Fakta Menarik Tentang Boyolali

Asal-usul Pesanggrahan Pracimoharjo di Boyolali : Saksi Bisu Pertemuan PB VI dan Pangeran Diponegoro

Pesanggrahan Pracimoharjo merupakan salah satu peninggalan bersejarah Kerajaan Mataram yang berdiri sejak era Pakubuwono IV pada 1803–1804.

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
TribunSolo.com/Tri Widodo
WISATA SEJARAH BOYOLALI - Tampak depan Pesanggrahan Pracimoharjo di Desa Paras, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Minggu (11/9/2022). Tempat itu dibangun sejak Paku Buwono (PB) IV dan dipoles oleh PB X. 
Ringkasan Berita:
  • Pesanggrahan Pracimoharjo di Cepogo, Boyolali, didirikan era Pakubuwono IV dan menjadi tempat tetirah para raja serta lokasi strategi PB VI dan Pangeran Diponegoro.
  • Masa PB X, bangunan diperluas menjadi miniatur keraton dengan pendapa, tamansari, keputren, hingga alun-alun.
  • Pernah jadi markas PETA tahun 1948 sebelum dibakar Belanda; kini tersisa sebagian struktur seperti gapura, sumur, dan rumah pesanggrahan.

 

TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Kabupaten Boyolali memiliki banyak destinasi wisata sejarah dan budaya.

Salah satunya adalah Pesanggrahan Pracimoharjo yang terletak di Desa Paras, Kecamatan Cepogo, Boyolali, Jawa Tengah.

Pesanggrahan Pracimoharjo merupakan salah satu peninggalan bersejarah Kerajaan Mataram yang berdiri sejak era Pakubuwono IV pada 1803–1804.

Baca juga: Asal-usul Kecamatan Klego Boyolali : Konon Namanya Dipercaya Merupakan Pemberian Nyi Ageng Serang

Lokasinya berada di lereng Gunung Merapi, sehingga sejak awal difungsikan sebagai tempat tetirah para raja, termasuk Pakubuwono VI yang kerap menikmati suasana perkebunan kopi di sekitarnya.

Ketika TribunSolo.com tiba di tempat ini, disambut kicau burung pada pagi hari dengan udara yang cukup dingin.

Kesejukan dan keheningan menyatu menjadi satu di Pesanggarahan Pracimoharjo sehingga tempat ini cocok untuk merenung hingga mencari ketenangan.

Awal Mula Didirikan

Pesanggrahan Pracimoharjo didirikan pada masa pemerintahan Sinuhun Pakubuwono IV sekitar tahun 1803–1804.

Lereng Merapi dipilih sebagai lokasi karena ketenangan dan keindahan alamnya, menjadikannya tempat yang ideal untuk tetirah (beristirahat dan memulihkan diri).

Pakubuwono VI kemudian melanjutkan tradisi tersebut.

Baca juga: Asal-usul Nama Kecamatan Teras Boyolali : Ada Legenda Nyi Ageng Pandan Arang Bertanya Arah Jalan

Ia kerap menggunakan pesanggrahan ini untuk menikmati keindahan perkebunan kopi di sekitarnya.

Selain itu, Pracimoharjo juga menjadi lokasi penting dalam sejarah Perang Jawa, karena PB VI beberapa kali bertemu Pangeran Diponegoro atau pasukannya di tempat ini untuk merumuskan strategi perlawanan kepada Belanda.

Kemegahan di Masa Pakubuwono X

Puncak kejayaan Pesanggrahan Pracimoharjo terjadi pada masa Pakubuwono X.

Menurut pemerhati sejarah Kota Solo, KRMAP L. Nuky Mahendranata Adiningrat, bangunan pesanggrahan sebelumnya masih sederhana.

Baru pada masa PB X tempat ini dibangun ulang secara besar-besaran hingga menyerupai miniatur Keraton Kasunanan Surakarta.

Pesanggrahan Pracimoharjo di Desa Paras, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Minggu (11/9/2022). Tempat itu dibagun sejak Paku Buwono (PB) IV.
WISATA SEJARAH BOYOLALI - Pesanggrahan Pracimoharjo di Desa Paras, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Minggu (11/9/2022). Tempat itu dibagun sejak Paku Buwono (PB) IV. (TribunSolo.com/Tri Widodo)

Baca juga: Asal-usul Ponten Ngebrusan Solo: Jejak Arsitektur Kolonial dan Revolusi Hidup Sehat di Kota Bengawan

Pesanggrahan Pracimoharjo kala itu memiliki:

  • Pendapa
  • Pringgitan
  • Tamansari
  • Keputren
  • Dalem Ageng
  • Taman dan halaman sangat luas
  • Alun-alun kecil di depannya

Bahkan, gapura masuknya dibuat menyerupai Gapura Gading yang ikonik di keraton.

