Suatu hari, seekor banteng besar datang dan menyerang salah satu penggawa yang sedang bertapa.
Terjadilah pertarungan sengit, di mana sang penggawa berhasil membunuh banteng itu hanya dengan sekali pukulan tangan kosong, namun ia sendiri meninggal karena kehabisan darah.
Kisah heroik ini menyebar ke masyarakat sekitar, yang kemudian masuk ke hutan dan menemukan jasad sang penggawa serta bangkai banteng.
Keduanya pun dikuburkan di dekat lokasi pertarungan.
Sejak saat itu, wilayah tersebut dikenal sebagai tempat yang sakral dan dihuni oleh keturunan orang-orang sakti—itulah asal muasal nama “Wirun.”
(*)