Sejarah di Kota Solo
Asal-usul Pasar Harjodaksino Solo: Nama Diambil dari Tokoh Lokal, tapi Lebih Dikenal Pasar Gemblegan
Nama resminya, Harjodaksino, diambil dari tokoh lokal, namun masyarakat lebih akrab menyebutnya Pasar Gemblegan.
Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
Ringkasan Berita:
- Pasar Harjodaksino atau Pasar Gemblegan berdiri sejak 1987 di Serengan, Solo, dan menjadi salah satu pasar tradisional terbesar dengan luas 7.700 m⊃2;.
- Nama Gemblegan berasal dari sebutan “tukang gemblak”, yakni abdi dalem pembuat bokor kuningan bagi Keraton Surakarta.
- Rencana revitalisasi pasar senilai Rp110 miliar tertunda akibat efisiensi anggaran nasional, meski DPRD Solo terus mendorong realisasinya.
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Pasar Harjodaksino, yang lebih dikenal masyarakat dengan sebutan Pasar Gemblegan, merupakan salah satu pasar tradisional tertua dan terbesar di Kota Surakarta.
Pasar ini menjadi denyut ekonomi masyarakat Serengan dan sekitarnya, menyediakan berbagai kebutuhan pokok hingga perlengkapan pernikahan sejak diresmikan pada 5 Juni 1987.
Pasar yang berlokasi di Jl. Kom. Yos Sudarso, Kelurahan Danukusuman, Kecamatan Serengan, Kota Surakarta itu berdiri di atas lahan seluas 7.700 meter persegi.
Baca juga: Asal-usul Gapura Gading Selatan Keraton Solo: Dipugar PB X, Jalur Sakral yang Dilalui Mendiang Raja
Nama resminya, Harjodaksino, diambil dari tokoh lokal, namun masyarakat lebih akrab menyebutnya Pasar Gemblegan lantaran posisinya yang berada di dekat perempatan Gemblegan.
Asal-Usul Nama Gemblegan
Penamaan Gemblegan sendiri memiliki kisah historis yang menarik.
Dahulu, kawasan ini dihuni oleh abdi dalem Keraton Kasunanan Surakarta yang memiliki keahlian membuat bokor atau wadah kinang dari logam kuningan.
Dalam bahasa Jawa, pekerjaan itu dikenal dengan istilah “tukang gemblak”.
Seiring berjalannya waktu, penyebutan tersebut berkembang menjadi Gemblegan, dan hingga kini menjadi nama kawasan yang identik dengan aktivitas ekonomi rakyat.
Pasar Harjodaksino pada awalnya merupakan pindahan dari Pasar Gemblegan lama yang dahulu berada di bekas Terminal Bus Gemblegan, serta berfungsi sebagai pasar induk bagi Pasar Dawung dan Pasar Gading.
Baca juga: Asal-usul Menara Baskoro di Klaten : Dulu Tempat Pakubuwono X Salat Istikharah, Mencari Petunjuk
Seiring waktu, fasilitas pasar pun meningkat, termasuk air bersih, listrik, kamar mandi, serta sistem pengelolaan sampah.
Rencana Revitalisasi dan DED yang Sudah Disiapkan
Meski telah beroperasi selama lebih dari tiga dekade, Pasar Harjodaksino belum pernah direvitalisasi besar-besaran.
Pemerintah Kota (Pemkot) Solo melalui Dinas Perdagangan (Disdag) telah lama menyusun rencana peremajaan pasar ini.
Namun, rencana tersebut belum berjalan mulus.
Pada awal tahun 2025, revitalisasi Pasar Harjodaksino urung direalisasikan lantaran belum ada keputusan dari pemerintah pusat.
Baca juga: Asal-usul Bangsal Maligi, Tempat Persemayaman Terakhir Raja Keraton Solo Pakubuwono XIII yang Sakral
Kabar itu mencuat setelah DPRD Kota Solo dan Pemkot Solo melakukan kunjungan ke Kementerian Pekerjaan Umum (Kemen PU) pada Selasa (2/2/2025).
| Kenapa Soto jadi Menu Favorit Sarapan Warga Solo Raya? Begini Sejarahnya, Bermula dari Abad ke-19 |
|
|---|
| Sering Disebut Kembar, Ini Perbedaan Solo dan Yogyakarta : dari Arsitektur Keraton sampai Wayangnya |
|
|---|
| Asal-usul Banjarsari, Kecamatan yang jadi Pusat Aktivitas Ekonomi dan Wisata di Kota Solo |
|
|---|
| Serupa tapi Tak Sama, Ini Lho Perbedaan Batik Solo dan Batik Jogja, Bisa Terlihat dari Motifnya |
|
|---|
| Dari Benteng hingga Kauman, Kenapa Solo dan Jogja Punya Banyak Kemiripan? Inilah Asal-usulnya |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.