TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Kabupaten Boyolali memiliki museum bernama R. Hamong Wardoyo, yang terletak di Jalan Raya Boyolali–Solo, tepatnya di Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Mojosongo.
Museum yang juga menjadi ikon Boyolali ini memiliki desain arsitektur yang unik, menyerupai piramida dengan dua lantai dan atap berbahan panel kaca tembus pandang.
Gaya bangunan ini terinspirasi dari Museum Louvre di Prancis, menjadikannya salah satu landmark menarik di wilayah tersebut.
Museum ini mulai dibangun pada tahun 2015 dan dinamai sesuai tokoh penting dalam sejarah Boyolali, yaitu R. Hamong Wardoyo, Bupati pertama yang memimpin Boyolali pasca-kemerdekaan.
Baca juga: Rekomendasi Wisata di Karanganyar, Rumah Atsiri di Plumbon Tawangmangu, Tidak Ada Tiket Masuk
Menurut Budi Prasetyaningsih, Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Boyolali, museum ini menyimpan berbagai koleksi benda cagar budaya, termasuk arca yang berasal dari abad ke-9 dan ditemukan di wilayah Boyolali.
Selain itu, terdapat pula diorama sejarah dan budaya Boyolali, foto-foto dokumenter, replika Lembu Sora, patung Arjuna Wijaya, kereta kencana, dan koleksi menarik lainnya.
Museum ini terbuka untuk umum setiap hari dan tidak memungut biaya tiket masuk.
Pengunjung cukup mengisi buku tamu sebelum menjelajahi isi museum.
Di lantai dasar, pengunjung akan menemukan berbagai arca peninggalan masa Hindu–Buddha yang merupakan benda purbakala asli dari Boyolali.
Diorama visual tentang Kabupaten Boyolali juga turut memperkaya pengetahuan pengunjung akan sejarah dan budaya daerah ini.
Mayoritas pengunjung museum berasal dari kalangan pelajar tingkat TK dan SD, yang menjadikan museum ini sebagai sarana edukasi sejarah lokal.
Dengan demikian, museum ini juga berperan sebagai tempat pembelajaran kontekstual bagi generasi muda.
Baca juga: Asal Usul Desa Trangsan di Sukoharjo Jadi Pusat Sentra Rotan Sejak 1927, Disebut Desa Wisata Rotan
Bambang Purwantoro, Kepala Seksi Sejarah, Nilai Budaya, dan Purbakala, menjelaskan bahwa pendirian museum ini bertujuan untuk melindungi, menyimpan, dan merawat benda-benda purbakala, serta menyebarluaskan pengetahuan tentang warisan budaya kepada masyarakat agar semakin menghargai hasil karya nenek moyang.
Untuk mencapai lantai dua, pengunjung akan melewati lorong spiral yang dikelilingi foto-foto perjalanan sejarah Boyolali dari masa lampau hingga kini. Di lantai atas, dipamerkan foto-foto karya pemenang lomba fotografi bertema Boyolali.
Dari area ini, pengunjung juga bisa menikmati pemandangan Gunung Merapi dan Merbabu di sisi barat, serta menyaksikan aktivitas lalu lintas di depan museum.
(*)