Baju Bekas Impor Dilarang

Baju Bekas Impor Dilarang, Pedagang Pasar Klithikan Solo Lebih Keluhkan Harga Kulakan Makin Mencekik

Selama ini ia mendapatkan pasokan daro Surabaya dan Bandung. Menurutnya, meski baju bekas hampir semua dalam kondisi baik.

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Rifatun Nadhiroh
TribunSolo.com/Ahmad Syarifudin
Suasana penjualan baju bekas impor di Pasar Klithikan Notoharjo. 

Ringkasan Berita:
 
  • Tantangan utama kini justru harga kulakan yang melonjak jadi Rp6–16 juta per ballpress, membuat harga eceran naik dan pembeli menurun.
 
  • Marsudi menilai minat pada baju impor bekas tetap ada karena kualitasnya unggul, meski keuntungan kini makin menipis dibanding era 1990-an.

 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ahmad Syarifudin

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Meski pelarangan baju bekas impor terus diperketat, ternyata hal ini tak berdampak apa-apa bagi para pedagang.

Setidaknya itulah yang dirasakan salah satu pedagang di Pasar Klithikan Notoharjo, Marsudi.

Ia justru lebih mengeluhkan harga kulakan yang makin mencekik.

Harga per ballpress kini berada di kisaran Rp 6-16 juta. 

Baca juga: Pasar Klithikan Notoharjo, Pasar yang Berhasil Ubah Nasib PKL, Kini Rata-rata Jadi Saudagar

Setiap ballpress ia bisa mendapatkan hingga 120 potong baju.

"Macam-macam ada yang 6 juta, 7 juta, ada yang 11 juta, jeans mungkin 16 juta per bal, ada yang 9 juta tergantung jenisnya,” jelas Marsudi saat ditemui Jumat (31/10/2025).

Dengan semakin tingginya harga kulakan, perlahan pelanggan pun makin enggan melirik baju bekas impor ini. Sebab, sebelumnya barang ini digandrungi karena harganya yang murah.

"Sekarang makin lama makin sepi. Karena harga bal semakin lama semakin naik jadi eceran pun ikut tinggi otomatis pelanggan ikut turun,” tuturnya.

Minat akan baju impor bekas ternyata tak hanya digandrungi baru-baru ini saja. Menurutnya, baju bekas impor diminati bahkan sejak sebelum era reformasi. Saat itu harga kulakan masih sangat murah.

"Murah banget 1997-1998 Rp 1,5 juta. Sekarang udah Rp 6 juta,” ungkapnya.

Saat itu ia bisa mengantongi untung hingga dua kali lipat dari harga kulakan. Kini untuk bisa laku saja harus berjuang keras.

"Dulu setelah reformasi untungnya banyak. Iya (dua kali lipat). Sekarang sudah jauh. Peminat dengan harga yang tinggi otomatis turun,” jelasnya.

Baca juga: Warung Makan di Parkiran Masjid Agung Solo Roboh Tertimpa Pohon Saat Badai, Pemilik Harapkan Bantuan

Selama ini ia mendapatkan pasokan daro Surabaya dan Bandung. Menurutnya, meski baju bekas hampir semua dalam kondisi baik.

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved