Fakta Menarik Tentang Solo

Mengenal Sejarah dan Fungsi Samir, Selempang yang Wajib Dikenakan Pengunjung Saat Masuk Keraton Solo

Sejarahnya berawal dari tradisi kuno, yang kemungkinan dipengaruhi oleh simbolisme dari kisah pewayangan

|
Penulis: Tribun Network | Editor: Rifatun Nadhiroh
KOMPAS.com/Labib Zamani
MENGENAKAN SAMIR - Para abdi dalem mengenakan samir di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat di Solo, Jawa Tengah, Kamis (25/1/2018). 

Ringkasan Berita:
  • Samir adalah selempang kuning khas Keraton Surakarta yang wajib dikenakan oleh abdi dalem dan pengunjung saat memasuki area tertentu, bahkan pada benda seperti drone.
  • Aturan berpakaian di Keraton meliputi larangan memakai sandal, celana panjang bagi wanita, serta topi dan kacamata hitam demi menjaga kesopanan dan adat.
  • Secara historis, samir berfungsi sebagai penanda tugas resmi abdi dalem dan simbol status yang berakar dari tradisi pewayangan.

 

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Para abdi dalem Keraton Solo, kerap mengenakan selempang berwarna kuning yang dikalungkan di leher, benda ini disebut samir.

Bagi pengunjung/wisatawan yang memasuki Keraton Solo juga wajib mengenakan samir ini.

Samir wajib dikenakan saat memasuki area tertentu, khususnya di Keraton Surakarta Hadiningrat. 

Aturan ini berlaku untuk semua orang yang memasuki kompleks dalam keraton, bahkan untuk alat elektronik seperti drone yang digunakan untuk pemetaan pun harus dipakaikan samir terlebih dahulu. 

Baca juga: Sri Sultan HB X Akui Tak Terlalu Akrab dengan PB XIII, tapi Hubungan Keraton Jogja-Solo Tetap Hangat

Samir adalah selembang kecil yang merupakan bagian dari kelengkapan busana adat keraton dan berfungsi sebagai penanda tugas atau status di lingkungan keraton, baik di Surakarta maupun Yogyakarta. 

Selain kewajiban mengenakan samir di area tertentu, ada juga aturan berpakaian umum lainnya yang perlu dipatuhi pengunjung di Keraton Surakarta:

  • Wajib memakai alas kaki tertutup (sepatu), dilarang memakai sandal.
  • Pengunjung putri (wanita) tidak diperkenankan memakai celana panjang. Jika terlanjur memakai celana, pihak keraton biasanya menyediakan kain jarik untuk dikenakan selama berada di dalam kompleks.
  • Dilarang memakai topi dan kacamata hitam di dalam keraton karena dianggap tidak sopan. 

Aturan-aturan ini dibuat untuk menghormati adat istiadat dan kesakralan lingkungan keraton.

Sejarah Samir

Samir keraton adalah selempang pita yang digunakan oleh abdi dalem (pelayan keraton) sebagai penanda tugas resmi dari Sultan di Keraton Yogyakarta dan Keraton Kasunanan Surakarta.

Sejarahnya berawal dari tradisi kuno, yang kemungkinan dipengaruhi oleh simbolisme dari kisah pewayangan seperti dalam perang Bharatayudha di mana kalung bunga menandakan seorang senapati (panglima perang).

Samir merupakan bagian dari busana keraton yang digunakan untuk membedakan status dan fungsi seseorang, dan tidak digunakan saat tidak bertugas, biasanya diselipkan di pinggang. 
 
Fungsi Samir

Penanda tugas: Fungsi utama samir adalah sebagai penanda bahwa seorang abdi dalem sedang menjalankan tugas resmi dari Sultan.

Asal-usul simbolis: Penggunaan kalung atau selempang sebagai penanda tugas sudah ada sejak lama, terlihat dari tradisi pewayangan di mana kalung bunga dikenakan oleh panglima perang seperti dalam kisah Bharatayudha.

Penggunaan di keraton: Penggunaan samir terus bertahan di Keraton Yogyakarta sejak masa Sri Sultan Hamengku Buwono V hingga sekarang.

Busana keraton: Samir adalah kelengkapan busana keraton yang digunakan untuk memberikan penanda resmi kepada para abdi dalem.

Aturan penyimpanan: Saat tidak sedang bertugas, samir biasanya disimpan atau diselipkan di bagian pinggang sebelah kanan. 

Baca juga: Hari Terakhir Takziah Raja Keraton Solo Pakubuwono XIII, Pelayat Padati Lokasi Persemayaman

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved