Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Balap Traktor di Klaten

Warna-warni Balap Traktor di Klaten : Modifikasi Bisa Lebih Mahal dari Hadiah, Ini Soal Kesenangan

Namun meski biaya modifikasi tak main-main, hadiah yang ditawarkan dalam lomba balap traktor kerap tidak sebanding.

Penulis: Zharfan Muhana | Editor: Hanang Yuwono
TRIBUNSOLO.COM/ZHARFAN MUHANA
BALAP TRAKTOR - Mesin traktor tak hanya digunakan membajak sawah, namun juga sesekali dipakai balapan traktor di Klaten, Jawa Tengah. Begini kisah di balik balapan traktor ini. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Zharfan Muhana

TRIBUNSOLO.COM, KLATEN – Di tengah hamparan sawah yang biasanya sunyi, deru mesin diesel mendadak menggema.

Asap hitam menari-nari ke langit, menciptakan atmosfer yang tak biasa.

Bukan panen yang sedang berlangsung di Desa Karangduren, Kecamatan Kebonarum, Kabupaten Klaten, melainkan sebuah atraksi unik: balap traktor.

Baca juga: Balap Traktor di Klaten Diikuti 32 Peserta, Jadi Ajang Silaturahmi Sesama Operator di Lumpur Sawah

Ya, traktor, kendaraan identik dengan lumpur dan sawah, kini tampil beda.

Bertenaga, agresif, dan siap adu cepat. Bukan tanpa alasan. mesin-mesin itu telah dimodifikasi habis-habisan oleh pemiliknya.

Tujuannya? Bukan sekadar menang, tapi juga memuaskan dahaga akan tantangan dan kesenangan.

Modifikasi Mahal, Hadiah Nomor Dua

Salah satu yang paling mencuri perhatian adalah Philip, pria 55 tahun asal Sukoharjo.

Tak segan ia merogoh kocek hingga Rp 3,5 juta untuk menyulap traktornya jadi kuda besi siap tempur.

“Saya upgrade dieselnya, mulai dari nozzle, spuyer, seher, sampai bureng,” tutur Philip menyebut bagian-bagian vital yang membuat traktor melaju kencang.

Baca juga: Ketika Traktor Unjuk Gigi di Klaten, Tak Cuma untuk Bajak Sawah Tapi Juga Bisa untuk Balapan!

Bagi Philip, bicara soal “PK” atau Paard Kracht, satuan tenaga mesin, sama seperti seorang seniman bicara tentang warna. Detil, penuh semangat.

“Naikin kekuatan. Semakin besar PK, semakin liar tarikannya,” katanya, seakan traktor itu bukan alat tani, melainkan makhluk hidup yang bisa mengaum.

Namun meski biaya modifikasi tak main-main, hadiah yang ditawarkan dalam lomba kerap tidak sebanding.

Bahkan, Philip sendiri mengaku belum pernah naik podium.

“Senangnya itu mahal. Enggak ada ukurannya,” ucapnya.

Baca juga: 2 Terduga Korban Janji Palsu Traktor Akan Ikuti Sidang Ijazah Palsu Jokowi di PN Solo, Ada Apa?

Rupanya, bagi banyak peserta, menang bukan segalanya. Kesenangan mengutak-atik mesin dan menaklukkan lintasan jauh lebih penting.

Bukan Hanya Mesin, Tapi Fisik Juga Jadi Taruhan

Di lintasan, tak hanya mesin yang diuji.

Fisik sang joki juga menentukan kemenangan.

Hal ini ditegaskan oleh Dani Nur Cahya, peserta muda berusia 23 tahun asal Ngawi, Jawa Timur.

"Kalau biar cepat ya terutama untuk mesin, itu pasti. Yang kedua soal tenaga joki (operator) itu harus itu," ujar Dani.

Traktor bukan sepeda motor. Ia besar, berat, dan liar.

Mengendalikannya di lintasan tanah memerlukan keseimbangan, kekuatan, dan nyali.

Kalau joki (kurang), cuma mesinnya handal ya alamat pasti kalah," ucap Dani.

 Ia tahu betul medan tak ramah di depan mata bisa jadi musuh yang menakutkan jika tak siap.

Meski modifikasi jadi "ruh" dari balapan ini, tetap ada aturan yang membatasi.

Panitia menetapkan tinggi maksimal roda 120 cm, lebar poli depan 10 cm, dan penggunaan merek tertentu untuk poli belakang.

Aturan ini dibuat agar persaingan tetap sehat dan tidak membahayakan peserta.

Sebab, meski penuh keseruan, balapan traktor bukan tanpa risiko.

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved