TRIBUNSOLO.COM, JAKARTA - Pengamat politik sekaligus Direktur Lingkar Madani, Ray Rangkuti, menilai pernyataan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka tentang pemecatan Effendi Simbolon oleh PDI Perjuangan sebagai "pengorbanan besar", memiliki danpak politik.
Kelakar Gibran itu kata Ray Rangkuti, berpotensi mengganggu hubungan yang mulai membaik antara Presiden Prabowo Subianto dan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri.
Dalam pernyataan tertulis yang dirilis Senin (7/7/2025), Ray menilai ucapan Gibran bukan sekadar nostalgia atau kelakar politik.
Baca juga: Sebut Pengorbanan Effendi Simbolon Besar sampai Dipecat PDIP, Gibran Berkelakar Nasibnya Sama
Namun, itu menjadi sinyal politik untuk mengingatkan Prabowo akan peran dan kontribusi keluarga Jokowi dalam kemenangan Pilpres 2024.
Menurut Ray, Gibran seolah ingin menyampaikan bahwa pengorbanan sejumlah tokoh, termasuk Effendi Simbolon yang dipecat dari PDIP karena mendukung Prabowo, perlu dihargai dengan posisi atau jabatan strategis di pemerintahan.
"Ini berupaya mengganggu membaiknya hubungan Mega-Prabowo. Gibran ingin mengingatkan bahwa bergabungnya keluarga Jokowi ke Prabowo disertai pengorbanan besar, baik dari pihak keluarga maupun orang-orang yang mendukung langkah politik tersebut," ujar Ray.
Ray menduga bahwa Gibran menyindir belum adanya balas jasa politik untuk Effendi Simbolon yang telah meninggalkan partai demi mendukung koalisi Prabowo-Gibran.
Baca juga: Wakil Bendahara TKN Prabowo-Gibran Diusulkan Jadi Dubes RI untuk Malaysia, Ini Rekam Jejaknya
Lebih lanjut, Ray menilai bahwa Gibran sedang membentuk narasi dirinya sebagai pihak yang “dikorbankan”, tidak hanya dalam kontroversi putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 90/PUU-XXI/2023 yang memungkinkan dirinya maju sebagai cawapres, tetapi juga dalam kasus pemecatannya dari PDIP.
"Di sini, Gibran kembali memposisikan dirinya sebagai korban. Sesuatu yang jamak dan khas dari laku politik keluarga Jokowi. Bahwa dibesarkan oleh PDIP dianggap hal biasa, tapi setelah diberhentikan karena beda pilihan politik, lalu menyebutnya sebagai keputusan kasar dan dirinya adalah korban," katanya.
Ray juga mengkritik langkah Gibran yang membawa urusan pemecatan dari PDIP ke ruang publik, meskipun kini ia sudah menjabat sebagai Wakil Presiden RI.
Ia menilai tindakan itu tidak etis dan menunjukkan kurangnya kepekaan terhadap peran dan tanggung jawab besar sebagai pemimpin nasional.
Baca juga: Pengamat Ungkap 3 Skema Gibran Bisa Lengser dari Kursi Wapres, Kartu As Ada di Presiden Prabowo
"Bahwa sebagai Wapres, beliau masih membincangkan hal yang sangat individual seperti ini, menunjukkan tidak pekanya Gibran dengan jabatan yang diembannya," ungkap Ray.
Ia juga menyebut bahwa ajakan Gibran untuk rukun dan bersatu setelah Pemilu 2024 terkesan mengabaikan luka politik yang dirasakan PDIP atas manuver keluarga Jokowi yang keluar dari garis politik partai.
"Ajakan rukun yang diucapkan sembari menegaskan pengorbanan pihaknya, tanpa empati atas rasa sakit politik PDIP, mencerminkan egoisme dan lemahnya pemahaman moral politik," tegasnya.
Isi Pernyataan Gibran