Fakta Menarik di Solo

Sejarah Kori Kamandungan : Gerbang Sakral Menuju Keraton Solo yang Dibangun 9 Raja

Secara fungsional, Kori Kamandungan menjadi penghubung utama antara bagian luar dan dalam keraton, melalui halaman Sri Manganti

Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
TribunSolo.com / Andreas Chris
BANGUNAN BERSEJARAH SOLO - Pintu Utama Kori Kamandungan Keraton Kasunanan Solo, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. Beginilah sejarah Kori Kamandungan. 

Ringkasan Berita:
  • Kori Kamandungan adalah gerbang utama Keraton Kasunanan Surakarta yang dibangun sejak masa Pakubuwono II dan disempurnakan oleh Pakubuwono X.
  • Bangunan bercorak Kupu Tarung–Semar Tinandu ini melambangkan kewibawaan raja dan dilengkapi cermin simbol introspeksi diri sebelum memasuki istana.
  • Selain sebagai penghubung luar–dalam keraton, Kori Kamandungan juga tempat penjagaan dan menghadap abdi dalem

 

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Kori Kamandungan merupakan pintu utama yang menjadi gerbang masuk ke kawasan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Bangunan bersejarah ini bukan sekadar akses menuju istana raja, melainkan cagar budaya penuh filosofi yang mencerminkan kewibawaan dan kemegahan Keraton Surakarta.

Sejarah Panjang dari Era Pakubuwono II hingga X

Menurut catatan resmi di laman surakarta.go.id, Kori Kamandungan pertama kali dibangun pada masa pemerintahan S.I.S.K. Susuhunan Pakubuwono II.

Kemudian pada 10 Oktober 1819, Pakubuwono IV memperindah bangunan ini, meski tidak sempat menyelesaikannya karena beliau wafat.

Baca juga: Sejarah Masjid Pajimatan Imogiri Bantul DIY Tempat Dimana Jenazah Pakubuwono XIII Disalatkan

Pembangunan dilanjutkan oleh para penerusnya, mulai dari Pakubuwono V hingga IX, dan akhirnya disempurnakan oleh Pakubuwono X.

Dengan demikian, Kori Kamandungan menjadi saksi perjalanan sembilan generasi raja yang terus menjaga warisan arsitektur dan spiritual Keraton Surakarta.

Arsitektur dan Filosofi

Bangunan Kori Kamandungan terdiri atas tiga bagian: kiri, tengah, dan kanan, dengan lebar yang berbeda:

  • Kiri: 2,10 meter
  • Tengah: 2,67 meter
  • Kanan: 2,30 meter

Desainnya mengikuti gaya “Kupu Tarung” dengan dapur Semar Tinandu, menampilkan bentuk lengkung di bagian atas pintu sisi timur dan barat.

Baca juga: Sejarah Sentra Batik di Desa Pilang Masaran Sragen, Keahlian Membatik Diwariskan Turun Temurun

Struktur megah ini melambangkan kewibawaan dan keagungan raja serta keraton.

Di atas pintu terdapat pahatan keris berwarangka ladrang gaya Solo yang berdampingan dengan lambang Keraton Kasunanan, mempertegas nilai simbolik dan keindahan artistik khas budaya Jawa.

JELANG PEMAKAMAN - Suasana Kori Kamandungan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat jelang pemakaman Sinuhun Pakubuwono XIII di Kelurahan Baluwarti, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo, Rabu (5/11/2025).
JELANG PEMAKAMAN - Suasana Kori Kamandungan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat jelang pemakaman Sinuhun Pakubuwono XIII di Kelurahan Baluwarti, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Solo, Rabu (5/11/2025). (TribunSolo.com/Ahmad Syarifudin)

Cermin yang Sarat Makna Spiritual

Salah satu ciri khas paling unik Kori Kamandungan adalah cermin besar yang terpasang di pintu masuk. Cermin ini memiliki makna filosofis mendalam.

Secara lahiriah, cermin mengingatkan setiap tamu untuk berhenti sejenak dan memeriksa diri sebelum masuk — apakah penampilan dan sikapnya pantas untuk memasuki istana.

Secara batiniah, cermin melambangkan refleksi diri atau “mulat sarira hangrasa wani” — kesadaran untuk introspeksi terhadap tindakan dan perilaku sebelum melangkah ke ruang yang lebih dalam dan sakral.

Fungsi dan Peran Kori Kamandungan

Secara fungsional, Kori Kamandungan menjadi penghubung utama antara bagian luar dan dalam keraton, melalui halaman Sri Manganti.

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved