Sejarah Kuliner Legendaris

Sejarah Garang Asem, Kuliner Legendaris Solo yang jadi Salah Satu Menu Favorit Mangkunegara VI

Jika biasanya kuliner di Solo didominasi rasa manis, namun Garang Asem mengubah itu semua.

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
Sajian sedap
KULINER LEGENDARIS SOLO - Ilustrasi seporsi garang asem yang menggugah selera. Inilah sejarah garang asem, yang konon dulu hanya kaum bangsawan di Solo, Jawa Tengah, yang bisa mengonsumsinya. 

TRIBUNSOLO.COM - Di Kota Solo, Jawa Tengah, masih menyimpan kekayaan kuliner tradisional, sa;ah satunya adalah  Garang Asem.

Jika biasanya kuliner di Solo didominasi rasa manis, namun Garang Asem mengubah itu semua.

Kuliner satu ini justru menawarkan kejutan rasa berbeda dengan perpaduan gurih, pedas, dan asam yang menciptakan sensasi segar dan menggugah selera.

Baca juga: Sejarah Opor Ayam Khas Solo: Konon Merupakan Kuliner Akulturasi India, Jawa, dan Arab

Dari Kudus ke Seluruh Tanah Jawa

Garang asem dipercaya berasal dari Kudus, meskipun kini populer di berbagai daerah seperti Semarang, Grobogan, Solo, dan Pekalongan.

Nama “garang asem” diambil dari kata garang (pedas) dan asem (asam).

Ada pula versi lain yang menyebut nama ini berasal dari Desa Garang di Kudus, tempat hidangan ini pertama kali dikenal.

Olahan ini menggunakan ayam kampung yang dimasak bersama belimbing wuluh untuk rasa asam, cabai untuk pedas, dan santan untuk rasa gurih.

Baca juga: Sejarah Sayur Bobor : Kuliner Solo yang Sudah Berusia 2 Abad, Dulu untuk Ritual Menyapih Anak

Proses memasaknya pun unik, dibungkus daun pisang lalu dikukus selama beberapa jam, menghasilkan aroma harum yang khas.

Dari Santapan Bangsawan ke Hidangan Rakyat

Pada masa lalu, garang asem hanya bisa dinikmati oleh kalangan bangsawan, karena bahan dasarnya, ayam kampung dan rempah-rempah, tergolong mahal.

Bahkan disebut-sebut menjadi menu favorit Mangkunegara VI di masa pemerintahannya.

Kunci kenikmatan garang asem terletak pada penggunaan belimbing wuluh putih yang tumbuh di lingkungan Pura Mangkunegaran.

Konon, jika ditanam di luar area itu, buahnya berubah warna dan rasanya tak lagi sama.

Tabrakan Rasa yang Harmonis

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved