Harga Telur di Boyolali

Kisah Pedagang di Boyolali, Terpaksa Merugi akibat Harga Telur Naik

Pedagang di Boyolali mengurangi keuntungan, ini lantaran harga telur yang terus merangkak naik. Mereka tak berani menaikan harga.

Penulis: Tri Widodo | Editor: Ryantono Puji Santoso
TribunSolo.com/Tri Widodo
SIAP RUGI. Seorang pedagang sempol ayam di Kecamatan Simo, Boyolali salah satu pedagang yang mengurangi untung. Ini dampak harga telur naik. 
Ringkasan Berita:
  • Harga telur ayam di Boyolali naik menjadi Rp29.000–Rp30.000 per kilogram, membuat pelaku usaha kuliner terpaksa mengurangi keuntungan agar usaha tetap berjalan.
  • Pedagang sempol ayam di Simo, Riki Fajar, mengaku tidak berani menaikkan harga jual dan memilih menekan laba meski kebutuhan telur mencapai 8 kilogram per hari.
  • Kenaikan juga terjadi pada bahan baku lain seperti ayam fillet dan tepung, menambah beban pelaku usaha kecil.

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo 

TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Pelaku usaha kuliner yang menggunakan telur sebagai bahan baku harus mengencangkan ikat pinggang.

Pasalnya, harga telur ayam yang tinggi membuat para pengusaha harus mengurangi keuntungan agar usahanya tetap berjalan.

Harga telur saat ini masih berkisar Rp29.000–Rp30.000 per kilogram.

Riki Fajar, pedagang sempol ayam di Kecamatan Simo, Boyolali, menjadi salah satu pelaku usaha yang terpaksa mengurangi margin keuntungan.

HARGA TELUR NAIK. Komoditas telur di Pasar Bunder Sragen, yang mulai mengalami kenaikan harga jelang puasa, Rabu (26/2/2025). Setiap hari, harga telur naik antara Rp 200 - Rp 500 per kilogram.
HARGA TELUR NAIK. Komoditas telur di Pasar Bunder Sragen, yang mulai mengalami kenaikan harga jelang puasa, Rabu (26/2/2025). Setiap hari, harga telur naik antara Rp 200 - Rp 500 per kilogram. (TribunSolo.com/Septiana Ayu)

Ingin Pelanggan Tak Lari

Untuk menjaga pelanggan agar tidak lari, ia memilih mengurangi laba karena tidak berani menaikkan harga jual produknya.

“Untuk telur naiknya drastis, yang biasanya Rp26 ribu sekarang jadi Rp30 ribu. Kemarin sempat turun ke Rp29 ribu, sekarang naik lagi menjadi Rp30 ribu,” ujarnya.

Padahal, setiap harinya ia membutuhkan hingga 8 kilogram telur.

Baca juga: Isi Menu MBG yang Diduga Bikin Ratusan Siswa di Wonogiri Keracunan : Telur, Sawi hingga Buah

“Pengaruhnya lebih terasa di laba, karena kalau memperkecil produksi takut dikomplain pelanggan. Jadi, saat ini kami mengurangi laba saja,” keluhnya.

Bahan Baku Ikut Naik

Beban Riki semakin berat karena harga bahan baku lainnya juga ikut merangkak naik.

Ia menyebut, harga ayam fillet naik dari Rp36.000 menjadi Rp40.000 per kilogram.

“Untuk tepung juga mengalami kenaikan, tapi tidak signifikan,” tambahnya.

Ardi, pemilik kedai Warmindo di Jalan Perintis Kemerdekaan, Boyolali, mengungkapkan hal senada.

Harga telur yang ia beli kini naik signifikan dari harga normal yang biasanya di kisaran Rp350.000 hingga Rp360.000 per peti.

“Rata-rata dulu sekitar Rp370–380 ribu. Sebulan terakhir ini bisa sampai Rp400–410 ribu per krat,” pungkasnya. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved