Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Fakta Menarik Tentang Klaten

Asal-usul Kali Woro di Klaten: Ada Legenda Woro, Pemuda yang Berani Menantang Gunung Merapi

Kali Woro ini berhulu langsung dari puncak Gunung Merapi dan mengalir hingga bermuara ke Sungai Bengawan Solo.

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
TribunSolo.com/@SekolahSungaiKlaten
TEMPAT BERSEJARAH KLATEN - Penampakan banjir lahar dingin dari puncak Gunung Merapi di Kali Woro, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Senin (25/1/2021) pukul 16.30 WIB. Beginilah asal-usul Kali Woro dan legendanya yang terkenal. 

TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Kali Woro adalah salah satu sungai yang memiliki peranan penting di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Sungai ini berhulu langsung dari puncak Gunung Merapi dan mengalir hingga bermuara ke Sungai Bengawan Solo.

Selain dikenal sebagai sumber kehidupan dan lokasi penambangan pasir yang ramai, Kali Woro juga kaya akan cerita rakyat, sejarah budaya, dan tantangan lingkungan yang menarik untuk diulas lebih dalam.

Baca juga: Asal-usul Desa Gumpang di Kartasura Sukoharjo, Konon Dulu jadi Tempat Musyawarah Hadapi Penjajah

 Cerita Rakyat Asal-Usul Kali Woro

Dalam buku Cerita-Cerita Legenda di Kabupaten Klaten karya Danang Susena dan Wisnu Nugroho Aji, terdapat kisah menarik yang mengisahkan asal-usul terbentuknya Kali Woro.

Cerita bermula dari seorang pemuda bernama Woro, yang dikenal gagah, tampan, dan sangat berani.

Keberanian Woro berbeda dari masyarakat sekitar yang menganggap Gunung Merapi sebagai tempat keramat yang penuh bahaya.

Mereka percaya siapa pun yang naik ke gunung dengan niat buruk akan mengalami malapetaka.

Baca juga: Asal Usul Digelarnya Grebeg Penjalin, Even Tahunan yang Diadakan Warga Desa Trangsan Sukoharjo

Namun Woro tak gentar.

Ia melakukan pendakian sendirian hingga sampai ke puncak Gunung Merapi, menikmati sejuknya udara dan pemandangan alam yang memukau.

Saat itu, Woro mendirikan tenda kecil dan beristirahat sambil menyaksikan para penambang pasir yang sudah mulai menggali di sekitar sungai.

Keberanian Woro lantas membuatnya menghardik para penambang yang tidak berani naik ke puncak.

Namun tak lama setelah itu, Gunung Merapi mengeluarkan awan panas dan lahar dingin yang menghanyutkan Woro.

Baca juga: Asal-usul Kawasan Ngarsopuro yang Ikonik di Kota Solo, Ternyata Namanya Bermakna Jalan Menuju Pura

Peristiwa inilah yang dipercaya menjadi asal-usul nama Kali Woro.

Situs Kali Woro: Warisan Budaya dari Masa Hindu-Buddha

Selain kisah legenda, Kali Woro juga menyimpan peninggalan sejarah berupa situs candi yang menambah kekayaan budaya Klaten.

Situs Kali Woro terdiri dari dua lokasi, yaitu Situs Kali Woro A di Dukuh Pijenan, Desa Sukorini dan Situs Kali Woro B di Dukuh Pacitan, Desa Ngemplak Seneng, keduanya di Kecamatan Manisrenggo.

Pada tahun 1990, Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Tengah melakukan ekskavasi yang menghasilkan penemuan penting, seperti batu yoni dan lempengan perak bertuliskan mantra.

Baca juga: Asal-usul Kelurahan Kadipiro di Solo: saat Penjajahan Belanda jadi Tempat Latihan Perang

Temuan ini memperkuat bahwa situs ini adalah bekas bangunan candi yang berlatar belakang Hindu. Denah candi berukuran sekitar 12,75 x 12,55 meter dengan orientasi tepat ke arah mata angin utama.

Namun, kondisi situs kini menghadapi ancaman serius akibat aktivitas penambangan pasir di sekitar aliran Kali Woro dan bahaya banjir lahar dingin dari Gunung Merapi. Batu-batu candi yang tersebar banyak mengalami pergeseran bahkan hilang terbawa aktivitas manusia dan alam.

Aktivitas Tambang Pasir dan Dampaknya

Kali Woro telah lama menjadi area penambangan pasir yang sangat ramai, baik secara manual maupun menggunakan alat berat.

Lokasi ini tidak hanya menjadi sumber ekonomi bagi warga, tapi juga titik rawan kerusakan lingkungan.

Penambangan yang masif mengikis bentang alam sungai dan membawa dampak negatif bagi kelestarian situs cagar budaya yang berada sangat dekat dengan aliran sungai.

Selain itu, aktivitas vulkanik Gunung Merapi seperti letusan dan aliran lahar dingin secara alami mengubah morfologi sungai dengan pelebaran dan pengendapan material baru.

Pada tahun 2022, tercatat dua truk pengangkut pasir terjebak banjir lahar di Kali Woro, memperlihatkan betapa rawannya kawasan ini terhadap bencana alam.

Baca juga: Asal-usul Monumen Perisai Pancasila Solo, Saksi Bisu Tragedi Pembantaian PKI di Kedung Kopi

Kondisi tersebut mengharuskan masyarakat dan pemerintah setempat terus memantau dan melakukan antisipasi untuk menjaga keselamatan warga dan kelangsungan lingkungan.

Upaya Pelestarian dan Pengembangan Wisata Edukatif Kali Woro Purba

Di tengah berbagai tantangan tersebut, Kali Woro juga memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata alam yang edukatif.

Kali Woro Purba, yang mengalir melalui Desa Kemudo, Kecamatan Prambanan, kini dikembangkan menjadi kawasan wisata dengan konsep sekolah sungai, outbond, dan bumi perkemahan.

Kolaborasi antara Pemerintah Desa Kemudo, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Universitas Gadjah Mada (UGM), dan komunitas pegiat sungai di Klaten dan Yogyakarta, berupaya menjadikan Kali Woro Purba sebagai pusat edukasi lingkungan hidup dan konservasi sungai.

Konsep ini tak hanya bertujuan menarik wisatawan, tapi juga memberikan edukasi kepada generasi muda tentang pentingnya menjaga kelestarian sungai dan alam.

Dengan cara ini, Kali Woro dapat menjadi simbol harmonisasi antara pelestarian budaya, alam, dan pemanfaatan ekonomi secara berkelanjutan.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved