontak dekat dengan orang yang terinfeksi atau cairan tubuhnya (termasuk tetesan hidung atau saluran pernapasan, urin, atau darah).

Baca juga: Waduh! Puluhan Sapi di Sragen Terjangkit Virus LSD, Kondisinya Seluruh Tubuh Sapi Benjol-benjol

Halaman
123

Berita Terkini