Prabowo meraih dukungan sebesar 45,2 persen responden.
"Lagi-lagi konsisten Pak Prabowo (45,2 persen) masih unggul di peringkat pertama dengan jumlah yang signifikan secara statistik dibanding dua rivalnya," kata dia.
"Dan Anies lagi-lagi konsisten berada di peringkat kedua menyalip elektabilitas Mas Ganjar dengan perolehan 25,29 persen dibanding dengan 22,55 persen. (Tidak tahu/tidak jawab 6,94 persen)," sambung dia.
Namun, Burhanuddin menjelaskan meskipun Anies menyalip Ganjar secara statistik, tidak bisa dikatakan Anies berada di atas Ganjar.
Hal tersebut, kata dia, karena Margin of errornya 2,9 persen.
"Artinya Mas Ganjar pun secara statistik tidak beda dengan Mas Anies," kata dia.
Tren simulasi 3 nama yang tercatat oleh Indikator Politik Indonesia, memperlihatkan ada pergerakan terutama pada dua capres yakni Prabowo dan Ganjar.
Ketika elektabilitas Prabowo naik, kata dia, maka yang paling terpukul adalah elektabilitas Ganjar.
Situasi tersebut, kata dia, kemudian dimanfaatkan oleh Anies dengan menyalip Ganjar yang trennya masih menunjukkan penurunan.
Menurutnya, situasi tersebut juga berpeluang punya dampak dengan potensi pemilu satu putaran atau dua putaran.
Burhanuddin memandang hal tersebut karena apabila elektabilitas Ganjar turun terus sampai di bawah 20 persen, maka potensi satu putaran masih terbuka.
Akan tetapi, menurutnya apabila elektabilitas Ganjar mampu pulih dan masih di atas 20 persen, sementara elektabilitas Anies sedikit di atas Ganjar maka potensi dua putaran akan terbuka serta potensi satu putaran akan dibendung.
"Poin saya adalah elektabilitas Mas Anies sangat tergantung juga oleh elektabilitas Mas Ganjar. Jadi Mas Anies bisa masuk ke putaran kedua, kalau elektabilitas Mas Ganjar tidak seterpuruk itu," kata dia.
Survei Gali Data
Adapun berdasarkan hasil survei yang dirilis Gagas Lintas Data (Galidata) menempatkan posisi pasangan Ganjar-Mahfud di posisi teratas, dengan perolehan 36,2 persen.
Berikut hasil selengkapnya:
- Ganjar-Mahfud: 36,2 persen
- Prabowo-Gibran: 33,3 persen
- Anies-Cak Imin:26,1 persen
Survei Galidata dilaksanakan mulai 24 Desember 2023 sampai 6 Januari 2024 di seluruh wilayah Indonesia, dengan melibatkan 1.200 responden.
Sampling error 2,83 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
“Secara nasional elektabilitas Ganjar-Mahfud tertinggi, yakni sekitar 36,2 persen, disusul pasangan Prabowo-Gibran sebesar 33,3 persen dan Anies-Muhaimin 26,1 persen,” kata Direktur Galidata, IBey Arif Budiman, dalam acara Rilis Survei Nasional Peta Elektoral Pemilu 2024 di Hotel Tamarin, Jakarta, (11/1/2024).
Survei IPO
IPO merilis hasil survei terkait elektabilitas calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) periode 1-7 Januari 2024.
Hasilnya, pasangan capres-cawapres nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, masih unggul di posisi pertama.
Baca juga: TKN Sebut Tetap Gunakan Singkatan saat Debat Cawapres, Gibran Bantah: Kata Siapa?
Prabowo-Gibran disusul paslon nomor urut 1, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar yang menempel di posisi kedua.
Sedangkan paslon nomor 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, ada di posisi ketiga.
Yang menarik dari hasil survei IPO ini adalah elektabiltas para paslon, di mana Prabowo-Gibran mendapat angka keterpilian 42,3 persen.
Sementara elektabilitas Anies-Muhaimin (AMIN) 34,5 persen, dan Ganjar-Mahfud 21,5 persen.
Baca juga: Prabowo Kembali Singgung soal Nilai 11/100, Sindir Sosok Banyak Bicara tapi Tak Ada Kerjanya
"Jarak elektabilitas AMIN dan dan Prabowo-Gibran kini hanya terpaut 7,9 persen,” papar Direktur Eksekutif IPO, Dedi Kurnia Syah, Rabu (10/1/2024).
Dedi meyakini elektabilitas Anies mengalami penguatan meninggalkan Ganjar secara signifikan karena beberapa alasan.
“Hal ini karena beberapa faktor. Anies dianggap meyakinkan dalam paparan gagasan dan rencana kerja, juga dipengaruhi intensitas Anies dalam berkomunikasi dengan masyarakat, termasuk melalui media sosial,” terang Dedi.
Dia juga menilai ketokohan Anies cukup kuat diingat publik sebagai calon pemimpin yang memiliki wibawa.
“Setidaknya situasi ini membuat pilpres lebih mungkin berjalan dua putaran, dengan sebaran elektabilitas yang ada, akan sulit dilakukan pilpres satu putaran."
"Hal ini membangun peluang Anies bisa membalikkan situasi pada putaran kedua nanti,” ujar Dedi.