Fakta Menarik Tentang Sragen

Sejarah Sentra Batik di Desa Pilang Masaran Sragen, Keahlian Membatik Diwariskan Turun Temurun

Desa Pilang masih menjadi sentra batik di Kabupaten Sragen yang produknya telah terjual ke penjuru Indonesia, bahkan sampai keluar negeri.

TRIBUNSOLO.COM/Septiana Ayu
PERAJIN BATIK - Sutamti (66), warga Desa Pilang, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen, yang sudah membatik selama puluhan tahun. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari

TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Membatik sudah menjadi bagian hidup yang tidak bisa dilepaskan dari warga Desa Pilang, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen.

Pasalnya, keahlian membatik telah diturunkan turun temurun, dari generasi ke generasi, dan masih lestari hingga kini.

Tak khayal, Desa Pilang masih menjadi sentra batik di Kabupaten Sragen yang produknya telah terjual ke penjuru Indonesia, bahkan sampai keluar negeri.

Salah satu pembatik, Sutamti (66) mengatakan sudah mulai membatik sejak kelas 1 SD.

Baca juga: Sejarah Pasar Nglangon Sragen yang Jadi Sentra Batik : Mangkrak, Pernah Terbakar Hebat Tahun 2019

"Sudah membatik sejak kecil, sekarang umur 66 tahun, sudah 50-an tahun, dari kelas 1 sudah diajari batik sama ibu," kata Sutamti kepada TribunSolo.com.

Keahlian membatik baginya tidak hanya untuk mendapatkan pemasukan untuk menjalani kehidupan sehari-hari saja, melainkan sebuah warisan.

"(Dulu mau membatik) Warisan sejak Mbah-mbah, sudah membatik, juga cari uang untuk mencukupi kebutuhan keluarga," tambahnya.

Sebagai buruh membatik, ia mendapat upah bervariasi mulai dari puluhan ribu hingga ratusan ribu untuk satu lembar kain, tergantung kesulitan motif batiknya.

Membatik bukan mata pencaharian utamanya, melainkan juga terkadang Sutamti menjadi buruh di sawah.

Seperti yang dilakukan ibunya dulu, Sutamti juga menurunkan kemampuan membatik kepada anak-anak dan bahkan cucu-cucunya.

Baca juga: Kunjungi Solo, Citra Kirana dan Titi Kamal Ungkap Kuliner Favorit Mereka, Ayam Goreng hingga Lekker

"Anak-anak sudah membatik semua, kalau cucu-cucu sekarang ada yang mengajar di SD, bisa membatik semua, terus diturunkan (keahlian membatik)," jelasnya.

"Kalau membatik tidak susah, kalau capai ya istirahat, salat, atau melakukan kegiatan lain," pungkasnya. 

Meski usianya tak muda lagi, namun Sutamti masih lihai menorehkan cairan malam yang panas dari canting ke atas selembar kain putih.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved