Raja Keraton Solo Meninggal Dunia
Kesaksian Kusir yang Membawa Kereta Jenazah Pakubuwono XIII : Terpaksa Tak Puasa Karena Waktu Mepet
Bagi Setyanto, puasa mutih bukan sekadar tradisi. Ia menyebutnya sebagai cara menenangkan diri sebelum menjalankan tugas
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Rifatun Nadhiroh
“Kemarin kereta dibuka, diberi oli. Bahannya masih baik semua,” ujarnya sembari memeriksa pelana dan rantai.
Tak hanya kereta, kuda-kuda pun mendapat perhatian khusus. Beberapa kuda poni dan sandil milik keraton disiapkan dengan pakaian kebesaran.
“Kuda dilungser dulu biar nakalnya berkurang. Dipakai sarungan, kita bawa pecut. Keraton juga sudah siapkan atribut dan topengan,” katanya.
Iring-iringan akan berangkat dari Magangan, menuju Alun-alun Kidul, lalu ke barat melewati Perempatan Gading.
Dari sana, rombongan akan bergerak ke utara menuju Gemblegan, Nonongan, dan Jalan Slamet Riyadi, hingga akhirnya ke Loji Gandrung, sebelum menuju peristirahatan terakhir di Imogiri.
Menutup perbincangan, Setyanto menatap kereta yang telah dihias bunga. Matanya menerawang.
“Harapannya besok semua selamat, berkah, wilujeng sampai di tempat,” ujarnya pelan.
Di tengah kesibukan persiapan besar dan hiruk pikuk prosesi kerajaan, ia tetap berdiri tegak di samping roda kereta kusir tua yang kali ini tidak sempat berpuasa, namun tetap menyiapkan diri dengan sepenuh hati.
(*)
| Jenazah Sinuhun Pakubuwono XIII akan Dibawa 4 Kereta dengan Total 16 Kuda |
|
|---|
| Ratusan Personel Siaga Prosesi Pemakaman PB XIII, Jaga Ketat dari Keraton Solo hingga Loji Gandrung |
|
|---|
| Kapolri Melayat Pakubuwono XIII, Pastikan Prosesi Adat Pemakaman di Solo Aman dan Tertib |
|
|---|
| Makna Rute Pemberangkatan Kereta Jenazah PB XIII dari Magangan hingga Alun-Alun Selatan Solo |
|
|---|
| KGPAA Hamengkunagoro Warisi Tahta Keraton Solo, Putra-Putri PB XIII : Sesuai Titah Sinuhun |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.