Kisah Hidup Tokoh Legendaris
Kisah Heroik Mayor Achmadi Pukul Mundur Belanda, Namanya Diabadikan di Monumen di Solo Jawa Tengah
Lahir di Ngawi pada 5 Juni 1927, Achmadi sejak muda telah menunjukkan semangat kebangsaan yang tinggi.
Penulis: Tribun Network | Editor: Hanang Yuwono
Ia dipercaya menjabat sebagai Menteri Penerangan dalam Kabinet Dwikora yang Diperkuat.
Namun, perjalanan hidupnya tidak selalu mulus. Di era Orde Baru, ia sempat ditahan selama 10 tahun karena alasan politik.
Mayor Jenderal Achmadi wafat pada 2 Januari 1984 dan dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta.
Meski telah tiada, perjuangannya terus dikenang sebagai simbol keberanian dan integritas seorang pejuang sejati.
Monumen Mayor Achmadi: Jejak Abadi Perjuangan
Untuk mengenang jasanya, Pemerintah Kota Surakarta membangun Monumen Mayor Achmadi yang diresmikan pada 7 Agustus 2010 oleh mantan Panglima TNI Jenderal Joko Santoso dan Wali Kota Solo kala itu, Ir. Joko Widodo.
Monumen ini berdiri di Jl. Abdul Rahman Saleh, Setabelan, Banjarsari, Surakarta, tak jauh dari pusat kota.
Patung perunggu Mayor Achmadi berdiri tegap dengan seragam militer lengkap, tangan kiri membawa buku, simbol ilmu dan kesadaran intelektual, sementara tangan kanan memegang pistol di pinggang, menggambarkan kesiapan membela tanah air.
Di bawahnya, terdapat relief-relief yang menggambarkan peristiwa Serangan Umum Empat Hari, menghadirkan suasana perjuangan yang heroik dan menggugah rasa nasionalisme.
Ruang Edukasi dan Inspirasi Sejarah
Kini, Monumen Mayor Achmadi bukan sekadar tugu peringatan, tetapi juga ruang edukasi sejarah bagi masyarakat.
Banyak sekolah yang menjadikannya destinasi studi lapangan untuk mengenalkan nilai perjuangan dan nasionalisme kepada generasi muda.
Setiap tahun, terutama menjelang Hari Kemerdekaan dan Hari Pahlawan, monumen ini menjadi pusat kegiatan peringatan, doa bersama, dan upacara penghormatan.
Komunitas pemuda serta relawan juga rutin melakukan kerja bakti sebagai wujud penghargaan terhadap jasa para pejuang.
Makna dan Relevansi Masa Kini
Monumen Mayor Achmadi menjadi simbol bahwa perjuangan kemerdekaan bukan hanya kisah masa lalu, melainkan sumber inspirasi untuk masa depan.
Keberadaannya di tengah kota yang modern mengingatkan masyarakat akan pentingnya nilai keberanian, kejujuran, gotong royong, dan cinta tanah air.
Dengan perawatan yang berkelanjutan dan keterlibatan masyarakat, monumen ini berpotensi dikembangkan sebagai destinasi wisata edukatif yang memperkuat identitas sejarah Kota Surakarta.
(*)
| Kisah Mayjen Yudomo yang Diabadikan jadi Nama Jalan di Karanganyar, Gugur dalam Tragedi Timor Timur |
|
|---|
| Kisah Heroik Letkol Kusmanto yang Diabadikan jadi Nama Jalan di Solo, Gugur Ditembak Pemberontak |
|
|---|
| Legenda Ki Ageng Pandan Arang, Sosok Sakti Utusan Sunan Kalijaga yang Memberi Nama Boyolali |
|
|---|
| Kisah Hidup Raden Ngabehi Yosodipuro yang Diabadikan jadi Nama Jalan di Solo, Sang Pujangga Keraton |
|
|---|
| Sosok Dr R Soeharto, Dokter Pribadi Bung Karno yang Diabadikan Jadi Nama Sebuah Jalan di Klaten |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/solo/foto/bank/originals/kisah-heroik-Mayor-Achmadi.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.