TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Kota Solo, Jawa Tengah, dikenal dengan kuliner wedangan atau angkringan seperti Yogyakarta.
Ada banyak wedangan atau angkringan di Solo, namun ada satu yang wajib dicoba karena manawarkan konsep unik.
Namanya adalah Angkringan Omahe Whawin.
Terletak di Jalan Kelud Selatan no.42, Jl. Nayu Utara Kelurahan No.Rt 01/05, Joglo, Kec. Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah, jaraknya cukup dekat dengan pusat Kota Solo.
Baca juga: Sejarah Dawet Telasih Bu Dermi Pasar Gede Solo, Kuliner Legendaris yang Eksis Sejak 1930
Dilihat dari Google Maps, cukup 3,3 km atau 9 menit dari Balai Kota Solo menggunakan sepeda motor.
Warung makan milik artis Djoko Suprihanto yang lebih dikenal dengan nama Whawin Laura, kini menjadi salah satu destinasi kuliner yang digemari banyak kalangan dari berbagai daerah.
Termasuk kuliner hidden gem, angkringan ini menyajikan berbagai hidangan khas Nusantara dengan sentuhan unik Bali yang menggugah selera.
Awal Mula dan Perjalanan Angkringan Omahe Whawin
Awalnya, Angkringan Omahe Whawin hanyalah tempat berkumpulnya teman-teman seniman dan seniwati.
Baca juga: Sejarah Bakso Sera yang Pernah Viral di Simo Boyolali, Namanya Ternyata Punya Makna Unik
Menurut Whawin Laura, berkat dorongan dari para sahabatnya, ia mulai mencoba menjual makanan murah sejak tahun 2015 untuk menyambut banyaknya tamu yang datang bersama keluarga dan teman-teman.
Keunikan Angkringan Omahe Whawin tidak hanya terletak pada hidangan yang disajikan, tetapi juga atmosfernya yang kental dengan nuansa Bali.
Rumah dengan konsep alami tersebut dipermanis dengan sentuhan Bali yang membuat pengunjung merasa seperti berada di “Ubud Balinya Kota Solo.”
Whawiin Laura sendiri mengusung tagline ‘Ubud Balinya Kota Solo.’
Pengunjung dari Berbagai Kalangan dan Daerah
Angkringan Omahe Whawin telah menarik perhatian berbagai kalangan, mulai dari pejabat, artis, hingga tokoh masyarakat. Beberapa nama terkenal seperti Cak Precil dan Soimah pun pernah menikmati sajian di warung ini.
Baca juga: Sejarah Sego Plontang, Kuliner Langka Sragen yang Sarat Makna