Laporan Wartawan TribunSolo.com, Anang Ma'ruf
TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Ratusan anggota perguruan silat yang mendatangi Markas Polres Sukoharjo pada Selasa (5/8/2025) mengungkapkan kekecewaan mereka.
Aksi itu digelar untuk menanyakan perkembangan kasus penganiayaan dan pembakaran motor yang menimpa empat anggota mereka.
Namun mereka kecewa karena Kapolres Sukoharjo AKBP Anggaito Hadi Prabowo tidak berada di tempat saat mereka datang.
“Kami menyayangkan Kapolres tidak ada di tempat. Tapi tidak apa-apa, tadi kami sudah diterima Kasat Intel dan beberapa anggota lainnya,” ujar Kusumo Putra, penasihat pesilat arus bawah, kepada wartawan usai pertemuan.
Sekitar 500 orang dari perguruan silat tersebut berkumpul di halaman Mapolres untuk menuntut kejelasan penanganan kasus yang terjadi pada Jumat dini hari, 4 Juli 2025, di Jalan Bale Padi, Dukuh Gondang, Kecamatan Baki.
Dalam peristiwa itu, empat anggota perguruan silat mengalami luka berat akibat dianiaya oleh orang tak dikenal.
Tak hanya itu, dua sepeda motor milik korban juga dibakar oleh pelaku.
Korban masing-masing berinisial WH (45), MAT (20), ABP (24) dari wilayah Kartasura, dan CKW (23), seorang perempuan asal Banjarsari, Kota Solo.
Menurut Kusumo, insiden semacam ini bukan yang pertama kali terjadi di wilayah Sukoharjo.
Baca juga: Sudah Satu Bulan Pelaku Penyerangan 4 Anggota Silat di Sukoharjo Masih Bebas, Polisi Bentuk Satgas
“Ini bukan kali pertama terjadi. Kabupaten Sukoharjo sedang tidak baik-baik saja. Keamanan dan kenyamanan masyarakat terganggu, dan kami harap ini tidak dianggap sepele,” tegasnya.
Ia juga menilai langkah penyelidikan yang dilakukan Polres Sukoharjo masih lambat dan belum memberikan titik terang.
“Polres menyampaikan sudah dibentuk Satgas khusus untuk mengusut kejadian di Kecamatan Baki. Tapi kami menyayangkan belum ada perkembangan berarti. Belum ada satu pun tersangka yang teridentifikasi,” lanjut Kusumo.
Ratusan anggota silat yang hadir berharap, aspirasi mereka bisa menjadi dorongan kuat bagi aparat untuk lebih serius dalam mengungkap pelaku dan memberikan keadilan bagi korban.
Kendala Mengungkap Pelaku
Puluhan hari telah berlalu sejak insiden berdarah yang menimpa empat anggota Pesilat di Jalan Balepadi, Dukuh Gondang, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo.
Hingga kini, identitas dan keberadaan empat pelaku pembacokan masih menjadi misteri.
Insiden yang terjadi pada Jumat (4/7/2025) sekitar pukul 04.20 WIB itu mengakibatkan empat orang pesilat mengalami luka berat dan harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit.
Tak hanya itu, dua unit sepeda motor milik korban juga dibakar oleh para pelaku.
Korban diketahui berinisial WH (45), MAT (20), ABP (24), ketiganya warga Kartasura, serta CKW (23), seorang perempuan asal Banjarsari, Kota Solo.
Pihak Kepolisian Resor (Polres) Sukoharjo hingga kini masih terus melakukan penyelidikan.
Sejauh ini, sebanyak 12 saksi telah dimintai keterangan, dan sejumlah rekaman kamera pengawas (CCTV) di sekitar lokasi kejadian juga telah dikumpulkan.
Baca juga: Bentrok Rombongan Pesilat dan Warga di Madiun: Rumah Rusak, Batu Berserakan
Namun demikian, proses identifikasi pelaku menemui sejumlah kendala teknis.
Ini seperti kondisi pencahayaan di lokasi yang gelap.
“Kendala utama karena kejadian berlangsung pada tengah malam. Lokasi minim pencahayaan dan kondisi lampu penerangan jalan yang tidak maksimal membuat wajah para pelaku tidak terdeteksi di kamera CCTV,” jelas Kasat Reskrim Polres Sukoharjo, AKP Zaenudin, saat dikonfirmasi pada Senin (14/7/2025).
Meski begitu, pihak kepolisian menegaskan penyelidikan masih terus berlanjut dan telah melibatkan bantuan dari Polda Jawa Tengah untuk memperkuat proses pengungkapan kasus.
“Kami masih terus mendalami bukti-bukti yang ada bersama Polda Jateng,” tambah AKP Zaenudin.
Tim juga terus menelusuri bukti-bukti yang bisa menjadi petunjuk untuk mengungkap kasus ini.
Seperti diberitakan sebelumnya, empat korban bersama teman lainnya tengah melintas di Jalan Balepadi.
Tiba-tiba diserang oleh empat orang tak dikenal menggunakan senjata tajam.
Aksi brutal tersebut terjadi secara tiba-tiba dan tidak meninggalkan pesan atau motif yang jelas.
Pihak organisasi menyebut insiden ini sebagai bentuk teror yang ditujukan kepada mereka. (*)