Luas kompleksnya dulu disebut mencapai empat kali lipat dari luas bangunan yang masih tersisa sekarang.

Selain untuk beristirahat, PB X menjadikan tempat ini sebagai lokasi menerima tamu-tamu penting dan tokoh kenegaraan, menandakan pentingnya Pracimoharjo dalam hubungan diplomatik kerajaan di masa itu.

Baca juga: Asal-usul Kelurahan Semanggi Solo: Nama Diambil dari Tumbuhan Rawa, Ada Jejak Dermaga yang Hilang

Markas PETA dan Kehancuran di Masa Agresi Belanda

Pada tahun 1948, Pesanggrahan Pracimoharjo berubah fungsi menjadi markas Tentara Pembela Tanah Air (PETA) yang dipimpin Jenderal Slamet Riyadi.

Tempat ini dipilih karena letaknya yang strategis, tersembunyi, namun mudah dijangkau.

Namun dalam Agresi Militer Belanda, pesanggrahan ini dibakar habis agar tidak jatuh ke tangan musuh.

Setelah masa perang usai, bangunan tersebut memang dibangun kembali, tetapi tidak semegah bentuk aslinya.

Kini luas bangunan hanya sekitar seperempat dari kompleks awal pada masa kejayaan PB X.

Baca juga: Asal-usul Pasar Harjodaksino Solo: Nama Diambil dari Tokoh Lokal, tapi Lebih Dikenal Pasar Gemblegan

Sisa-Sisa Kompleks Pracimoharjo yang Masih Ada

Meskipun tidak utuh lagi, beberapa bagian pesanggrahan masih dapat ditemukan hingga sekarang dan menjadi bukti kemegahan masa silam.

Pesanggrahan Pracimoharjo, di Desa Paras, Kecamatan Cepogo, Boyolali, Minggu (1/10/2023)
WISATA SEJARAH BOYOLALI - Pesanggrahan Pracimoharjo, di Desa Paras, Kecamatan Cepogo, Boyolali, Minggu (1/10/2023) (Tribunsolo.com/Tri Widodo)

Beberapa yang tersisa antara lain:

  • Sanggar Pamelangan
  • Sumur kuno
  • Bekas air mancur
  • Rumah pesanggrahan
  • Tugu pojok
  • Gapura masuk di empat penjuru mata angin
  • Beberapa sisa struktur fondasi dan pagar keliling

Saat TribunSolo.com melewati gapura besar yang terlihat dari jalan Cepogo–Musuk, hamparan tanah lapang dan bangunan lawas berarsitektur Belanda langsung tampak, memberi gambaran suasana pesanggrahan pada masa kolonial.

Baca juga: Asal-usul Gapura Gading Selatan Keraton Solo: Dipugar PB X, Jalur Sakral yang Dilalui Mendiang Raja

Nilai Sejarah dan Budaya

Pesanggrahan Pracimoharjo tidak hanya menyimpan jejak sejarah Kerajaan Mataram dan Keraton Solo, tetapi juga jejak perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Selain itu, tempat ini menyimpan nilai budaya yang kuat karena menjadi ruang tetirah para raja sekaligus lokasi pertemuan penting dengan tokoh-tokoh besar seperti Pangeran Diponegoro.

Pengaruh budaya keraton masih terasa kuat di kompleks ini, mulai dari bentuk gapura hingga tata ruang bangunan yang mengikuti pola keraton tradisional Jawa.

Akses Menuju Lokasi

Lokasi pesanggrahan sangat mudah dijangkau. Dari pusat Kota Boyolali, perjalanan hanya memakan waktu sekitar 20 menit. Rutenya:

  • Arahkan kendaraan ke jalur Boyolali–Selo (jalur Solo–Selo–Borobudur).
  • Sampai pertigaan Mliwis, belok kanan ke arah Cepogo–Musuk.
  • Gapura besar khas keraton akan terlihat di pinggir jalan, menandai pintu masuk kompleks Pracimoharjo.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved