Fakta Menarik di Solo
Sejarah Kori Kamandungan : Gerbang Sakral Menuju Keraton Solo yang Dibangun 9 Raja
Secara fungsional, Kori Kamandungan menjadi penghubung utama antara bagian luar dan dalam keraton, melalui halaman Sri Manganti
Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
Ringkasan Berita:
- Kori Kamandungan adalah gerbang utama Keraton Kasunanan Surakarta yang dibangun sejak masa Pakubuwono II dan disempurnakan oleh Pakubuwono X.
- Bangunan bercorak Kupu Tarung–Semar Tinandu ini melambangkan kewibawaan raja dan dilengkapi cermin simbol introspeksi diri sebelum memasuki istana.
- Selain sebagai penghubung luar–dalam keraton, Kori Kamandungan juga tempat penjagaan dan menghadap abdi dalem
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Kori Kamandungan merupakan pintu utama yang menjadi gerbang masuk ke kawasan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Bangunan bersejarah ini bukan sekadar akses menuju istana raja, melainkan cagar budaya penuh filosofi yang mencerminkan kewibawaan dan kemegahan Keraton Surakarta.
Sejarah Panjang dari Era Pakubuwono II hingga X
Menurut catatan resmi di laman surakarta.go.id, Kori Kamandungan pertama kali dibangun pada masa pemerintahan S.I.S.K. Susuhunan Pakubuwono II.
Kemudian pada 10 Oktober 1819, Pakubuwono IV memperindah bangunan ini, meski tidak sempat menyelesaikannya karena beliau wafat.
Baca juga: Sejarah Masjid Pajimatan Imogiri Bantul DIY Tempat Dimana Jenazah Pakubuwono XIII Disalatkan
Pembangunan dilanjutkan oleh para penerusnya, mulai dari Pakubuwono V hingga IX, dan akhirnya disempurnakan oleh Pakubuwono X.
Dengan demikian, Kori Kamandungan menjadi saksi perjalanan sembilan generasi raja yang terus menjaga warisan arsitektur dan spiritual Keraton Surakarta.
Arsitektur dan Filosofi
Bangunan Kori Kamandungan terdiri atas tiga bagian: kiri, tengah, dan kanan, dengan lebar yang berbeda:
- Kiri: 2,10 meter
- Tengah: 2,67 meter
- Kanan: 2,30 meter
Desainnya mengikuti gaya “Kupu Tarung” dengan dapur Semar Tinandu, menampilkan bentuk lengkung di bagian atas pintu sisi timur dan barat.
Baca juga: Sejarah Sentra Batik di Desa Pilang Masaran Sragen, Keahlian Membatik Diwariskan Turun Temurun
Struktur megah ini melambangkan kewibawaan dan keagungan raja serta keraton.
Di atas pintu terdapat pahatan keris berwarangka ladrang gaya Solo yang berdampingan dengan lambang Keraton Kasunanan, mempertegas nilai simbolik dan keindahan artistik khas budaya Jawa.
Cermin yang Sarat Makna Spiritual
Salah satu ciri khas paling unik Kori Kamandungan adalah cermin besar yang terpasang di pintu masuk. Cermin ini memiliki makna filosofis mendalam.
Secara lahiriah, cermin mengingatkan setiap tamu untuk berhenti sejenak dan memeriksa diri sebelum masuk — apakah penampilan dan sikapnya pantas untuk memasuki istana.
Secara batiniah, cermin melambangkan refleksi diri atau “mulat sarira hangrasa wani” — kesadaran untuk introspeksi terhadap tindakan dan perilaku sebelum melangkah ke ruang yang lebih dalam dan sakral.
Fungsi dan Peran Kori Kamandungan
Secara fungsional, Kori Kamandungan menjadi penghubung utama antara bagian luar dan dalam keraton, melalui halaman Sri Manganti.
| Kenapa Keraton Solo Punya 2 Alun-alun? Ternyata Alkid dan Alun-alun Lor Punya Fungsi Berbeda |
|
|---|
| Asal-usul Kelurahan Keprabon di Solo, Dulu Tempat Persembunyian Rakyat saat Penjajahan |
|
|---|
| Sejarah Pasar Triwindu Solo, Berdiri Sejak Tahun 1939 Diresmikan oleh KGPAA Mangkunegara VII |
|
|---|
| Asal-usul Pasar Kadipolo, Pasar Tradisional Solo Punya Sejarah Panjang, Tempat Andalan Beli Bumbu |
|
|---|
| 10 Kota dengan SDM Paling Tinggi di Indonesia, Solo Masuk dalam Daftar! |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.