Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Fakta Menarik Tentang Boyolali

Kenapa Boyolali Identik dengan Kuliner Soto? Ternyata Ini Sejarahnya, yang Asli Berkuah Bening

Sejarah Soto Boyolali bermula dari kebiasaan masyarakat Boyolali yang menyukai makanan berkuah panas dengan bumbu rempah yang khas.

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
Tribunjateng
SEJARAH SOTO BOYOLALI - Soto Seger Mbok Giyem asal Boyolali, Jawa Tengah, yang kini juga buka cabang di Solo. Begini sejarah soto bisa jadi kuliner populer di Boyolali. 

TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI – Indonesia dikenal sebagai surga kuliner yang kaya rasa dan tradisi.

Salah satu hidangan khas yang mencuri perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara adalah Soto Seger Boyolali, varian soto berkuah bening yang berasal dari daerah Boyolali, Jawa Tengah.

Soto ini tidak hanya menggugah selera karena cita rasanya yang segar dan gurih, tapi juga menyimpan sejarah panjang dan nilai budaya yang melekat pada masyarakat Boyolali.

Baca juga: Kenapa Banyak Warga Wonogiri yang Memilih Merantau? Ternyata Ada Peran Soeharto di Zaman Orde Baru

Asal-Usul Soto Boyolali

Sejarah Soto Boyolali bermula dari kebiasaan masyarakat Boyolali yang menyukai makanan berkuah panas dengan bumbu rempah yang khas.

Tradisi ini kemudian berkembang menjadi racikan soto dengan kuah bening, daging ayam atau sapi empuk, serta pelengkap segar seperti tauge dan seledri.

Tonggak sejarah penting terjadi pada tahun 1998, ketika Hj. Fatimah membuka sebuah warung sederhana di pertigaan Jalan Pandanaran, Boyolali.

Baca juga: Kenapa Gading Gajah Purba jadi Ikon Kabupaten Sragen? Ternyata Begini Awal Mulanya

Warung ini diberi nama Soto Seger Mbok Giyem, sebagai penghormatan kepada sang ibu, yang sebelumnya dikenal sebagai penjual sate kambing.

Resep soto yang digunakan adalah warisan keluarga yang turun-temurun.

Seiring waktu, soto buatan Hj. Fatimah menarik banyak pelanggan dari luar daerah, hingga akhirnya pada tahun 2002, warungnya pindah ke tempat yang lebih luas.

Kemudian, sejak 2015, nama warung berganti menjadi Soto Seger Hj. Fatimah.

Baca juga: Kenapa Solo Tidak Berstatus Daerah Istimewa Surakarta Seperti Yogyakarta? Begini Sejarahnya

Kini, Soto Seger ini telah membuka cabang di berbagai kota, seperti Solo, Klaten, Jogja, Sukoharjo, dan Salatiga, menjadikannya salah satu ikon kuliner Boyolali.

Soto Seger Hj Fatimah Boyolali
Soto Seger Hj Fatimah Boyolali (Google Maps Soto Seger Hj Fatimah Boyolali)

 Ciri Khas Soto Boyolali

Apa yang membedakan Soto Boyolali dengan soto dari daerah lain?

Yang paling menonjol adalah kuah beningnya.

Dibuat dari kaldu ayam atau sapi dengan campuran rempah seperti ketumbar, jintan, dan serai, kuahnya terasa ringan namun tetap kaya rasa.

Sajian sotonya pun sederhana namun menggoda: daging ayam atau sapi, tauge, kol, daun bawang, seledri, dan biasanya dilengkapi telur rebus, kerupuk, dan nasi atau lontong.

Baca juga: Kenapa Sukoharjo Dijuluki Kota Makmur? Begini Sejarahnya, Ada Kaitan dengan Keraton Surakarta

Keistimewaan soto ini juga terletak pada kesegarannya, cocok dinikmati kapan saja, baik pagi, siang, maupun malam, dan terasa nikmat di segala cuaca.

Soto, Hidangan Hasil Akulturasi Budaya

Menilik sejarahnya, soto sebenarnya merupakan makanan hasil akulturasi dari budaya Tionghoa.

Kata “soto” sendiri diyakini berasal dari bahasa Hokkien “sao du” atau “sio to”, yang berarti campuran jeroan.

Masuk ke Indonesia sejak abad ke-12, soto kemudian mengalami adaptasi sesuai dengan budaya lokal.

Bila di Tiongkok menggunakan daging babi, di Indonesia bahan tersebut disesuaikan, seperti daging sapi, ayam, kerbau, bahkan daging kuda di Sulawesi.

Baca juga: Kenapa Karanganyar Disebut Bumi Intanpari? Begini Sejarahnya

Contohnya, di Kudus, soto menggunakan daging kerbau karena menghormati masyarakat Hindu yang tidak mengonsumsi daging sapi.

Soto awalnya dijual oleh para pedagang keliling dengan pikulan, lalu berkembang menjadi warung dan restoran yang kita kenal sekarang.

Keistimewaan soto terletak pada fleksibilitas dan daya tahannya sebagai pangan lokal.

Disajikan panas, soto memiliki ketahanan yang baik terhadap kontaminasi mikroba.

Secara gizi, soto mengandung karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral, menjadikannya makanan yang relatif lengkap dan bergizi.

Namun, pecinta kuliner tetap perlu memperhatikan keseimbangan dalam konsumsi, terutama bila soto disajikan dengan jeroan, gorengan, atau sambal berlebihan yang bisa meningkatkan asupan lemak dan kalori.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved