Ritual Mahesa Lawung

Mengenal Hutan Krendowahono di Karanganyar, Tempat Keraton Surakarta Gelar Tradisi Mahesa Lawung

Ritual mahesa lawung juga digelar di Hutan Krendawohono yang ada di Desa Krendowahono, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar

TRIBUNSOLO.COM/Anggoro Sani
RITUAL - Ritual mahesa lawung juga digelar di Hutan Krendawohono yang ada di Desa Krendowahono, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar. Alas ini di era Keraton Surakarta Hadiningrat dimana Surakarta masih menjadi negara, diyakini, disepakati sebagai penjaga sebelah utara di Keraton Surakarta, 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari

TRIBUNSOLO.COM, KARANGANYAR - Selain di Keraton Surakarta, ritual mahesa lawung juga digelar di Hutan Krendawohono yang ada di Desa Krendowahono, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar.

Pemerhati Sejarah Kota Solo, KRMAP L. Nuky Mahendranata Adiningrat mengatakan hutan tersebut merupakan penjaga di sebelah utara Keraton Surakarta.

"Kenapa di Krendawohono, hutan Krendawohono itu di era Keraton Surakarta Hadiningrat dimana Surakarta masih menjadi negara, diyakini, disepakati sebagai penjaga sebelah utara di Keraton Surakarta," katanya kepada TribunSolo.com.

"Sebelah utara itu dihuni oleh Dewi Bathari Kalayuwati, di barat Dewi Sekar Kedathon, sebelah selatan Kanjeng Ratu Kencana Hadisari, dan di timur ada Sunan Lawu, karena dari empat kiblat sebelah utara Keraton Surakarta," tambahnya.

Baca juga: Kubur Nafsu, Sucikan Diri : Arti Mendalam Ritual Tanam Kepala Kerbau Mahesa Lawung Keraton Surakarta

Hutan Krendawohono sendiri berada di tengah padatnya permukiman warga.

Sampai sekarang, Hutan Krendowahono terkenal kesan angkernya.

Alas Krendowahono merupakan kawasan hutan yang berada di wilayah utara Karanganyar, tepatnya di Desa Krendowahono, Kecamatan Gondangrejo.
Alas Krendowahono merupakan kawasan hutan yang berada di wilayah utara Karanganyar, tepatnya di Desa Krendowahono, Kecamatan Gondangrejo. (TRIBUNSOLO.COM/Anggoro Sani)

Juru Kunci Hutan Krendowahono, Darsono mengatakan lokasi tersebut merupakan situs petilasan yang terdiri dari 5 kawasan.

"Sebenarnya disini ada 5 lokasi, namun dua lokasi ini sekarang sudah mati, yang mati Sendang Keputren dan Ringin Putih, sedangkan yang lain, Betari Durga, Sumur Shina, Watu Gilang," katanya kepada TribunSolo.com beberapa waktu lalu.

Lanjutnya, situs Betari Durga adalah lokasi yang sering digunakan tamu-tamu untuk bersembahyang.

Lokasi tersebut dihiasi kembang setaman dan juga ada dupa persembahan.

"Biasanya mereka meminta doa restu ke Yang Maha Kuasa, baik jabatan maupun jodoh," ujar Darsono.

Darsono menjelaskan siapa sosok Betari Durga, yang merupakan putra Raja Kediri terakhir, yang melakukan moksa di lokasi tersebut.

"Lokasi ini dulu tempat moksanya putra raja Kediri kala itu, kemudian disini dipakai untuk membuang mayat dari seorang napi kerajaan yang dieksekusi mati," jelas dia.

Baca juga: Tradisi Mahesa Lawung Keraton Surakarta, Ritual Tanam Kepala Kerbau Simbol Buang Kejelekan

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved