"Sementara Anies dan Muhaimin memperoleh 20,6 persen," jelas Denny JA.
Dikatakannya, pasangan Ganjar-Prabowo tetap menang telak namun selisih kemenangannya di bawah 40 persen namun jika Prabowo yang capres, kemenangannya selisih di atas 40 persen.
Baca juga: Najwa Shihab Bela Ganjar Pranowo, Tak Anggap Ucapan Bacapres PDIP Itu Rendahkan MC dan Jurnalis
Lantas mungkinkah Ganjar bersedia mengalah menjadi cawapres saja?
"Jika kalkulasinya semata-mata rasional, itu mungkin. Kemenangan Prabowo sebagai capres jauh lebih telak ketimbang kemenangan Ganjar sebagai capres," ucapnya.
Menurutnya, pemilu presiden adalah peristiwa politik dan kalkulasinya adalah kalkulasi politik, yang berbeda cara menghitungnya.
PDIP misalnya pasti merasa partai yang terbesar. Partai ini tak ikhlas jika calonnya, kadernya, petugas partainya, hanya menjadi cawapres saja apalagi jika PDIP yakin Ganjar akan mengalahkan Prabowo di putaran kedua.
"Tetapi sekali lagi sebelum pendaftaran capres-cawapres ditutupĀ segala hal masih mungkin saja terjadi," katanya.
Survei Litbang Kompas
Pada Februari 2023 lalu, Litbang Kompas pernah melansir hasil survei duet Ganjar-Prabowo atau Prabowo Ganjar.
Saat itu ramai wacana menduetkan keduanya maju di Pilpres 2024..
Hasil survei Litbang Kompas periode Januari-Februari 2023 memetakan, jika Ganjar-Prabowo berpasangan keduanya mampu menguasai suara sebagian pemilih.
Menurut hasil jajak pendapat Januari 2023, potensi elektabilitas Ganjar mencapai 25,3-37 persen. Namun, angka itu belum mutlak.
Dikutip dari Kompas.id, barisan pemilih loyal atau strong voter Ganjar berada di kisaran angka 13,9-18,2 persen.
Sementara, pemilih mengambang atau swing voter Gubernur Jawa Tengah itu sebesar 11,4-18,8 persen.
Kemudian, dalam survei yang sama, potensi elektabilitas Prabowo berkisar 18,1-25,6 persen.