Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Sejarah Kuliner Legendaris

Sejarah Nasi Jemblung : Kuliner Legendaris Favorit Raja Pakubuwono X yang Kini Mulai Langka di Solo

Kini, nasi jemblung tidak hanya menjadi warisan budaya, tetapi juga sajian yang dapat dinikmati oleh masyarakat luas.

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
Instagram/roemahkoehotel
KULINER LEGEND SOLO - Penampakan Nasi Jemblung di Roemahku Hotel, kuliner kegemaran Raja Keraton Kasunan Surakarta yang kini mulai langka di Solo, Jawa Tengah, Beginilah sejarah Nasi Jemblung. 

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Nasi Jemblung merupakan salah satu hidangan tradisional khas Solo, Jawa Tengah, yang memiliki keunikan bentuk dan rasa yang istimewa.

Kuliner ini pernah menjadi santapan favorit kalangan bangsawan, khususnya di lingkungan Keraton Surakarta pada masa pemerintahan Pakubuwono X (1893-1939).

Kini, nasi jemblung tidak hanya menjadi warisan budaya, tetapi juga sajian yang dapat dinikmati oleh masyarakat luas.

Baca juga: 5 Rekomendasi Wisata di Dekat Bandara Adi Soemarmo Boyolali : Ada Destinasi Budaya hingga Sejarah

Sejarah dan Filosofi di Balik Nasi Jemblung

Nasi jemblung berakar dari tradisi kuliner Keraton Surakarta yang memiliki nilai budaya dan filosofi mendalam.

Bentuk nasi yang melingkar menyerupai cincin dengan lubang di tengah bukan sekadar estetika, melainkan mengandung simbolisme keseimbangan dan kesempurnaan dalam budaya Jawa.

Lubang di tengah nasi ini diisi dengan semur lidah sapi yang kaya rempah, menjadi lauk utama yang melengkapi keunikan hidangan ini.

Dulunya, nasi jemblung hanya disajikan untuk kalangan bangsawan dan keluarga keraton dalam acara-acara khusus.

Pakubuwono X, raja terbesar Keraton Surakarta, dikenal sangat menyukai hidangan ini, menjadikannya makanan istimewa yang sarat makna dan keistimewaan.

Baca juga: Sejarah Bakmi Jowo Mbah Mangoen, Rekomendasi Kuliner Enak di Solo dengan Nuansa Tempo Dulu

Proses Pembuatan yang Penuh Ketelitian

Pembuatan nasi jemblung memerlukan keahlian khusus.

Nasi putih atau nasi uduk dibentuk secara manual menjadi lingkaran dengan lubang di tengah.

Proses ini dilakukan dengan tangan yang dibasahi agar nasi tidak lengket, menuntut ketelitian dan kesabaran tinggi, yang melambangkan dedikasi para pelayan keraton dalam menyajikan hidangan terbaik.

Semur lidah sapi yang menjadi isi lubang nasi dimasak selama berjam-jam dengan aneka rempah khas seperti pala, cengkeh, dan saus kenari, sehingga menghasilkan rasa manis, gurih, dan aroma yang menggoda selera.

Baca juga: Sejarah Beras Rojolele Delanggu Klaten: Namanya dari Paku Buwono II, Tak Ada Kaitan dengan Ikan Lele

Sajian Lengkap dengan Pelengkap Tradisional

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved