Viral Porsi MBG Sragen
Viral Porsi MBG Dikeluhkan di Sragen, Camat Kedawung dan Muspika Langsung Datangi Dapur Karangpelem
Camat Kedawung bersama Muspika Kedawung langsung mendatangi dapur SPPG di Desa Karangpelem untuk memastikan kebenaran isu yang viral di media sosial.
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Vincentius Jyestha Candraditya
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari
TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN – Langkah cepat dilakukan Camat Kedawung, Endang Widayanti, setelah banjir laporan masuk ke dirinya soal dugaan porsi program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dinilai tak sesuai harga.
Ia bersama Muspika Kedawung langsung mendatangi dapur SPPG di Desa Karangpelem untuk memastikan kebenaran isu yang viral di media sosial.
“Ada banyak yang laporan, termasuk Pak DPRD sudah koordinasi dengan kami, akhirnya kita Muspika kesana, ke dapur SPPG untuk crosscheck, klarifikasi, memberi pengarahan,” ujar Endang, kepada TribunSolo, Rabu (17/9/2025).
Baca juga: Viral di Sragen, Orang Tua Keluhkan Porsi MBG yang Dinilai Tak Sesuai Harganya
Unggahan seorang warganet bernama Cayu di Facebook sehari sebelumnya memang sempat menggegerkan warga Sragen.
Dalam postingannya, ia menilai porsi makanan MBG terlalu kecil dibanding nilai anggaran. Keluhan itu pun ramai ditanggapi, hingga ratusan komentar dan puluhan kali dibagikan.
Meski begitu, pemilik akun tersebut juga menegaskan dirinya tetap mendukung program MBG yang menurutnya memberi banyak manfaat, seperti membuka lapangan kerja dan menjamin anak-anak tidak kelaparan di sekolah.
Hanya saja, harapannya kualitas dan porsinya lebih baik.
Muspika sendiri menindaklanjuti keluhan itu dengan memberikan arahan langsung kepada pengelola dapur.
“Kejadian itu betul, dan (Dapur SPPG) sudah menyadari kesalahan, dan janji tidak mengulangi lagi. Tadi Muspika mengarahkan untuk membuat pernyataan klarifikasi, permohonan maaf agar tidak terjadi lagi,” jelas Endang.
Ia juga meminta pengelola menjalankan program sesuai aturan dan standar yang berlaku.
Bahkan, guru dan sekolah diimbau untuk ikut mengontrol kelayakan makanan yang diberikan.
“Kalau kira-kira tidak layak atau jauh dari indeks, ya bisa dilaporkan ke dapur SPPG, biar dipenuhi dulu,” tambah Endang.
Sementara itu, Kepala Desa Karangpelem, Suwarno, mengungkapkan dapur SPPG yang menjadi sorotan merupakan milik adiknya.
Baca juga: Program MBG di Boyolali Terhenti Sementara, Siswa Terpaksa Tambah Uang Jajan, Ada Apa?
Menurutnya, perbedaan porsi memang menyesuaikan jenjang pendidikan, bukan semata-mata kesalahan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.